Wabah Covid-19 memaksa orang beradaptasi pada situasi baru, salah satunya menguasai teknologi digital agar dapat bertahan dan berkembang.
Oleh
Editor
·2 menit baca
Wabah Covid-19 memaksa orang beradaptasi pada situasi baru, salah satunya menguasai teknologi digital agar dapat bertahan dan berkembang.
Adaptasi terhadap teknologi digital terjadi cepat, hanya dalam waktu sekitar tiga bulan. Penggunaan internet menjadi sangat vital dalam bekerja dan belajar dari rumah. Sesuatu yang sebelumnya tak pernah dibayangkan segera terjadi.
Kelompok masyarakat yang merasakan dampak terberat adalah kelompok masyarakat menengah bawah. Namun, pada dasarnya semua orang tanpa terkecuali merasakan dampaknya karena harus mematuhi pembatasan sosial untuk memutus rantai penularan virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19.
Pembatasan sosial membuat orang tidak lagi melakukan konsumsi kebutuhan sehari-hari dengan ke luar rumah. Pengaruh turunnya belanja konsumen di luar jaringan paling terasa pada kelompok industri yang berhubungan dengan pariwisata dan gaya hidup, seperti tempat makan, perjalanan, tempat rekreasi, busana, alas kaki, dan kosmetik.
Dalam beradaptasi terhadap kehidupan baru, proses berubah terjadi pada dua pihak: konsumen dan produsen. Pada sisi produsen, tantangannya adalah menjaga produksi dan jasa tetap dapat ditawarkan ke pasar.
Kita cukup siap dalam infrastruktur telekomunikasi meskipun belum menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan tulang punggung telekomunikasi serat optik Palapa Ring berupa tujuh lingkar kecil di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua memungkinkan komunikasi internet di sebagian besar wilayah. Apabila rencana menambah tiga satelit komunikasi hingga 2023 terus berjalan sesuai rencana meskipun ada wabah Covid-19, praktis seluruh wilayah Indonesia akan terjangkau jaringan internet.
Hal yang menggembirakan adalah situasi baru mendorong lonjakan penggunaan internet untuk kegiatan ekonomi produktif. Kemampuan adaptasi dan melihat peluang terjadi pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang merupakan lebih dari 95 persen jumlah unit usaha di Indonesia. Jenis barang dan jasa yang diperdagangkan sangat beragam karena tersedianya pasar daring tempat berjual-beli. Ini sekaligus memperlihatkan UMKM memiliki ketangguhan dalam menjalani bisnis meskipun secara ekonomi ukuran mereka kecil per unitnya.
Walakin, pemerintah tetap perlu membantu pengusaha UMKM melalui periode tersulit mereka, yaitu ketika kembali bangkit berproduksi setelah hibernasi lebih dari tiga bulan. Menyalurkan stimulus permodalan melalui bank dan lembaga keuangan yang memiliki jaringan kepada pelaku UMKM baru memenuhi satu kebutuhan mereka.
Agar pelaku UMKM bertahan, berkembang, dan naik kelas menjadi pengusaha besar, mereka perlu pendampingan dalam manajemen, memahami pasar, mendapatkan bahan baku, dan logistik. Semua tidak dapat lepas dari keadaan baru yang harus terus memperhatikan protokol kesehatan. Adaptasi terhadap teknologi digital yang sudah terjadi harus berkembang dan menjadi cara hidup baru.