Egy Maulana, Adi Satryo, dan Riyandi, Alumni Liga Kompas di Balik Kemenangan Timnas
Ada kontribusi alumni Liga Kompas di balik kemenangan timnas Indonesia atas Vietnam. Siapa saja mereka?
Oleh
EMILIUS CAESAR ALEXEY
·3 menit baca
Sesudah merayakan kemenangan atas Vietnam pada laga putaran kedua penyisihan Piala Dunia 2026, Timnas Indonesia terbang ke Vietnam untuk menjalani laga berikutnya, Sabtu (23/3/2024) pagi. Skuad Garuda berangkat dengan kepercayaan diri tinggi berbekal kemenangan pada laga pertama, Kamis (21/3/2024).
Di balik kemenangan Timnas, ada peran besar alumni Liga Kompas Gramedia (LKG). Pemain alumni LKG yang menjadi tulang punggung timnas itu adalah penyerang Egy Maulana Vikri, kiper Muhammad Adi Satryo, dan kiper cadangan Muhamad Riyandi.
Di tengah berlimpahnya pemain naturalisasi di tubuh skuad Garuda, Egy dapat menjadi pembeda bagi timnas. Pada situasi tertekan oleh gempuran pasukan bintang emas Vietnam, Egy dengan cerdik memanfaatkan umpan lemparan jauh Arhan Pratama, yang gagal disapu bek Vietnam, menjadi gol pada menit ke-52.
Saat masih di LKG, Egy sering menambah porsi dan jam latihan dari yang seharusnya untuk mengasah kemampuannya.
Gol itu mengubah irama permainan Indonesia. Anak asuhan Shin Tae-yong lebih berani menyerang dan membuat tekanan Vietnam ke Indonesia berkurang, sampai berakhirnya laga.
Kemahiran Egy mencetak gol sudah terlihat saat berlaga membela SSB Anisa Pratama dalam LKG musim 2014. Egy mengemas 28 gol dalam 30 laga sepanjang musim 2014.
”Egy mahir dalam memanfaatkan setiap peluang untuk mencetak gol. Dia juga cerdas dalam membuka ruang untuk rekannya. Saat masih di LKG, Egy sering menambah porsi dan jam latihan dari yang seharusnya untuk mengasah kemampuannya. Hal itu yang membuat dia terpilih menjadi pemain yang mewakili LKG pada Piala Gothia 2014 di Swedia,” kata Dede Sulaeman, mantan pemain timnas Indonesia dan pencari bakat di LKG.
Pada 2016, Egy kembali mengikuti Piala Gothia dan berhasil mencetak 28 gol. Pemain kelahiran Medan, Sumatera Utara, 7 Juli 2000, itu kembali menjadi pencetak gol terbanyak pada Piala AFF U-19 2017 dengan delapan gol.
Setelah itu, Egy diminati beberapa klub Eropa dan akhirnya menjatuhkan pilihan ke klub Polandia, Lechia Gedansk, dari 2018 sampai 2021. Saat kontraknya habis, Egy pindah ke klub Senica di Liga Slovakia dan berlanjut ke klub Vion Zlate Moravce di liga yang sama.
Pada awal 2023, Egy pulang ke Tanah Air dan bergabung dengan Dewa United.
Kiper timnas
Pada posisi kiper, Muhammad Adi Satryo menjalankan tugasnya dengan baik dan tidak kebobolan saat melawan Vietnam. Adi juga merupakan alumnus Liga Kompas Gramedia.
Adi ikut membela SSB Villa 2000 pada LKG musim 2015. Kemudian, Adi dipanggil untuk tim U-16 Persija pada 2016 dan berlatih bersama tim U-16 Persib pada 2017.
Adi Satryo pernah membela Kalteng Putra U-18 pada 2018 dan menembus timnas pada Piala AFF U-19 pada 2019. Pada fase profesional, Adi Satryo pernah membela Persik Kediri dan kini membela ”Laskar Mahesa Jenar”, PSIS Semarang.
Selain Adi Satryo, terdapat juga kiper cadangan Muhamad Riyandi. Riyandi pernah memperkuat SSB Pelita Jaya pada Liga Kompas Gramedia musim 2013-2014. Kiper bertinggi 183 sentimeter itu memperkuat tim Barito Putera U-21 dan tim seniornya pada periode 2016-2022. Meskipun saat bergabung usianya baru 16 tahun, Riyandi pernah dipercaya untuk berlaga di tim senior.
Riyandi juga pernah dipanggil Indra Sjafri untuk memperkuat timnas U-19 pada 2018. Sejak saat itu, Riyandi sering ke timnas pada berbagai kelompok umur dan timnas senior meskipun tidak selalu dimainkan sebagai kiper utama.
Mereka menjadi bukti, pemain lokal yang dibina dengan baik sejak masa remaja dengan kompetisi berkualitas dapat menjadi andalan timnas. Naturalisasi pemain berdarah Indonesia boleh saja dilakukan, tetapi jangan menjadi senjata andalan untuk memperkuat timnas.
”Pembinaan usia dini dan usia remaja melalui kompetisi rutin harus digelar di seluruh Indonesia jika ingin menghasilkan pemain timnas berkualitas unggul saat mereka dewasa. Pembinaan semacam ini butuh kerja keras bertahun-tahun dan tidak bisa instan,” kata Hadi Rahmaddani, pemandu bakat Liga Kompas Gramedia.