Keping Terakhir ”Tiga Singa”, di Antara Rice dan Bellingham
Timnas Inggris butuh satu pemain untuk menyempurnakan trio lini tengah. Laga lawan Brasil menjadi panggung eksperimen.
Saat ini tidak ada pelatih yang lebih beruntung dibandingkan Gareth Southgate. Pelatih tim nasional Inggris itu memiliki dua gelandang kelas dunia yang sedang berada dalam performa terbaik, yaitu Declan Rice dan Jude Bellingham. Mereka bersinar terang di klub dan liga masing-masing.
Rice menjadi tulang punggung di lini tengah Arsenal musim ini. Berkatnya, ”Si Meriam” memimpin perburuan gelar Liga Inggris dan berhasil lolos pertama kali ke perempat final Liga Champions sejak 2010. Sementara itu, Bellingham berevolusi menjadi mesin pencetak gol dan memimpin era baru Real Madrid.
Baca juga: Jungkir Balik Ben White dari Arsenal ke Timnas Inggris
Bagi ”Tiga Singa” yang sudah paceklik gelar sejak 1966, talenta Rice dan Bellingham bersemi pada waktu yang tepat. Duet gelandang yang sudah berpasangan sejak Piala Dunia Qatar 2022 tersebut bisa semakin diandalkan. Adapun Inggris sudah dinanti Piala Eropa 2024 sekitar tiga bulan lagi.
Meskipun demikian, komposisi lini tengah Inggris ternyata masih berlubang jika dilihat dari skuad terakhir untuk melawan Brasil dalam laga persahabatan di Stadion Wembley, Minggu (24/3/2024) dini hari WIB. Ada kekosongan satu gelandang dalam formasi 4-3-3 atau 4-2-3-1 ala Southgate.
Gelandang favorit Southgate, Kalvin Phillips, tidak lagi dipanggil timnas usai penurunan performa di Manchester City yang berujung peminjaman ke West Ham United. Gelandang veteran Jordan Henderson masih dipanggil, tetapi diragukan setelah bermain di Liga Arab Saudi dan Belanda dalam setahun terakhir.
Tanda tanya besar pun muncul. Siapa sosok paling tepat untuk menggantikan peran Phillips atau Henderson yang bergantian berada di lini tengah Tiga Singa selama empat tahun ke belakang? Pertanyaan itu bisa terjawab saat Inggris menjamu Brasil nanti. Itu merupakan satu dari empat laga terakhir mereka sebelum ke Piala Eropa.
Baca juga: Bumerang Loyalitas Southgate pada Barisan ”Tiga Singa”
Pilihan Southgate di lini tengah semakin beragam. Salah satunya dengan kehadiran gelandang 18 tahun asal Manchester United, Kobbie Maino. Dia dipanggil tim U-21 terlebih dulu pada pekan lalu, kemudian dipromosikan tiba-tiba oleh sang pelatih. ”Saya kaget sekaligus senang bisa mendapat kesempatan ini,” ujar Mainoo.
Tentang pemanggilan pertama Mainoo ke timnas, Southgate mengatakan, sangat senang dengan potensi sang remaja. Apalagi, Mainoo akhir-akhir ini menjadi salah satu pemain yang justru mampu mengangkat tim sebesar MU. Namun, Southgate tidak menjamin Mainoo bisa berangkat ke Piala Eropa karena masih minim pengalaman.
”Kobbie melakukan hal yang brilian sebagai pemain muda, tetapi dia baru memainkan jumlah laga yang sedikit. Di situasi ini, dia belum memiliki jumlah laga seperti saat Jude dan Bukayo (Saka) pertama datang. Karena itu, kami harus berhati-hati sebelum membuat keputusan agar waktunya tepat,” ujar Southgate.
Gallagher, pilihan alternatif paling cocok
Selain Mainoo, opsi lain di lini tengah merupakan pemain yang sudah pernah dipanggil ke timnas sebelumnya, yaitu Gallagher (Chelsea), Cole Palmer (Chelsea), Phil Foden (City), dan James Maddison (Tottenham Hotspur). Adapun Palmer dan Foden juga bisa berperan sebagai penyerang sayap.
