Benturan Gaya Monoton Manchester City dan Main Aman Arsenal
Tanpa pemenang dari duel krusial di Stadion Etihad. Man City dan Arsenal tampilkan performa yang layak hasil remis.
MANCHESTER, MINGGU — Hasil imbang tanpa gol alias 0-0 dikemas Manchester City dan Arsenal pada duel pamungkas pekan ke-30 Liga Inggris, Minggu (31/3/2024), di Stadion Etihad. Remis disebabkan performa monoton City yang tampil tanpa variasi serangan, lalu performa Arsenal yang terkesan bermain aman demi memutus rentetan kekalahan di markas sang juara bertahan.
Kedua tim jelas tahu wajib memburu kemenangan demi tidak membuat jarak dengan Liverpool yang mengalahkan Brighton & Hove Albion, 2-1, di Anfield setengah jam sebelum sepak mula di Etihad. Tetapi, yang tersaji di lapangan, kedua tim seakan enggan mengerahkan seluruh kemampuan demi meraup tiga poin.
Baca juga: Juara Liga Inggris 2024, Penentuan Nasib Arsenal Melawan City
Alhasil, Arsenal harus melepas posisi puncak dengan koleksi 65 poin. Mereka tertinggal dua poin dari Liverpool. Adapun City duduk di peringkat ketiga dengan 64 poin.
City, tim tuan rumah, memang terlihat sangat berambisi mengejar kemenangan dengan menyajikan permainan menyerang. Dalam 25 menit awal laga, 10 pemain outfield “The Citizens” berada di zona pertahanan Arsenal.
Arsenal adalah tim berbeda yang kami hadapi di sini April lalu. Mereka tampil lebih berpengalaman dan jauh lebih baik.
Tidak hanya di awal laga, selama lebih dari 90 menit duel, City konsisten mencatatkan 70 persen penguasaan bola. Hanya, dominasi bola itu berujung pada permainan operan-operan pendek tanpa berani melepaskan tembakan.
City hanya mencatatkan satu tembakan tepat sasaran. Itu berawal dari sepak pojok yang disambut sundulan oleh bek tengah, Nathan Ake, di menit ke-24. David Raya, kiper Arsenal, tak kesulitan menghalau bola agar tak masuk ke gawang.
Baca juga: Beban Ramalan ”Si Gajah” Arsenal
Setelah itu, City gagal memberi ancaman berarti ke gawang Arsenal. Itu artinya untuk pertama kali di Liga Inggris musim ini, City gagal menghasilkan satu pun tembakan mengarah ke gawang dari permainan terbuka (open play).
Kegagalan gelandang kreatif City menghasilkan peluang juga terlihat dari minimnya sentuhan bola penyerang, Erling Haaland. Di babak pertama, Haaland hanya mencatatkan tujuh sentuhan. Catatan itu membaik karena penyerang asal Norwegia itu melakukan 16 sentuhan seusai turun minum. Namun, Haaland tetap pemain yang tampil penuh dengan sentuhan bola terendah dari kedua tim.
“Erling Haaland hanya butuh satu kesempatan untuk mencetak gol, tetapi Anda harus memberinya kesempatan itu. Saya tidak melihat City melakukan itu untuk dia hari ini,” ucap Peter Schmeichel, eks kiper City, kepada BBC.
Tak hanya soal layanan kepada Haaland, Schmeichel juga mempertanyakan ketidakberanian pemain-pemain City melepaskan tembakan spekulasi jarak jauh demi memberikan efek kejut kepada Arsenal. Pasalnya, lini pertahanan Arsenal tampil amat rapat dan disiplin demi tidak memberikan sedikit pun ruang bagi pemain City bebas di kotak penalti mereka.
Baca juga: Arsenal, Empat Tahun Setelah Rezim Arteta
“Mengapa Man City tidak tampil lebih berani? Kami hanya melihat itu di menit-menit akhir. Mereka sayangnya tidak pernah mencoba menembak jarak jauh,” kata mantan kiper Tim Nasional Denmark itu.
Dari 12 tembakan yang dilepaskan City, hanya satu tembakan dari luar kotak penalti. Itu dilakukan Mateo Kovacic di menit ke-47. Selain itu, tembakan The Citizens dilakukan di dalam kotak penalti Arsenal. Berkat peluang itu, City sejatinya mencatatkan 0,95 expected goals (xG), tetapi buruknya efektivitas membuat mereka gagal menggetarkan jala gawang tim tamu.
Tak ayal, City untuk pertama kali sejak Oktober 2021 gagal mencetak gol di Etihad. Mereka tak pernah gagal menaklukkan pertahanan lawan dalam 47 laga kandang sebelumnya.
“Arsenal adalah tim berbeda yang kami hadapi di sini April lalu. Mereka tampil lebih berpengalaman dan jauh lebih baik,” ujar Bernardo Silva kepada Sky Sports.
Baca juga: Cinta Berbalas dari Bernardo Silva
Terkait perebutan gelar juara, Silva menegaskan, perburuan trofi liga masih panjang dan segalanya bisa terjadi. Namun, ia menilai City tidak bisa menentukan nasib sendiri.
“Kami bergantung juga pada Liverpool dan Arsenal sekarang, jadi kami butuh mereka kehilangan poin di saat kami melakukan pekerjaan untuk memenangi gim kami,” ucap Silva.
Peningkatan level
Sementara itu, Arsenal memeragakan permainan aman. Alih-alih mengambil risiko untuk tampil terbuka dan menyerang City, Manajer Arsenal Mikel Arteta menginstruksikan timnya tampil dengan garis pertahanan rendah.
Pergantian yang dilakukan Arteta di babak kedua pun lebih untuk merespons perubahan pemain dari Manajer City Pep Guardiola. Itu ditunjukkan Arteta dengan melakukan dobel pergantian untuk memasukkan Takehiro Tomiyasu dan Thomas Partey di menit ke-66. Dua pemain itu dimasukkan demi mengantisipasi energi segar City berkat masuknya Jeremy Doku dan Jack Grealish di menit ke-61.
Baca juga: Foden, ”Mancunian” Penegas Manchester Berwarna Biru
Tomiyasu terbukti mampu menjadi tembok kokoh bagi Doku di sisi kiri pertahanan Arsenal. Partey pun bisa menutup ruang bagi gelandang City di sisi tengah lapangan.
Pendekatan permainan itu membuktikan “Si Meriam” telah mengalami peningkatan level dan berada di kualitas yang sejajar dengan City di kancah domestik. Selain mengakhiri lima kekalahan beruntun di Etihad, Arteta juga mampu meredam permainan menyerang City. Dalam dua laga di musim ini, City hanya mengoleksi masing-masing satu tembakan tepat sasaran ke gawang timnya.
Hal itu membuat Arsenal menjadi tim ketiga di Liga Inggris yang mampu menahan City tak mencetak gol pada dua duel dalam satu musim. Catatan itu lebih dulu dicapai Manchester United pada 2020-2021 dan Crystal Palace di 2021-2022.
“Saya pikir kami membuat langkah besar. Kami memiliki pengalaman bermain di sini musim lalu dan kami menampilkan cara berbeda hari ini. Tetapi, kami seharusnya masih bisa tampil lebih baik, terutama dalam penguasaan bola di sepertiga akhir,” kata Arteta kepada Sky Sports.