logo Kompas.id
OpiniBelantara Makna
Iklan

Belantara Makna

Kata ”menghidu” menyangkut bebauan atau ’membaui’. Akan tetapi, bau di sini lebih dimaksud sebagai sesuatu yang lain: petunjuk, informasi, gelagat, seperti pada mengendus, melacak.

Oleh
EKO ENDARMOKO
· 3 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/ig0sfxvxNRf2aXWnxXbwXYbMRz8=/1024x724/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F10%2FWhatsApp-Image-2020-10-08-at-17.26.17_1602152853.jpeg
Kompas

Cover Kolom Bahasa

Menghidu rupanya tergolong kata yang agak asing bagi sebagian penutur bahasa Indonesia. Seorang teman menemukannya dalam satu klausa di sebuah tulisan, ”menghidu aroma kopi”. Dia mengira itu tipo alias salah tik sebab ungkapan yang lebih tepat menurutnya adalah ”menghirup kopi”, analog dari ”menghirup udara segar”. Benar begitu?

Hidu, cium. Mari terlebih dulu kita tengok sedikit lebih dekat. Kata dasar menghidu bisa jadi mengingatkan kita pada hidung. Dan maknanya kebetulan juga menaut ke sana: ’mencium’, tapi lebih spesifik menyangkut bebauan, ’membaui’. Ini bukan berarti mencium tak berurusan dengan bebauan, tapi bau di sini lebih dimaksud sebagai sesuatu yang lain: petunjuk, informasi, gelagat–seperti pada mengendus, melacak. ”Fulan mencium aroma tak sedap dalam rapat barusan.” Kita lihat kata mencium dipakai sebagai bahan bahasa figuratif,  bahasa kias.

Editor:
Aloysius Budi Kurniawan
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000