Nasib Sepeda Setelah Masa Anomali
Saat bidang usaha lain terpuruk sangat dalam, industri sepeda malah mengalami nasib sebaliknya. Permintaan melonjak tajam hingga ratusan persen. Harga sepeda meroket tinggi, tetapi tetap saja laku terjual.
Tahun 2020, di tengah gempuran wabah virus korona, publik dibikin terpukau oleh anomali dunia sepeda. Saat bidang usaha lain terpuruk sangat dalam, industri sepeda malah mengalami nasib sebaliknya. Permintaan melonjak tajam hingga ratusan persen. Harga sepeda meroket tinggi, tetapi tetap saja laku terjual. Permintaan jauh melampaui produksi.
Hal itu tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Di mana-mana terjadi inden sepeda. Kenyataan ini merupakan fenomena yang tidak biasa. Dunia sepeda telah mengukir sejarah baru. Dunia terkejut oleh antusiasme masyarakat yang tiba-tiba ingin bersepeda saat menghadapi wabah mematikan tersebut.
Baca juga : Menjaga Imunitas dengan Berolahraga Melintasi Aspal Jakarta
Siapa pun dia pasti senang melihat fenomena ini, apalagi timbul di tengah gencarnya upaya untuk mencegah penularan wabah Covid-19. Melalui bersepeda, masyarakat akan lebih sehat, meningkat daya tahan tubuhnya, sekaligus terhindar dari kerumunan. Ini sejalan dengan ketentuan protokol kesehatan Covid-19.
Fenomena sepeda menandakan adanya peningkatan kesadaran masyarakat akan hidup sehat. Semakin sering bersepeda, kondisi tubuh akan semakin bugar. Semakin jauh bersepeda, pesepeda akan menemui banyak hal dan suasana baru yang menarik dan unik. Ini tentu akan membuatnya bahagia. Hati yang riang gembira dan bahagia akan membuat tubuh menjadi sehat dan kuat.
Benahi industri sepeda
Peningkatan kesadaran masyarakat dalam bersepeda selama masa pandemi Covid-19 seharusnya menjadi titik tolak untuk mendorong pembenahan industri sepeda nasional secara menyeluruh. Industri ini tidak semata-mata menyangkut proses produksi dan pemasaran, tetapi juga soal penggunaan, pemanfaatan di masyarakat, serta pembangunan disiplin warga dalam bersepeda di jalan raya.
Khusus urusan produksi, hingga kini sebagian besar sepeda yang dipasarkan di Indonesia merupakan hasil impor. Kalaupun ada sepeda yang diproduksi di dalam negeri, masih cukup banyak komponennya yang merupakan barang impor.
Komponen yang bisa disuplai dari industri nasional baru sebatas ban. Komponen lain, seperti rantai, mulai diproduksi di Indonesia, tetapi volumenya masih terbatas, jauh lebih kecil dari kebutuhan. Dominasi impor ini memengaruhi harga sepeda dalam negeri yang terbilang tinggi.
Baca juga : Agar Nyaman dan Menyehatkan, Yuk Kenali Hal-hal Ini Sebelum Bersepeda
Memang, saat ini ada sejumlah pabrik sepeda di Indonesia, tetapi pabrik-pabrik itu lebih berperan sebagai perakit. Sementara materialnya diimpor dari produsen di Jepang, China, Taiwan, Malaysia, dan Vietnam. Maraknya impor komponen sepeda juga dipicu oleh harga yang lebih murah ketimbang harus produksi sendiri karena negara-negara mitra dagang Indonesia itu mendapatkan keringanan bea masuk impor.
Untuk mencegah Indonesia menjadi pengimpor setia komponen sepeda, industri dalam negeri perlu mulai dibenahi. Salah satunya dengan membuat peta kebutuhan komponen di dalam negeri agar industri sepeda nasional menjadi kuat dan kompetitif. Petakan pula kebutuhan pasar ekspor. Setelah itu, pemerintah bisa mulai membenahi regulasi dan mendorong investasi industri sepeda dari hulu hingga hilir.
Perlu diingat, semangat bersepeda masyarakat tak akan padam. Apalagi, sepeda telah berkembang menjadi kebutuhan hidup dan bukan semata alat rekreasi. Perubahan gaya hidup ini otomatis membuat permintaan sepeda di Indonesia tetap tinggi, apalagi didukung dengan jumlah penduduk yang besar. Itu sebabnya, produsen sepeda di luar negeri pun selalu menjadikan Indonesia sebagai salah satu tujuan pemasaran produknya.
