Kalah Lagi di Final, Fikri/Bagas Harus Mencari Solusi
Fikri/Bagas terpental di final untuk kelima kalinya. Mereka punya PR untuk mengurangi kesalahan dalam momen penting.
BASEL, MINGGU — Setelah menjuarai All England 2022, Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana lima kali menembus final, tetapi selalu gagal juara. Mereka harus mengatasi kendala untuk menghadapi momen penting menjelang akhir kualifikasi Olimpiade Paris 2024.
Kekalahan terakhir dalam laga final dialami di Swiss Terbuka pada pertandingan yang berlangsung di St Jakobshalle, Basel, Minggu (24/3/2024). Mereka kalah dari pasangan Inggris, Ben Lane/Sean Vendy, dengan skor 22-24, 26-28.
Baca juga: Fikri/Bagas Lebarkan Peluang ke Olimpiade
Hasil yang didapat Fikri/Bagas terobati oleh kemenangan Lanny Trias Mayasari/Ribka Sugiarto. Mereka meraih gelar pertama dari level BWF World Tour Super 300 setelah mengalahkan Hsu Ya Ching/Lin Wan Ching (Taiwan) 13-21, 21-16, 21-8. Gregoria Mariska Tunjung hampir menambah gelar bagi Indonesia setelah mendapat match point, tetapi akhirnya kalah dari Carolina Marin 19-21, 21-13, 20-22.
Fikri/Bagas gagal memanfaatkan dua game point pada gim pertama dan lima game point pada gim kedua. Mereka bekerja keras untuk berbalik unggul 21-20 setelah tertinggal 16-20 pada gim awal, tetapi melakukan tiga kesalahan dalam perebutan lima poin terakhir.
Mereka harus yakin kalau mereka bisa menjadi juara. Kalau bisa juara, pasti kepercayaan diri mereka semakin bagus.
Pada gim kedua, Fikri/Bagas gagal memanfaatkan keunggulan 20-17. Mereka lengah hingga kali ini Lane/Vendy yang berbalik unggul 21-20. Usaha menggagalkan empat match point lawan melayang karena berkali-kali membuat kesalahan, di antaranya ketika Bagas dua kali gagal melakukan pukulan net. Adapun setelah unggul 26-25, giliran Fikri yang melakukan dua kesalahan beruntun.
Pelatih ganda putra pelatnas bulu tangkis Aryono Miranat, yang mendampingi Fikri/Bagas selama tur Eropa, menuturkan, ganda putra peringkat kesembilan dunia itu harus lebih tenang saat bertanding di final, apalagi ketika menghadapi momen kritis.
Baca juga: Dari Oase All England, Emas Olimpiade Mulai Dibentuk
”Mereka harus yakin kalau mereka bisa menjadi juara. Kalau bisa juara, pasti kepercayaan diri mereka semakin bagus,” tutur Aryono.
Selain kalah di Swiss Terbuka, empat kekalahan lain di final dialami pada 2023. Mereka kalah pada laga puncak di Orleans Masters, Thailand Terbuka, serta dua turnamen beruntun di Eropa: Denmark dan Perancis Terbuka.
Apa yang dialami Fikri/Bagas saat melawan Lane/Vendy pernah dituturkan Christian Hadinata ketika bercerita tentang kekurangan ganda putra Indonesia. Legenda bulu tangkis Indonesia itu becermin pada penampilan skuad ganda putra, terutama dalam setahun terakhir.
Christian menuturkan, dengan kekuatan merata di nomor ini, persaingan yang terjadi di lapangan lebih menggambarkan adu ketangguhan mental. Level kekuatan mental tersebut bisa terlihat pada momen kritis, di antaranya saat pertandingan berjalan ketat atau ketika pemain berada di ambang kemenangan.
”Saat skor ketat, atlet bisa merasa tertekan. Adapun saat unggul, mereka biasanya lengah. Ketika lawan bisa mengejar, tekanan bisa muncul lagi. Tantangannya semakin besar karena permainan ganda putra berjalan dalam tempo cepat,” tutur Christian.