Baca juga: Rashford, dari Timnas untuk MU
Di Inggris, Rice ditugaskan bermain lebih defensif. Dia berperan sebagai gelandang jangkar yang tidak ikut maju saat menyerang. Berbeda dengan perannya di Arsenal belakangan ini sebagai gelandang ”nomor 8” yang lebih banyak masuk ke kotak penalti. Hal itu untuk menyeimbangkan peran Bellingham.
Bellingham mulai dipercaya sebagai gelandang serang, seperti bersama Madrid, setelah bermain lebih dalam ketika di Qatar. Tusukannya ke kotak penalti menjadi senjata baru Inggris. Adapun di Madrid, Bellingham berstatus pemain paling produktif dengan sumbangan 20 gol di seluruh kompetisi musim ini.
Ketika melihat gelandang, Anda akan bertanya: apakah mereka menghentikan gol, menciptakan peluang, atau mencetak gol? Dia melakukan itu semua.
Dengan duet itu, Inggris memiliki keunggulan di pertahanan dan serangan. Southgate yang cukup pragmatis dalam pendekatan taktik pun butuh satu lagi sosok gelandang dengan peran lebih seimbang. Sosok yang bisa diandalkan di dua sisi lapangan seperti Henderson pada usia emasnya.
Baca juga: Seisi Stadion Wembley Sama, Bellingham yang Berbeda
Di antara banyak pilihan tersedia, pemain yang paling memenuhi kriteria adalah Gallagher. Dia menjadi salah satu penampil paling konsisten di Chelsea musim ini. Seperti pemain bertipe box to box lain, Gallagher memiliki daya jelajah tinggi untuk maju dan mundur setiap saat. Dia juga cukup piawai dalam membangun serangan.
Southgate pernah memuji Gallagher sebagai salah satu pemain komplet dalam timnya. ”Ketika melihat gelandang, Anda akan bertanya: apakah mereka menghentikan gol, menciptakan peluang, atau mencetak gol? Dia melakukan itu semua,” ujarnya seusai memasukkan Gallagher ke skuad Piala Dunia Qatar, seperti dikutip The Athletic.
Tugas utama Henderson di Qatar adalah menekan intens hingga pertahanan lawan saat kehilangan bola. Menariknya, itu juga merupakan kelebihan Gallagher. Menurut Whoscored, sang gelandang 24 tahun itu berhasil merebut kembali penguasaan bola di sepertiga lawan (34) lebih banyak dari pemain lain di lima liga teratas Eropa.
Gallagher juga menunjukkan kepiawaian di kedua sisi dalam berbagai statistik bersama Chelsea. Menurut Squawka, dia menempati peringkat pertama klub dalam hal duel sukses (147), tekel sukses (68), menciptakan peluang (38), dilanggar lawan (38), dan intersepsi (33). Adapun dia sudah menyumbang 2 gol dan 5 asis di liga.
Baca juga: Epos Tiada Henti Jude Bellingham
Tidak mudah tampil konsisten setiap pekan di dalam tim muda yang sangat inkonsisten seperti Chelsea. Namun, Gallagher bisa melakukannya. Dengan modal itu, dia pantas mendapat kesempatan lebih bersama Tiga Singa. Gallagher mengingatkan pada Henderson di masa prima, tetapi dengan pengalaman lebih sedikit.
Gallagher juga merupakan pilihan paling seimbang ketimbang yang lain. Foden lebih sering ditempatkan di sisi sayap, begitu pun nanti. Palmer juga diproyeksikan untuk melapisi Saka. Keduanya bisa menjadi opsi di lini tengah ketika Inggris butuh gol atau sedang tertinggal. Hal sama berlaku untuk Maddison yang berposisi asli gelandang serang.
Hanya saja, Gallagher baru 11 kali bermain untuk Inggris. Dia pun lebih sering masuk di pengujung laga dari cadangan. Southgate jarang memberinya kesempatan dalam laga penting. Adapun pemain berambut pirang itu tidak mendapatkan satu menit pun di Qatar. Dia hanya sekali menjadi starter di kualifikasi Piala Eropa.
Faktor itu yang akan membuat Southgate berpikir berkali-kali. Seperti diketahui, sang pelatih sangat percaya pada beberapa pemain yang bisa menjalankan sistemnya. Itu alasan Harry Maguire dan Henderson nyaris selalu dipanggil apa pun kondisinya. Karena itu pula, jangan kaget jika Henderson yang sudah berusia 33 tahun dan kurang kompetitif akan kembali diandalkan. (AP/REUTERS)