Agar Nyaman dan Menyehatkan, Yuk, Kenali Hal-hal Ini Sebelum Bersepeda!
Membiasakan diri bersepeda membuat tubuh menjadi bugar. Kebugaran akan membuat kita lebih produktif dalam bekerja. Namun, ada hal-hal yang perlu dikenali lebih dahulu sebelum kita aktif bersepeda dalam segala aktivitas.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Antusiasme warga dalam bersepeda selama pandemi Covid-19 diharapkan tidak berhenti sebagai ajang rekreasi semata. Sepeda sejatinya bisa menjadi alat transportasi untuk mendukung mobilitas warga di kota-kota besar. Namun, warga yang ingin menjadikan aktivitas bersepeda sebagai bagian dari keseharian harus mengenali kondisi diri, tubuh, dan lingkungannya.
Penting bagi warga yang sekarang antusias bersepeda untuk mengenali sepeda, diri, dan lingkungannya. Pengenalan tersebut, antara lain, agar bersepeda bisa dijalani dengan nyaman, menyehatkan, dan tak berbahaya.
Ketua Bike to Work (B2W) Poetoet Soedarjanto dalam diskusi daring bertajuk ”Yuk Sepedaan Sehat dan Aman di Era Adaptasi Kebiasaan Baru”, Sabtu (7/11/2020), mengatakan, pengenalan terhadap sepeda, kemampuan diri dalam bersepeda, dan lingkungan sekitar tempat warga bersepeda menjadi semakin penting saat aktivitas ini mulai banyak digemari selama pandemi Covid-19. Warga yang antusias dalam bersepeda perlu mengenal hal-hal dasar tersebut agar aktivitasnya nyaman dan menyehatkan.
Dalam diskusi ini turut hadir Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan Riskiyana S Putra dan Founder Indonesia Folding Bike Community Azwar Hadi Kusuma.
Poetoet menjelaskan, tren bersepeda kian tumbuh sejak Indonesia dilanda pandemi Covid-19. Bersepeda menjadi salah satu aktivitas yang memungkinkan orang-orang untuk berolahraga di sekitar rumah. Kebiasaan gowes pun mewabah di Indonesia.
Namun, B2W berharap bersepeda tidak sekadar menjadi ajang rekreasi di waktu tertentu. Berdiri sejak 2005, B2W mendorong gerakan sosial untuk menjadikan sepeda sebagai alat untuk membantu mobilitas warga.
Masyarakat bisa memulai kebiasaan bersepeda untuk menempuh jarak dekat, misalnya pergi ke warung dan ke rumah ibadah. Jika sudah terbiasa dengan hal ini, bersepeda bisa ditingkatkan ke tempat kerja. ”Tersedia atau tidaknya fasilitas, yang penting kita harus mulai bersepeda dari sekarang untuk menjaga kebugaran tubuh,” ujarnya.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengenali sepeda, misalnya dengan memastikan posisi tuas rem depan dan belakang. Meski terkesan remeh, pengenalan tuas rem berguna untuk keamanan.
”Saya pernah terjungkal hanya gara-gara memencet tuas rem depan ketika ingin berhenti mendadak. Padahal, waktu itu saya bersepeda tidak terlalu kencang,” ujar pria yang setiap hari kerja menempuh jarak 25 kilometer dengan sepeda ini.
Selanjutnya, dia menyarankan untuk memeriksa tekanan angin ban dan kondisi rantai. Posisi sadel atau tempat duduk harus disesuaikan dengan tinggi badan. Pastikan juga semua baut sepeda tidak dalam keadaan longgar.
Selesai urusan sepeda, mengenali diri sendiri juga tak kalah penting. Pastikan kondisi tubuh dalam keadaan sehat dan bugar. Jangan terlalu memaksakan diri jika kondisi tubuh tidak dalam keadaan bugar. Jika memiliki penyakit penyerta, Poetoet meminta pesepeda berkonsultasi dulu dengan dokter terkait batasan ketika bersepeda.
Ketika bersepeda dalam jarak jauh, dia melanjutkan, perhatikan jumlah beban yang dibawa. Orang yang menggunakan tas ransel harus memastikan posisinya pas agar punggung tidak sakit. Jika belum terbiasa menggunakan tas ransel, gunakan tas yang terpasang di sadel belakang.