Baca juga: Motivasi Jadi Kunci untuk Rinov/Pitha
Sosok juara dunia ganda putra (bersama Ade Chandra) dan ganda campuran (Imelda Wigoeno) 1980 itu memberikan tips agar atlet bisa menenangkan diri saat merasa tertekan, di antaranya dengan meminta waktu untuk mengelap keringat atau meminta lapangan dibersihkan. Selain memiliki waktu menenangkan diri, meski hanya beberapa detik, cara itu bisa memutus momentum lawan.
Adapun dalam masa persiapan sebelum turnamen, belajar mencari solusi pada momen kritis bisa dilakukan melalui simulasi pertandingan yang dimulai dengan skor di atas 14. Dari sini, pelatih bisa mengevaluasi cara setiap pemain dalam mengatasi tekanan.
Fikri/Bagas harus segera mencari solusi atas kendala tersebut karena mereka akan bersaing di Kejuaraan Asia, 9-14 April, sebagai ajang terakhir kualikasi Olimpiade Paris 2024 di zona Asia. Saat ini, Fikri/Bagas bersaing ketat dengan Liu Yu Chen/Ou Xuan Yi (China) dengan target yang sama, yaitu menjadi ganda putra kedua dari negara masing-masing untuk lolos ke Olimpiade. Selain pada hasil sendiri, nasib mereka akan bergantung juga pada hasil pesaing. Berdasarkan perhitungan matematis, Fikri/Bagas setidaknya harus mencapai semifinal di Kejuaraan Asia untuk membuka peluang tampil di Olimpiade.
Mereka bisa menjadi ganda kedua Indonesia setelah Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto berada pada posisi aman ke Paris dengan menempati ranking ketujuh kualifikasi Olimpiade. Adapun Liu/Ou bisa mendampingi ”adik” mereka, Liang Wei Keng/Wang Chang yang saat ini berperingkat ketiga. Syarat untuk lolos bagi Fikri/Bagas dan Liu/Ou adalah menempati ranking delapan besar pada daftar peringkat 30 April.
Baca juga: Jangan Dulu Menginjak Rem, Fajar/Rian
Inspirasi teman
Gelar juara dari Lanny/Ribka adalah yang kedua bagi ganda putri Indonesia dalam turnamen Eropa yang digelar selama Maret. Pekan lalu, Meilysa Trias Puspitasari/Rachel Alessya Rose menjuarai Orleans Masters yang juga berlevel Super 300.
”Saya dan Lanny tentunya termotivasi juaranya Rachel/Trias di Orleans Masters. Semoga kami main konsistesn dan bisa lebih baik lagi di setiap turnamen di level manapun,” komentar Ribka.
Lanny/Ribka, yang berpasangan sejak September 2022 adalah ganda putri nomor empat Indonesia berperingkat ke-32 dunia. Sebelumnya, mereka memiliki empat gelar, tetapi dari level yang lebih rendah, yaitu Indonesia Masters I dan II Super 100 pada 2023 serta dua gelar lain dari level international challenge/series pada 2022.
Saat ini, ganda putri hanya memiliki Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti yang bersaing pada turnamen level tinggi. Pasangan nomor dua ”Merah Putih”, Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi, sebenarnya bisa menjadi bagian dari turnamen Super 750 dan 1000, tetapi mereka selalu tersisih pada dua babak awal.
Dengan hasil tersebut dan kesempatan ke Olimpiade yang tertutup bagi Febriana/Amalia, pelatih ganda putri Eng Hian menurunkan level turnamen mereka ke Super 300 dan 500. Target Eng Hian adalah agar Febriana/Amalia bisa mematangkan semua faktor kemampuan.
Sementara kekalahan Gregoria dialami setelah dia mendapat match point pada skor 20-19 gim ketiga. Namun, Gregoria kehilangan tiga poin salah satunya karena kok pengembalian servisnya jatuh di luar lapangan hingga Marin berbalik unggul 21-20. Bagi Marin, ini menjadi gelar kedua beruntun setelah All England, pada pekan sebelumnya.