ASEAN bersama lima negara mitra menandatangani pakta perdagangan terbesar dunia. Sebagai simbol perdagangan multilateral, RCEP menghadirkan situasi yang tak mudah.
Oleh
MH SAMSUL HADI & BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
TANGKAPAN LAYAR DARI KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Suasana penandatanganan perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional atau RCEP yang digelar secara dalam jaringan, Minggu (15/11/2020).
JAKARTA, KOMPAS — Konferensi Tingkat Tinggi Ke-37 ASEAN ditutup, Minggu (15/11/2020), dengan peristiwa bersejarah. Sepuluh negara ASEAN dan lima negara mitra menandatangani pakta perdagangan terbesar di dunia, yakni Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional.
Indonesia memegang peran penting dalam proses negosiasi kemitraan itu. Bukan saja sebagai inisiator saat menjadi Ketua ASEAN tahun 2011, Indonesia juga menjadi koordinator perundingan sejak Maret 2013. Presiden Joko Widodo menyebut hari Minggu kemarin ”hari bersejarah”.
”Penandatanganan ini hanya sebuah permulaan. Jalan panjang dan terjal mungkin ada di hadapan kita, yaitu bagaimana kita mengimplementasikannya. Ini memerlukan komitmen politik pada tingkat tertinggi,” kata Presiden, yang mengikuti KTT virtual itu dari Istana Kepresidenan Bogor, seperti disampaikan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi.
Bagi Indonesia, selain menjadi peluang, Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) menghadirkan tantangan. Selain diikuti 10 negara ASEAN, RCEP ditandatangani China, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru. Dengan pasar 2,2 miliar orang—hampir 30 persen penduduk dunia—dan gabungan 26,2 triliun dollar AS atau 30 persen dari produk domestik bruto (PDB) dunia, RCEP menjadi kemitraan dagang terbesar di dunia.
TANGKAPAN LAYAR OLEH KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Presiden Joko Widodo (kiri) dan Menteri Perdagangan Agus Suparmanto (kanan) setelah menandatangani perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional atau RCEP secara dalam jaringan, Minggu (15/11/2020).
Kesepakatan RCEP akan meningkatkan akses pasar dengan tarif dan kuota dihapuskan atas lebih dari 65 persen barang yang diperdagangkan. ”Selain bagian-bagian khusus tentang perdagangan barang dan jasa serta investasi, RCEP mencakup bab tentang kekayaan intelektual, perdagangan elektronik, persaingan, usaha kecil dan menengah, kerja sama ekonomi dan teknik, serta belanja pemerintah,” demikian pernyataan para pemimpin negara penandatangan RCEP.
Melalui RCEP, untuk pertama kali, tiga rival raksasa ekonomi Asia Timur, yakni China, Jepang, dan Korsel, tergabung dalam satu kemitraan dagang. ”(Kesepakatan) ini akan menjadi bagian penting komitmen kawasan terhadap sentralitas ASEAN di Indo-Pasifik,” kata Presiden Joko Widodo.
”Hasil negosiasi RCEP mengirim pesan kuat yang menegaskan peran utama ASEAN dalam mendukung sistem perdagangan multilateral, menciptakan struktur perdagangan baru di kawasan, memungkinkan fasilitasi perdagangan yang berkelanjutan, merevitalisasi rantai pasokan yang terganggu Covid-19, serta membantu pemulihan pascapandemi,” ujar Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc, yang mengikuti KTT dari Hanoi, Vietnam.
Akan tetapi, RCEP juga menghadirkan tantangan, termasuk bagi Indonesia. Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo, yang terlibat dalam perundingan-perundingan RCEP, menyebutkan, sektor di Indonesia yang bakal mengalami persaingan lebih ketat, antara lain, adalah telekomunikasi, teknologi informasi, tekstil, alas kaki, dan otomotif.
Pemulihan pandemi
Bagi anggota ASEAN, kesepakatan RCEP diharapkan membantu pemulihan dari tekanan akibat pandemi Covid-19. Pandemi telah menyebabkan anggota ASEAN, termasuk RI, jatuh dalam resesi.
Penandatanganan kemitraan itu diharapkan menolong pengurangan biaya ekonomi pemulihan. ”Covid-19 telah mengingatkan kawasan mengapa perdagangan penting dan pemerintah lebih bersemangat dari sebelumnya untuk memiliki pertumbuhan ekonomi yang positif,” kata Deborah Elms, Direktur Eksekutif Asian Trade Centre, konsultan yang berbasis di Singapura.
RCEP diharapkan mendorong perusahaan untuk berinvestasi lebih banyak di kawasan, termasuk membangun rantai pasokan dan layanan serta menciptakan lapangan kerja.
Akan tetapi, sejumlah pengamat menyebutkan, RCEP akan memperkokoh posisi China dalam memperluas pengaruh geopolitik ataupun menyusun aturan perdagangan di kawasan. ”(RCEP) memperkuat ambisi geopolitik kawasan yang lebih luas melalui Prakarsa Sabuk dan Jalan,” kata Alexander Capri, pakar perdagangan pada National University of Singapore Business School.
Ia merujuk pada proyek investasi dan infrastruktur yang digulirkan Beijing dengan mencakup kawasan luas. ”(RCEP) ini semacam elemen pelengkap,” kata Capri.
Iris Pang, Kepala Ekonom ING pada Greater China, menambahkan, RCEP bisa membantu Beijing lepas dari ketergantungan pada pasar dan teknologi luar negeri. Menurut Gareth Leather, ekonom senior Asia pada Capital Economics, dalam sebuah laporan, kemitraan dagang itu membuat China—pasar terbesar di kawasan dengan lebih dari 1,3 miliar penduduk—menahbiskan diri sebagai ”kampiun globalisasi dan kerja sama multilateral” serta memberi mereka pengaruh lebih besar dalam menentukan aturan perdagangan regional.
Kantor berita China, Xinhua, mengutip PM Li Keqiang, memuji kesepakatan RCEP sebagai kemenangan atas proteksionisme. ”Penandatanganan RCEP tak hanya menandai pencapaian kerja sama kawasan Asia Timur, tetapi juga kemenangan multilateralisme dan perdagangan bebas,” kata Li dalam pidatonya.
HANDOUT / VIETNAM HOST BROADCASTER/AFP
Perdana Menteri China Li Keqiang (kiri) bertepung tangan, sementara Menteri Perdagangan China Zhong Shan memegang dokumen kesepakatan dalam upacara penandatanganan kesepakatan RCEP dalam KTT ASEAN yang digelar secara virtual, Minggu (15/11/2020).
Media China lainnya, CGTN, dalam tajuk rencana terbarunya menyatakan, China lebih menekankan diplomasi dan dialog daripada konfrontasi. Penyelesaian RCEP dan lebih banyak kesepakatan perdagangan serupa menjadi buktinya. Disebutkan, RCEP merupakan langkah maju sangat besar bagi integrasi ekonomi di Asia.
Amerika Serikat, rival China dalam beberapa bidang, termasuk perdagangan, tak tergabung dalam RCEP. Di bawah Presiden Donald Trump, AS keluar dari kemitraan dagang lainnya, Kemitraan Trans-Pacific.
India sempat tergabung dalam negosiasi, tetapi mundur akhir tahun lalu. Mereka khawatir, RCEP akan membuat negara itu kebanjiran barang-barang murah dari China.
Meski demikian, negara ASEAN tetap membuka pintu bagi India jika suatu saat ingin bergabung RCEP. RCEP akan berlaku setelah negara-negara penanda tangan meratifikasinya dalam dua tahun ke depan. (AP/AFP/REUTERS/JUD)