Investasi Jepang di Indonesia haruslah memberikan nilai tambah berganda bagi ekonomi Indonesia, bukan sekadar pasar, agar manfaat dapat dinikmati bersama secara berkelanjutan.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Jepang mencatat pemulihan ekonomi 5 persen dalam kuartal III-2020. Meski demikian, muncul peringatan bahwa pemulihan tersebut masih rapuh.
Jepang, ekonomi terbesar ketiga di dunia, menjadi negara ekonomi utama dunia yang pertama pulih dari hantaman pandemi Covid-19. Kuartal sebelumnya, ekonomi Jepang terkontraksi 8,2 persen karena pemberlakuan pembatasan sosial ketat yang menekan konsumsi masyarakat. Ini adalah pertumbuhan positif pertama dalam empat kuartal terakhir.
Meski menunjukkan pertumbuhan menjanjikan, prediksi menyebutkan ekonomi Jepang tetap akan menyusut 5,6 persen apabila dihitung dalam satu tahun fiskal penuh yang akan berakhir Maret 2021.
Pemulihan ekonomi kuartal III-2020 terjadi karena pemerintah melonggarkan pembatasan sosial ketat berskala besar. Pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menyediakan paket stimulus ekonomi senilai 2,2 triliun dollar AS. Di dalam paket itu ada bantuan langsung tunai 100.000 yen per orang dan untuk menyubsidi usaha kecil.
Sumber pertumbuhan lain adalah ekspor Jepang yang membaik. Ekonomi China yang tumbuh positif di atas 2 persen menyebabkan naiknya kepercayaan konsumen. Mereka mulai kembali membeli mobil dan alat elektronik yang merupakan ekspor terbesar Jepang. Dengan berlaku resminya Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) antara anggota ASEAN dan sejumlah negara Asia, termasuk Jepang, Jepang masih akan mendapat manfaat ekonomi.
Walakin, pertumbuhan Jepang masih rapuh karena sumber utamanya konsumsi masyarakat. Belanja modal yang menunjukkan kepercayaan dunia bisnis dan efeknya lebih permanen masih rendah.
Walakin, pertumbuhan Jepang masih rapuh karena sumber utamanya konsumsi masyarakat.
Jepang dianggap berhasil mengendalikan penyebaran Covid-19, tetapi kasus baru masih bisa naik; Sabtu pekan lalu ada 1.722 kasus dibandingkan dengan 868 kasus sehari sebelumnya. Jika kasus baru terus naik, mungkin Jepang akan memaksa kembali pembatasan sosial ketat dan kepercayaan konsumen bisa kembali turun.
Kita dapat belajar dari Jepang mengenai disiplin warganya dan kehati-hatian pemerintah menyeimbangkan antara pelonggaran pembatasan sosial dan penyelamatan ekonomi.
Membaiknya ekonomi Jepang harus dapat memberikan manfaat bagi Indonesia, apalagi setelah RCEP berlaku. Kita dapat meminta Jepang menerima lebih banyak produk pangan dan tenaga kerja terdidik asal Indonesia untuk menyeimbangkan defisit besar neraca perdagangan.
Pertemuan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga dengan Presiden Joko Widodo, 20 Oktober 2020 di Bogor, perlu segera ditindaklanjuti dengan mengundang Jepang berinvestasi lebih banyak di Indonesia. Kita bisa meminta alih pengetahuan, manajemen, dan teknologi ramah lingkungan. Investasi Jepang di Indonesia haruslah memberikan nilai tambah berganda bagi ekonomi Indonesia, bukan sekadar pasar, agar manfaat dapat dinikmati bersama secara berkelanjutan.