Berpaling ke Nike, Timnas Jerman Tinggalkan Adidas
Persaingan antara Adidas dan Nike yang berlangsung puluhan tahun memanas. Kali ini Nike unggul dari Adidas.
Oleh
WISNU AJI DEWABRATA
·4 menit baca
BERLIN, JUMAT — Persaingan dua musuh bebuyutan antara Adidas dan Nike mencapai puncaknya. Kali ini, Nike menang dari Adidas setelah berhasil merebut kontrak sebagai penyedia perlengkapan tim nasional sepak bola Jerman.
Keputusan Federasi Sepak Bola Jerman (DFB) beralih dari Adidas ke Nike dikecam di dalam negeri karena dinilai tidak patriotis. Adidas adalah jenama yang berasal dari Jerman, sedangkan Nike berasal dari Amerika Serikat. Penampilan timnas Jerman identik dengan jersei yang diproduksi Adidas. Cirinya, antara lain, tiga setrip di pundak atau dada.
Media Jerman melaporkan, Nike menawarkan nilai kontrak yang lebih menggiurkan daripada Adidas. Nike menawarkan mahar sebesar 100 juta euro (Rp 1,7 triliun) setahun, sedangkan Adidas ”hanya” menawarkan 60-65 juta euro (Rp 1,03 triliun-Rp 1,1 triliun). Kontrak Nike akan dimulai tahun 2027 hingga berakhir 2034.
Melansir dari Bild, CEO Adidas Bjorn Gulden bahkan menemui petinggi DFB di Frankfurt, Rabu (20/3/2024), untuk melobi. Namun, upaya Gulden gagal karena Nike memberikan penawaran lebih menarik.
Pengumuman mengejutkan itu disampaikan DFB pada Kamis (21/3/2024). Padahal, kerja sama DFB dan Adidas sudah berlangsung manis selama 70 tahun. Bahkan, tim ”Der Panzer” menggunakan fasilitas dalam kompleks ”markas besar” Adidas di Herzogenaurach, dekat Nuremberg, untuk persiapan Piala Eropa Jerman 2024.
Adidas adalah teman setia timnas Jerman. Perusahaan yang didirikan Adi Dassler itu menjadi sponsor timnas Jerman ketika Jerman menjuarai empat Piala Dunia, tiga kali juara Eropa, dua kali Piala Dunia putri, dan delapan gelar lainnya di Eropa. Adidas memberikan tanggapan singkat dan dingin atas keputusan mengejutkan itu.
”Kami mendapat informasi hari ini dari DFB, mulai 2027 (DFB) akan memiliki pemasok baru.”
DFB memberikan penjelasan mengapa keputusan itu diambil. ”Kami memahami setiap emosi. Ini merupakan peristiwa yang drastis bagi kami ketika kemitraan yang ditandai dengan banyak peristiwa spesial akan segera berakhir setelah lebih dari 70 tahun,” demikian penjelasan DFB melalui akun X.
Menurut DFB, alasan mereka beralih ke Nike demi pengembangan sepak bola di Jerman. DFB menaungi lebih dari 24.000 klub sepak bola dan 2,2 juta pemain aktif. DFB berharap sepak bola akan menjadi olahraga yang berbasis masyarakat dengan adanya investasi di klub ataupun di tingkat amatir.
Pertimbangan bisnis
DFB pun mengakui, keputusan tersebut tidak lepas dari pertimbangan bisnis bukan karena setia atau tidak setia, patriot atau tidak patriot. ”DFB harus mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan ekonomi. Nike sejauh ini memberikan penawaran finansial terbaik dalam proses tender yang transparan dan tidak diskriminatif,” demikian penjelasan tambahan DFB.
Sebelumnya, Presiden DFB Bernd Neuendorf mengatakan, pihaknya menanti untuk segera bekerja sama dengan Nike dan berterima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada DFB. Kerja sama di masa depan akan memungkinkan DFB melaksanakan tugas-tugas utama sehubungan dengan perkembangan sepak bola di Jerman.
