logo Kompas.id
OpiniDemokrasi Kotak Kosong
Iklan

Demokrasi Kotak Kosong

Oleh
Syamsuddin Haris Guru Besar Riset LIPI
· 6 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/zEIIqEp3uQzvq4g8Q1JAIVeI2v4=/1024x1308/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F07%2Fkompas_tark_11741698_1_4.jpeg
Kompas/Heru Sri Kumoro

Syamsuddin Haris

Di luar kegembiraan kolektif kita atas pilkada serentak 2018 yang berlangsung relatif aman dan damai, tak kurang dari 16 pasangan calon (paslon) harus bersaing melawan kotak kosong.

Di Kota Makassar, kotak kosong diduga menang atas paslon tunggal. Mengapa fenomena pilkada kotak kosong meningkat? Apa dampaknya bagi demokrasi kita? Pilkada  kotak kosong bukanlah fenomena unik pilkada serentak 2018. Pada pilkada serentak 2015 dan 2017, kehadiran kotak kosong  sebagai ”pesaing” paslon sudah muncul. Hanya, jumlah daerah yang menyelenggarakan pilkada dengan paslon tunggal meningkat pesat pada 2018 menjadi 16 daerah kabupaten dan kota.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000