Euforia mudik pada Lebaran tahun ini masih perlu disertai sikap waspada terhadap kemungkinan penularan Covid-19. Utamanya ketika bersilaturahmi dengan sanak keluarga dan saat menjamu tamu.
Oleh
Yohanes Advent Krisdamarjati
·4 menit baca
Kondisi penularan Covid-19 yang makin terkendali membukakan jalan bagi masyarakat Indonesia untuk bisa mudik Lebaran tahun ini. Setelah dua tahun pemerintah mengimbau masyarakat untuk membatasi mobilitas, kini kesempatan untuk melepas rindu pulang ke kampung halaman terbuka lebar meski pandemi belum usai.
Mudik Lebaran 2022 terasa berbeda dibandingkan dengan musim pulang kampung ketika wabah belum melanda. Saat ini perjalanan mudik dan interaksi silaturahmi di kampung halaman harus tetap disertai dengan penerapan protokol kesehatan (prokes). Hal itu dilakukan demi menjaga kesehatan keluarga.
Jajak pendapat Kompas pada 19-24 April 2022 mendapatkan gambaran pendapat publik terkait dengan keamanan mudik tahun ini. Selain itu, terekam pula rencana aktivitas apa saja yang akan dilakukan selama hari raya Lebaran.
Meski sebagian besar responden menyatakan sudah tidak mengkhawatirkan lagi terjadinya penularan Covid-19 baik dalam perjalanan maupun saat berkumpul bersama keluarga, masih ada sebagian responden yang khawatir. Paling tidak, kekhawatiran ini dinyatakan oleh sepertiga responden. Mereka menyadari bahwa risiko penularan virus korona masih ada.
Di sisi lain, keyakinan publik bahwa tidak akan tertular Covid-19 ketika di kampung halaman terbilang cukup tinggi. Terdapat lima dari sepuluh responden yang mengaku tidak khawatir akan terjadi penularan Covid-19.
Kelompok publik yang merasa yakin dan percaya diri dengan keamanan serta kesehatannya bisa jadi dilandasi oleh kondisi terkini penularan Covid-19. Angka penularan dapat dikatakan sudah dapat ditekan setelah gelombang varian Omicron pada Februari 2022. Hasilnya, penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di banyak wilayah di Indonesia kini mayoritas berada di level 1 dan 2.
Setidaknya masih ada dua wilayah yang berada di level 3 pada penerapan PPKM di wilayah Jawa dan Bali periode 19 April hingga 9 Mei 2022, yaitu Kota Serang, Banten dan Kabupaten Pamekasan di Pulau Madura, Jawa Timur. Sementara itu, 97 kota/kabupaten berada di level 2 dan sisanya, yaitu 29 kota/kabupaten, berstatus PPKM level 1.
Kondisi penularan Covid-19 di Pulau Jawa mendapat perhatian karena wilayah ini menjadi tujuan mayoritas pemudik. Hasil Survei Potensi Pergerakan Orang Lebaran 2022 oleh Kementerian Perhubungan menunjukkan, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat menjadi tujuan utama para pemudik. Dengan demikian, wilayah-wilayah inilah yang akan menerima banyak pemudik.
Di samping itu, bekal vaksinasi Covid-19 yang sudah dilakukan, bahkan hingga vaksin penguat (booster), dirasa sudah cukup untuk membentengi diri dari risiko penularan virus korona. Meskipun demikian, masyarakat tidak boleh lengah, mengingat saat merayakan hari raya berpotensi bertemu banyak orang ketika bersilaturahmi.
Protokol kesehatan
Sudah menjadi tradisi, silaturahmi dengan sanak saudara, kerabat, tetangga, juga teman menjadi tujuan utama ketika merayakan hari raya Idul Fitri. Hal ini disampaikan mayoritas responden, baik yang mudik maupun tidak. Tingginya rencana aktivitas silaturahmi ditunjukkan juga oleh pernyataan 83 persen responden yang berniat untuk melakukan open house dan mempersilakan saudara serta tetangga untuk berkunjung.
Oleh karena itu, perhatian publik terhadap pelaksanaan prokes menjadi modal penting dalam silaturahmi pada hari raya nanti. Kesadaran publik terhadap prokes ini dibuktikan dari hasil jajak pendapat. Hampir 70 persen responden mengaku akan menerapkan prokes dengan selalu memakai masker, rajin mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, serta berusaha menjauhi kerumunan. Paling tidak untuk menjaga kesehatan diri sendiri dari kemungkinan penyebaran virus. Lebih dari itu, dua dari sepuluh responden bahkan menyatakan peduli untuk menegur orang yang tidak taat prokes saat dijumpai, misalnya tidak mengenakan masker.
Melalui jajak pendapat juga didapati sembilan dari sepuluh responden bahkan berencana menyediakan fasilitas cuci tangan serta hand sanitizer bagi tamu yang berkunjung saat hari raya. Temuan ini menjadi penanda bahwa meski cenderung tidak khawatir lagi terhadap penularan virus, publik masih memiliki kesadaran terhadap penerapan prokes.
Meskipun demikian, masyarakat harus tetap waspada terutama saat membuka masker untuk makan, misalnya. Momentum paling berisiko yang menimbulkan celah penularan Covid-19 ketika Lebaran adalah saat membuka masker. Hal ini akan sering terjadi ketika makan dan minum hidangan yang disediakan tuan rumah.
Apalagi, dari jajak pendapat terungkap bahwa 90 persen responden akan menyediakan hidangan bagi tamu yang datang, berupa makanan kecil hingga sajian makanan utama seperti ketupat sayur dan opor ayam.
Oleh sebab itu, kedisiplinan dalam mengenakan masker harus tetap dijaga. Mengenakan masker masih menjadi salah satu pelindung yang efektif untuk mencegah penularan Covid-19, walaupun sudah mendapatkan vaksin lengkap hingga booster. Mengingat ketika kumpul keluarga akan terjadi interaksi dengan orang-orang yang beragam usia dan kondisi kesehatan.
Kelompok rentan seperti lansia serta orang yang tidak bisa memperoleh vaksin karena penyakit penyerta perlu diberi perhatian lebih. Selain itu, juga balita yang menjadi bagian dari kelompok rentan.
Selalu disiplin menerapkan prokes, rajin mencuci tangan, dan terus menjaga kebersihan harus tetap dipertahankan selama mudik supaya silaturahmi pada hari raya nanti menghadirkan kebahagiaan yang disertai dengan kesehatan raga setiap anggota keluarga. Dan yang terpenting adalah dengan penuh kedisiplinan menjaga prokes, mengantisipasi agar pandemi segera pulih. (LITBANG KOMPAS)