Saya tidak bisa membayangkan jersei timnas Jerman tanpa tiga setrip (ciri khas Adidas). Adidas dan warna hitam-merah-emas selalu menjadi identitas Jerman.
Neuendorf menegaskan, Adidas akan tetap menjadi pemasok DFB hingga Desember 2026 atau setelah Piala Dunia 2026 di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. DFB berjanji akan melakukan segala hal semaksimal mungkin agar DFB dan Adidas mencapai kesuksesan bersama. DFB mengakui bahwa sepak bola Jerman berutang budi kepada Adidas selama lebih dari tujuh dekade.
Direktur Eksekutif DFB Holger Bask memperkuat pendapat Neuendorf. Bask mengungkapkan, Nike sejauh ini telah memberikan penawaran yang terbaik. Nike juga memiliki komitmen yang jelas terhadap pengembangan sepak bola amatir dan di tingkat akar rumput, serta pengembangan sepak bola putri di Jerman.
”Kami sebagai asosiasi bersyukur akan datangnya masa depan yang stabil secara ekonomi berkat komitmen Nike,” ujar Bendaraha DFB Stephan Grunwald. Grunwald optimistis masa depan sepak bola Jerman lebih cerah sebagai dampak kerja sama tersebut.
Kontroversi
Keputusan DFB meninggalkan mitra lamanya, Adidas, menimbulkan silang pendapat terutama di dalam negeri. Kontroversi menghangat karena keputusan itu diambil setelah Adidas baru saja meluncurkan jersei timnas Jerman untuk Piala Eropa yang digelar bulan Juni mendatang.
”Saya tidak bisa membayangkan jersei timnas Jerman tanpa tiga setrip (ciri khas Adidas). Adidas dan warna hitam-merah-emas selalu menjadi identitas Jerman. Saya menginginkan rasa patriotisme yang lebih besar dari DFB,” kata Wakil Kanselir Jerman Robert Habeck yang menyayangkan keputusan DFB itu.
”Tim nasional bermain dengan mengenakan tiga setrip. Itu sudah jelas seperti bola itu bulat dan pertandingan sepak bola berlangsung 90 menit,” ujar Perdana Menteri Bavaria Markus Soeder melalui akun X. Namun, Kanselir Jerman Olaf Scholz enggan memberikan komentar panjang. ”Yang terpenting adalah mencetak gol,” ujar Scholz di Brussels, Belgia, di sela menghadiri pertemuan pemimpin Eropa.
Noah Calid (22), seorang mahasiswa, menilai, pergantian pemasok jersei timnas Jerman dari Adidas ke Nike adalah memalukan. ”Sesuatu yang telah menjadi budaya dan tradisi sudah dijual,” ujarnya ketika ditemui di toko Adidas di Berlin.
Menurut Christoph Breuer dari Institut Ekonomi Olahraga dan Manajemen Olahraga yang berbasis di Cologne, kerja sama yang menguntungkan antara DFB dan Nike merupakan kesepakatan bisnis yang penting pada saat yang tepat. DFB menghadapi kekhawatiran finansial dan tidak punya pilihan selain menerima penawaran Nike.
Selain itu, DFB juga tengah mendapat tekanan yang hebat karena timnya tampil mengecewakan di turnamen besar. DFB masih menunggak gaji Hansi Flick, Pelatih Timnas Jerman yang dipecat tahun lalu, dan menanggung biaya untuk akademi baru yang semakin membengkak. Suntikan dana dari Nike diharapkan dapat membuat DFB bernapas lega.
Adidas juga mengalami goncangan setelah membukukan kerugian yang pertama dalam 30 tahun pada tahun 2023. Sementara itu, CEO Nike John Donahoe mengatakan, keberhasilan kerja sama Nike dan DFB telah menjadikan timnas Jerman sebagai merek global dan pahlawan global.