Pada sisi lain, pemerintah juga perlu secara sungguh-sungguh menyediakan jalur khusus sepeda yang aman bagi masyarakat. Hal ini penting agar pesepeda dapat bersepeda dengan nyaman dan tidak berebutan jalan dengan pengguna lain, terutama pengemudi kendaraan bermotor.
Setelah menyediakan jalur khusus, pemerintah wajib melakukan pengawasan ketat agar para pengguna kendaraan bermotor tidak mengambil alih jalur tersebut dan memarkir kendaraan sembarangan. Dalam banyak kasus, angkutan kota sering kali berhenti di tengah jalur sepeda. Kasus ini sering terjadi di Jakarta. Berkali-kali dipersoalkan, tetapi penanganan pemerintah hanya sesaat.
Baca juga : Warga Surabaya Ramai Bersepeda di Hari Minggu
Selain itu, setiap kantor pemerintah dan swasta pun diwajibkan menyediakan tempat parkir sepeda. Jika ini dilakukan serius, gairah masyarakat dalam bersepeda, termasuk ke tempat kerja, akan semakin meningkat.
Hal lain yang dapat meningkatkan gairah bersepeda adalah kegiatan (event). Kegiatan ini antara lain sepeda gembira (fun bike), perjalanan (touring), dan perlombaan. Adanya kegiatan selalu memberi ruang bagi pesepeda untuk menunjukkan aktualisasi diri, meningkatkan kemampuan, sekaligus menikmati suasana berbeda dalam bersepeda.
Perjalanan bersepeda
Selama 10 tahun terakhir, perjalanan bersepeda mulai berkembang cukup baik di Indonesia. Aktivitas ini dikemas dengan memadukan aspek pariwisata sehingga touring sepeda masuk menjadi wisata minat khusus. Para pesepeda akan diajak menyinggahi tempat-tempat wisata yang unik dan menarik.
Sebelum dihantam wabah Covid-19, touring sepeda sering dilakukan. Ada yang sehari, dua hari, atau tiga hari. Bahkan, ada touring sepeda hingga seminggu, 10 hari, bahkan lebih. Peminatnya pun lumayan banyak.
Ada sejumlah manfaat yang bisa diperoleh dari perjalanan bersepeda. Pertama, merawat semangat berolahraga guna meningkatkan kebugaran dan imunitas tubuh. Kedua, melihat dari dekat beragam aktivitas dan keunikan masyarakat lokal sehingga memperkaya wawasan dan persepsi terhadap kekayaan negeri ini. Semakin jauh bersepeda, semakin banyak pula pengalaman yang didapat.
Baca juga : Jalur Sepeda di Purwokerto Ditambah
Touring sepeda memang menjadi pilihan yang sangat potensial dalam mendorong pengembangan pariwisata nasional. Belakangan, banyak warga, termasuk wisatawan asing, lebih memilih menggunakan sepeda saat mengunjungi lokasi-lokasi wisata. Lewat sepeda, mereka menikmati panorama alam, budaya, tradisi, kuliner, dan keunikan kekayaan Indonesia lainnya. Mereka menemukan kepuasaan yang tidak ternilai.
Kalangan pengelola touring sepeda juga semakin kreatif menawarkan paket-paket perjalanan bersepeda yang unik dan menarik, misalnya paket Jelajah Lima Danau atau Jelajah Sembilan Candi.
Namun, persoalan serius yang selalu dihadapi adalah kegiatan touring sepeda belum mendapatkan dukungan luas dari pemerintah dan perusahaan swasta. Calon sponsor selalu mensyaratkan jumlah peserta yang banyak. Padahal, jumlah peminat touring sepeda mencapai 100 orang saja sudah termasuk banyak karena biayanya pun cukup besar. Belum lagi jika kegiatan dilakukan di luar Pulau Jawa, biaya tiket penerbangan lebih mahal.
Itu sebabnya, perlu dibangun sinergi antarpihak yang terlibat dalam industri sepeda dan semua kegiatan ikutannya. Mereka perlu saling bantu dan mendukung sehingga dunia persepedaan nasional semakin berkembang melalui berbagai aktivitas yang kreatif.
Tanpa sinergi yang optimal, anomali pertumbuhan sepeda selama pandemi Covid-19 hanya menjadi kebanggaan semu. Hanya kepuasan sesaat. Padahal, nilai perubahan itu baru dikatakan berharga jika dinikmati bersama secara berkelanjutan. Semoga tahun 2021, dunia persepedaan nasional terus berjaya.
Jannes Eudes Wawa, Wartawan Harian Kompas 1997-2019