Selain itu, jelasnya, pesepeda juga harus mengatur pasokan cairan tubuh agar tak mengalami dehidrasi. Jangan sampai menunggu haus dulu baru minum. Setiap 20 menit gowes, usahakan minum seteguk atau dua teguk. Tempatkan botol minum di lokasi yang mudah dijangkau.
Dia menambahkan, pengenalan rute ketika bersepeda tak kalah penting. Pesepeda harus memastikan kontur jalan, seperti tanjakan, turunan, jalan berlubang, hingga genangan ketika hujan. Area-area rawan pun harus dipetakan.
”Seperti di persimpangan yang banyak pengendara lain melawan arus atau area-area tertentu di mana banyak pengendara yang ngebut. Itu harus diketahui,” tambahnya.
Saya pernah terjungkal hanya gara-gara memencet tuas rem depan ketika ingin berhenti mendadak. Padahal waktu itu saya bersepeda tidak terlalu kencang.
Pesepeda diminta untuk mengingat lokasi-lokasi penting di rute gowes. Lokasi penting itu, antara lain, pos polisi dan rumah sakit. Lokasi itu berguna jika terjadi peristiwa tak diinginkan selama di perjalanan.
Akhir-akhir ini, dia melanjutkan, mulai marak aksi kejahatan yang menyasar pesepeda. Oleh sebab itu, pesepeda harus memastikan barang bawaan dalam kondisi aman. Jika ada kendaraan lain yang mencurigakan, pesepeda segera berhenti di tempat yang agak ramai.
”Kalau tidak di depan warung, bisa berhenti di depan kantor di tepi jalan. Di depan kantor biasanya, kan, ada satpam. Pokoknya berhenti di tempat yang memungkinkan kita untuk mendapat pertolongan,” jelasnya.
Dia menjelaskan, membiasakan diri untuk bersepeda akan membuat tubuh menjadi bugar. Kebugaran akan membuat kita lebih produktif dalam bekerja. ”Saya selama 15 tahun terakhir bersepeda ke kantor. Selama itu, hasil tes medical check up saya selalu baik. Atasan di kantor juga menilai kinerja saya baik,” tambahnya.
Protokol bersepeda
Azwar Hadi Kusuma menambahkan, pandemi Covid-19 mengubah kebiasaan bersepeda. Acara yang memicu kerumunan tidak boleh dilakukan. Di samping itu, bersepeda di masa pandemi Covid-19 juga harus mematuhi protokol kesehatan.
Idealnya, kata Azwar, bersepeda dilakukan secara individu. Jika harus gowes berkelompok, anggotanya jangan lebih dari lima orang. Profil dari anggota lain juga diusahakan dari orang dekat atau keluarga.
”Kalaupun harus gowes mengajak teman, kita harus memastikan teman tersebut bebas dari Covid-19. Kalau enggak, kita masih berisiko terkena Covid-19,” ujarnya.
Jangan terlalu memaksakan diri jika kondisi tubuh tidak dalam keadaan bugar. Jika memiliki penyakit penyerta, berkonsultasilah dulu dengan dokter terkait batasan ketika bersepeda.
Dia melanjutkan, jangan bersepeda di ruas jalan yang terlalu ramai. Memilih rute ke arah pinggiran kota lebih dianjurkan. Selama bersepeda, masker tetap digunakan. Dia biasa menggunakan masker nonmedis dengan tiga lapisan.
”Kalau rute bersepeda itu tempatnya betul-betul sepi, kita bisa bersepeda dengan melepas masker,” ujarnya.
Menurut dia, risiko penularan Covid-19 bagi pesepeda adalah ketika berhenti. Akhir-akhir ini, banyak pesepeda berhenti di tempat tertentu dan bertemu dengan pesepeda lain. Ketika beristirahat untuk makan dan minum, masker otomatis harus dilepas. ”Hindari istirahat, makan, dan minum bareng. Kita kadang sering lengah di sini,” jelasnya.
Riskiyana S Putra menambahkan, Kementerian Kesehatan mendukung aktivitas warga yang ingin bersepeda selama pandemi Covid-19. Namun, dia mengingatkan agar protokol kesehatan, seperti mencuci tangan, mengenakan masker, dan menjaga jarak jangan sampai dilupakan.
Di samping itu, pesepeda juga harus menjaga pola makan seimbang. Pesepeda juga harus bisa mengatur waktu bekerja, beristirahat, berolahraga, dan harus bisa mengelola kondisi jiwa agar tidak stres.