Ruang Rawat Penuh, Rumah Sakit di Surabaya Raya Tolak Pasien Rujukan
Hampir semua rumah sakit di Surabaya Raya meliputi Kota Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo sudah penuh sehingga tak bisa lagi menerima rujukan pasien Covid-19 dari luar daerah ataupun rumah sakit lain di wilayah setempat.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI/AGNES SWETTA PANDIA
·5 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Hampir semua rumah sakit di Surabaya Raya meliputi Kota Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo sudah penuh. Akibatnya, mereka terpaksa menolak pasien rujukan Covid-19 dari luar daerah ataupun rumah sakit lain di wilayah setempat, Minggu (3/1/2021).
Di RSUD Dr Soetomo Surabaya dan RSUD Sidoarjo, karena ruang perawatan penuh, sejumlah pasien Covid-19 terpaksa mengantre di Instalasi Rawat Darurat (IGD). Saat ini di RSUD Sidoarjo masih ada 18 pasien yang antre. Bahkan, jumlah pasien Covid-19 yang mengantre ruang perawatan intensif ini sebelumnya mencapai 41 orang sehingga IGD sempat ditutup.
Direktur RSUD Sidoarjo Atok Irawan mengatakan, 223 ruang isolasi khusus dan ruang isolasi biasa telah terisi penuh. Mayoritas pasien masuk dengan kondisi sakit sedang hingga parah. Akibatnya, seluruh ventilator atau alat bantu pernapasan terpakai.
”Kondisi ruang perawatan pasien Covid-19 yang melebihi kapasitas itulah yang mendorong pihak rumah sakit terpaksa menolak rujukan pasien dari luar Sidoarjo ataupun dari rumah sakit lain di wilayah Sidoarjo,” ujar Atok.
Hari Minggu ini, misalnya, RSUD Sidoarjo kembali menolak tujuh pasien rujukan dari sejumlah rumah sakit. Rumah sakit yang merujuk adalah RS Sakinah Mojokerto, RS Mitra Sehat Medika Pandaan, RS Hasta Brata Bhayangkara Batu, RS Kartini Mojosari, RS Kirana Sepanjang, dan RS Anwar Medika Krian, dan RS Mitra Keluarga Waru.
Penolakan pasien juga dilakukan hampir seluruh rumah sakit di Surabaya seperti RSUD Dr Soetomo dan Rumah Sakit RKZ Surabaya. Menurut Direktur RSU Dr Soetomo Joni Wahyuhadi, pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit itu cenderung naik. Pada Sabtu (2/1/2020) pasien Covid-19 yang dirawat mencapai 176 orang. Padahal bulan November hingga pertengahan Desember 2020, baru 60-80 pasien.
”Suasana IGD saat ini sama dengan kondisi periode Juni-Juli karena pasein yang hendak dirawat terus berdatangan, termasuk menunggu mendapatkan perawatan selanjutnya,” kata Joni sembari menambahkan saat ini ada delapan pasien di IGD yang sedang antre masuk ruang isolasi.
Ruang isolasi di RSU Dr Soetomo dibagi tiga kategori yaitu high care, low care, intensif care. Total ada 233 ruangan dan 20 ruangan lain sedang direnovasi. ”Dalam situasi seperti ini, perawat dan dokter pasti lelah. Oleh karena itu mohon masyarakat untuk tertib dan disiplin menerapkan protokol kesehatan,” ujar Joni.
Penjabat Bupati Sidoarjo Hudiyono mengatakan ada 11 RS rujukan Covid-19 di wilayahnya termasuk RSUD Sidoarjo. Namun, semua rumah sakit rujukan itu penuh pasien Covid-19. Pihaknya telah meminta seluruh rumah sakit rujukan menyiapkan ruang perawatan cadangan sebesar 20 persen dari kapasitas isolasi Covid-19 untuk mengantisipasi lonjakan pasien.
