Foden, ”Mancunian” Penegas Manchester Berwarna Biru
Sinar Phil Foden kian terang di musim ini. MU tak berdaya menghalau magis pemain lulusan Akademi Manchester City itu.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
MANCHESTER, MINGGU — Derbi Manchester edisi ke-192 di Stadion Etihad, Minggu (3/3/2024), menjadi panggung bagi dua Mancunian atau pemain asli kota industri itu yang membela masing-masing tim. Meski Marcus Rashford, Mancunian milik Manchester United, menyajikan gol berkelas dunia di babak pertama, Phil Foden, bocah lokal di Manchester City, adalah pemilik panggung utama laga yang dimenangi ”The Citizens”, 3-1, itu.
Rashford sempat membuat pendukung tim tuan rumah di Stadion Etihad terdiam di menit kedelapan. Gol itu buah dari proses fast break atau serangan balik cepat MU yang berawal dari operan jauh Andre Onana kepada Bruno Fernandes. Durasi serangan dari tendangan Onana hingga bola menggetarkan jala gawang City hanya 10 detik.
Sumbangan gol keenam Rashford di musim ini, rangkaian tiga penyelamatan gemilang Onana, serta ketidakmujuran Erling Haaland merangkum paruh pertama laga milik ”Setan Merah”. Rashford merayakan gol keenamnya ke gawang City itu secara emosional. Sebagai pemain didikan MU dan lahir di Manchester, Rashford tahu betapa besar makna gol melawan rival sekota yang mereka sebut, ”Tetangga Berisik”.
Ini adalah tujuan saya untuk menonjol di laga-laga besar. Saya pikir di musim ini saya telah membuktikan itu. Hanya perlu terus bekerja keras.
Di babak kedua, giliran Foden, anak asli Manchester lainnya, yang menjadi perhatian dan menghiasi tema tajuk utama di media Inggris. Gelandang serbabisa berusia 22 tahun itu mencetak dua gol di menit ke-56 dan ke-80 untuk menutup kans MU membawa pulang poin dari Etihad. Gol pamungkas City disumbang Haaland pada menit 90+1.
Foden juga tak kalah menghadirkan gol berkualitas wahid dengan kaki kirinya untuk menyamakan kedudukan. Pemain lulusan Akademi City itu tak kesulitan melepaskan tembakan mengarah pojok kanan gawang Onana di tengah kawalan ketat bek MU, Victor Lindelof.
Peran penting Foden dari sisi sayap dan insting golnya membuat pemain belakang MU, yang sejatinya tampil disiplin, kewalahan. Pada gol kedua, ia memainkan operan satu-dua dengan Julia Alvarez demi menembus kotak penalti MU dan menaklukkan Onana untuk kali kedua.
Foden pun mengukuhkan diri sebagai pemain Akademi City tersubur di derbi Manchester pada era Liga Primer dengan sumbangan enam gol. Merujuk catatan di era modern, Foden hanya kalah dari Sergio Aguero yang menciptakan delapan gol ke gawang MU.
Tak ayal, Foden pun telah mengukuhkan bahwa musim 2023-2024 adalah periode terbaiknya selama tujuh musim membela City. Ia telah mencetak 18 gol dari 39 laga di musim ini. Itu adalah catatan gol terbanyaknya dalam satu periode kompetisi.
Torehan sembilan tembakan di laga kontra MU juga menjadi tonggak baru bagi karier Foden. Jumlah itu adalah koleksi tembakan terbanyaknya dalam satu laga di Liga Inggris.
Capaian itu terasa spesial karena berbarengan dengan menegaskan kota Manchester berwarna biru di musim ini. Tepatnya, biru langit khas warna kostum utama The Citizens.
”Ini adalah tujuan saya untuk menonjol di laga-laga besar. Saya pikir di musim ini saya telah membuktikan itu. Hanya perlu terus bekerja keras,” ucap Foden kepada Sky Sports.
Tentang kesannya memberikan kemenangan di derbi Manchester sebagai bocah lokal, Foden berkata, ”(Kemenangan) ini berarti segalanya bagi saya. Mencetak gol bahkan memberikan perasaan lebih baik, tetapi yang terpenting adalah kemenangan yang juga bermakna besar bagi fans”.
Manajer City Pep Guardiola tidak ragu menyebut Foden adalah pemain terbaik Liga Inggris di musim ini. Ia mengakui peran Foden jauh lebih krusial bagi City saat ini dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya.
”Ia adalah pemain bertalenta, tetapi sekarang ia lebih dewasa dan memahami gim lebih baik, terutama secara bertahan. Ia bisa bermain di tengah, kanan, membuat momen, menusuk ke dalam, bermain di kiri, hingga mencetak gol dari sisi kiri,” ujar Guardiola kepada BBC.
Tak berdaya
Pendekatan taktik Manajer MU Erik ten Hag untuk menerapkan low block dengan formasi 4-2-4 ketika pemain City menguasai bola hanya ampuh di babak pertama. Mereka bisa menahan gempuran City, lalu mengkreasikan dua tembakan tepat sasaran yang salah satunya berujung gol.
Setelah turun minum, MU tidak berdaya membendung badai serangan City. Itu terwujud pula dari tembakan yang bisa dihasilkan MU di Etihad terhenti di menit ke-23. Usai MU mencatatkan tembakan kedua, City menciptakan 21 tembakan beruntun yang di antaranya menjadi tiga gol.
Minimnya pressure yang dilakukan pemain MU di zona pertahanan City menyebabkan kiper City, Ederson Moraes, tak mengeluarkan keringat. Kiper asal Brasil itu baru terlibat dalam skema build-up serangan City ketika laga telah berjalan 67 menit.
Gelandang dan kapten MU, Bruno Fernandes, mengungkapkan, MU mengejar kemenangan dengan berupaya meredam superioritas City dalam penguasaan bola. Meskipun telah tampil disiplin dan sabar, Bruno menilai, kesalahan kecil yang tercipta di pertahanan MU menghadirkan celah bagi City untuk menghukum mereka.
”Kami menunjukkan karakter, tetapi itu tidak cukup untuk memenangi laga. City memenangi gim ini melalui aksi individu pemain mereka,” kata Fernandes dilansir BBC.
Roy Keane, legenda MU, berpendapat berbeda dengan Fernandes. Menurut dia, standar permainan MU telah jauh menurun karena hanya tampil pasif dan menunggu City tanpa menyajikan upaya kuat untuk menyerang City.
”Kita menyaksikan duel pria dewasa (City) melawan bocah laki-laki (MU). Mereka (MU) hanya menunggu dan sulit menendang bola, lalu membuat kesalahan. Seharusnya City bisa mencetak empat atau lima gol,” kata Roy Keane, legenda MU, kepada Sky Sports.
Dengan hasil derbi Manchester, City mempertahankan selisih satu poin dari Liverpool, pemuncak klasemen. Adapun MU tertahan di peringkat keenam. Mereka berjarak 11 poin dari zona Liga Champions.