Jerman sangat merindukan sosok gelandang yang bisa menjembatani serangan. Itulah alasan Toni Kroos kembali dari pensiun.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LYON, JUMAT — Seribu hari berselang usai terakhir kali tampil di panggung internasional, gelandang veteran Toni Kroos akan membela tim nasional Jerman lagi. Sang ”metronom” kembali dengan misi besar. Dia diharapkan jadi katalis dalam transisi Jerman menuju generasi baru di Piala Eropa 2024.
Kroos, 34 tahun, masuk lagi ke skuad ”Panser” sekitar tiga bulan jelang Piala Eropa yang akan berlangsung di Jerman. Pemain Real Madrid itu terakhir kali membela timnas ketika Jerman takluk dari Inggris di babak 16 besar Piala Eropa 2020, pada Juni 2021. Dia memutuskan pensiun dari timnas setelah itu.
Kembalinya Kroos disambut meriah. Jersei atas nama Kroos laku terjual dua kali lipat lebih banyak dibandingkan yang lain dalam hari peluncuran seragam baru Jerman. Laga uji coba Jerman versus Perancis di Stadion Groupama, Lyon, Minggu (24/3/2024) dini hari WIB, akan menandai kembalinya sang gelandang.
Kroos berkata, ia ingin kembali karena percaya dengan potensi besar skuad saat ini. Terutama dua gelandang serang muda yang sedang bersinar di Eropa, Florian Wirtz (20) dan Jamal Musiala (21). Dengan pengalaman segudang, dia berniat membimbing tim asuhan Pelatih Julian Nagelsmann itu di Piala Eropa.
”Jamal dan Florian? Saya jarang menonton Liga Jerman, lebih sering melihat mereka di Liga Champions. Meskipun begitu, sesi latihan pagi (dengan timnas) cukup memperlihatkan betapa besar bakat mereka. Tugas saya adalah memberikan mereka kebebasan untuk bermain (dengan kelebihan masing-masing),” ujar Kroos.
Kross kembali bukan hanya demi nostalgia. Dia pernah mengantar Jerman juara Piala Dunia Brasil 2014. Namun, gelandang pengatur tempo itu juga menjadi bagian kegagalan di Piala Dunia Rusia 2018 dan Piala Eropa terakhir. Dia dipanggil lagi berkat penampilan yang sangat konsisten di Madrid musim ini.
Kroos menjadi jembatan serangan terbaik untuk ”El Real”. Menurut FbRef, Kroos mencatatkan jumlah umpan progresif paling banyak di Liga Spanyol (248 kali). Jumlah itu jauh melampaui rekannya di timnas yang bermain bersama Barcelona, Ilkay Gundogan (174 kali). Adapun Gundogan tampil 569 menit lebih banyak.
Berdasarkan data Opta Analyst, Kroos juga menciptakan catatan pribadi terbaik selama di Madrid dalam rerata jumlah umpan per 90 menit (99 kali) dan rerata duel sukses (63 persen). ”Sulit mengatakan mana musim terbaiknya karena yang sekarang selalu terbaik,” puji Pelatih Madrid Carlo Ancelotti pada medio Februari.
Paket kemampuan itu sangat dibutuhkan Nagelsmann saat ini. Jerman bermasalah dalam memindahkan bola ke sepertiga akhir lapangan lawan pada dua laga terakhir. Saat kalah dari Turki 2-3, mereka hanya memainkan 45 umpan di sepertiga akhir lawan. Jumlah itu paling sedikit kedua bagi Jerman seusai Piala Eropa 2020.
Jerman selalu dominan dalam penguasaan bola, tetapi tidak ada yang mampu menjembatani serangan ke sisi lapangan lawan. Ketika ditaklukkan Austria 0-2, Jerman hanya menciptakan 15 sentuhan di kotak penalti lawan. Mereka tidak pernah mencatat jumlah sentuhan sekecil itu sejak 2021.
Peran Kroos sebagai sosok metronom begitu dirindukan. Adapun sejak 2010 dalam Piala Dunia dan Piala Eropa, tidak ada pemain yang bisa melebihi catatan Kroos dalam rerata umpan ke sepertiga akhir lawan per 90 menit (19,4 kali). Catatan itu bahkan melampaui ”otak” permainan tiki-taka Spanyol, Xavi Hernandez (11,7 kali).
”Toni pemain yang luar biasa. Hanya dari sesi latihan, Anda bisa melihat betapa tenang dirinya saat dengan bola. Dari apa yang saya lihat bertahun-tahun, dia adalah pemain yang bisa membantu kami. Saya sangat menghormatinya,” kata Musiala yang menjadi bintang Jerman di Piala Dunia Qatar 2022.
Tugas saya adalah memberikan mereka kebebasan untuk bermain (dengan kelebihan masing-masing).
Kedewasaan Kroos
Di sisi lain, pengalaman Kroos dalam memimpin tim juga dibutuhkan Jerman. Asisten kapten Madrid itu sudah memainkan 106 laga internasional sejak debut pada 2010. Hanya Thomas Mueller (126) dan Manuel Neuer (115) yang mencatatkan penampilan lebih banyak bersama tim Panser.
Nagelsmann sedang dalam situasi sulit. Jerman menang atas Amerika Serikat 3-1 dalam debutnya setelah menggantikan Hansi Flick. Namun, mereka gagal menang lagi dalam tiga kesempatan beruntun. Jerman bahkan kalah dalam dua pertandingan terakhir pada November 2023.
Nagelsmann pun menjadi salah satu pelatih Jerman dengan awalan terburuk, menyamai Erich Ribbek (1998) yang hanya menukangi tim sebanyak 24 laga. Tren itu merupakan hal yang kurang bagus jelang Piala Eropa. Sosok jenderal lapangan tengah seperti Kroos pun diharapkan bisa memberi kedewasaan lebih pada tim.
Bagi Jerman, laga versus Perancis akan menjadi tolok ukur kekuatan terbaru. Mereka selalu berada di bayang-bayang Perancis belakangan ini. ”Jerman menjalani masa yang sulit. Namun, mereka akan berusaha membalas dendam. Kami harus berhati-hati,” kata gelandang Perancis, Aurelien Tchouameni. (AP/REUTERS)