”Namun hal itu bukan perkara mudah karena perlu dukungan sumber daya manusia, terutama tenaga kesehatan. Selama pandemi, yakni sembilan bulan belakangan, tenaga kesehatan telah bekerja dengan sangat keras merawat pasien Covid-19,” kata Hudiyono.
Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo Syaf Satriawarman mengatakan, pihaknya telah meningkatkan kapasitas ruang isolasi di hotel untuk pasien tanpa gejala dan bergejala ringan dari sebelumnya 40 kamar menjadi 70 kamar. Selain itu disiapkan ruang isolasi Covid-19 di Mal Pelayanan Publik.
”Fasilitas ruang isolasi itu bisa dimanfaatkan oleh RS rujukan Covid-19 untuk mengurangi beban mereka. Pasien yang mulai sembuh atau bergejala ringan bisa dipindahkan ke tempat isolasi ini sehingga RS rujukan fokus pada penanganan pasien dengan gejala berat,” ucap Syaf.
Data Satgas Covid-19 Sidoarjo menyebutkan, terdapat penambahan 26 kasus konfirmasi positif baru pada Sabtu (2/1/2021) sehingga secara kumulatif, jumlah kasus Covid-19 menjadi 8.021 kasus. Dari 8.021 kasus tersebut, 7.421 kasus dinyatakan sembuh, sedangkan 528 lainnya meninggal.
Sidoarjo termasuk daerah dengan risiko sebaran Covid-19 sedang yang ditandai keberadaannya di zona kuning bersama 29 daerah lain di Jatim. Di Provinsi Jatim, ada delapan daerah berada di zona merah atau berisiko tinggi sebaran Covid-19, yakni Tulungagung, Bojonegoro, Tuban, Kota Malang, Lumajang, Kota Blitar, Kabupaten Mojokerto, dan Kota Madiun.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, akibat peningkatan pasien Covid-19, Asrama Haji Sukolilo Surabaya kembali dibuka satu blok khusus untuk pasien yang sudah stabil. Hal ini supaya pasien yang tengah antre di rumah sakit bisa segera mendapatkan ruangan. Apalagi, fasilitas di Asrama Haji dilengkapi perawat dan dokter umum serta dokter spesialis.
Sementara itu, masih tingginya kasus sebaran Covid-19 di Sidoarjo menjadi pertimbangan pemerintah setempat menunda penyelenggaraan pendidikan secara tatap muka untuk jenjang pendidikan anak usia dini (AUD), taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), serta sekolah menengah pertama (SMP) dan pendidikan nonformal (PNF). Kebijakan penundaan pendidikan tatap muka itu tertuang dalam Surat Edaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sidoarjo Nomor 421/1228/438.5.1/2020.
Mengacu hasil rapat koordinasi Satgas Covid-19 tanggal 29 Desember 2020, penyelenggaraan pendidikan semester genap tetap dilakukan secara dalam jaringan atau belajar dari rumah (BDR).
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sidoarjo Asrofi mengatakan, kepala sekolah, pendidik, atau tenaga kependidikan melaksanakan tugas pembelajaran atau kegiatan administrasi di sekolah. Pelaksanaannya sesuai ketentuan jam kerja ASN ataupun non-ASN serta yang ditetapkan penyelenggara pendidikan dengan mematuhi protokol kesehatan.
”Apabila terdapat pendidik dan tenaga kependidikan yang bergejala demam, sakit tenggorokan, batuk, pilek, sesak napas, diare, dan memiliki riwayat penyakit komorbid dapat diberi penugasan (work from home) secara penuh,” ujar Asrofi.
Di Surabaya, sekolah tatap muka, terutama untuk siswa SMP, juga ditunda hingga kondisi benar-benar memungkinkan. Kepala Dinas Kota Surabaya Supomo mengatakan, Surabaya memang sudah melakukan uji coba pada 14 SMP negeri dan swasta sebagai persiapan sekolah tatap muka yang direncanakan Januari ini. Siswa yang bisa sekolah tatap muka hanya kelas sembilan orang dan jumlahnya juga dibatasi ketika belajar di sekolah.