Seisi Stadion Wembley Sama, Bellingham yang Berbeda
Inggris lolos kualifikasi Piala Eropa dan menuntaskan dendam atas Italia. Kiprah Bellingham yang menjadi pembeda.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LONDON, RABU — Gelandang Jude Bellingham membuktikan lagi, dirinya adalah aset paling berharga bagi tim nasional Inggris. Pemain 20 tahun asal Real Madrid itu menginspirasi kemenangan Inggris atas Italia, Rabu (18/10/2023) dini hari WIB, sekaligus memutar balik kisah pahit di Stadion Wembley, dua tahun silam.
Bellingham disambut tepuk tangan meriah seisi Stadion Wembley saat ditarik pada menit ke-85. Dia menginspirasi dua gol balasan yang membuat Inggris menang 3-1 setelah tertinggal lebih dulu di paruh pertama. Kemenangan itu memastikan ”Tiga Singa” lolos langsung ke putaran final Piala Eropa Jerman 2024.
Mantan bek Inggris, Matt Upson, berkata, tidak ada pemain di lapangan yang bisa menandingi gemerlap Bellingham. ”Dia menjadi jantung dari segalanya (yang dilakukan Inggris), menciptakan kekacauan di seluruh sisi lapangan. Tidak heran para pendukung sampai berdiri untuk mengapresiasinya,” ujarnya di BBC Radio.
Terima kasih pada Bellingham. Bermain sebagai gelandang serang dalam formasi 4-2-3-1, dia benar-benar mampu mengisi kehilangan penyerang Bukayo Saka yang absen karena cedera.
Bagi skuad Inggris, duel lawan Italia mengembalikan memori kelam di final Piala Eropa 2020. Ketika itu, mereka kalah dalam adu penalti setelah laga imbang 1-1 selama 120 menit waktu normal dan babak tambahan. Pembalasan dendam Inggris berjalan sempurna dalam laga lanjutan kualifikasi Grup C tersebut.
Inggris berterima kasih pada Bellingham. Bermain sebagai gelandang serang dalam formasi 4-2-3-1, dia benar-benar mampu mengisi kehilangan penyerang Bukayo Saka yang absen karena cedera. Dia, bersama penyerang Harry Kane saling membantu dalam memproduksi peluang ”Tiga Singa” lewat dribel progresif ataupun umpan kunci.
Gol penyeimbang Inggris dari penalti yang dicetak Kane berawal dari kontribusi Bellingham. Sang gelandang diberikan kebebasan Pelatih Gareth Southgate untuk bergerak bebas ke kotak penalti, seperti yang dilakukan di Madrid sepanjang musim ini. Dia pun mampu memecah jebakan offside Italia, lalu dilanggar di kotak penalti.
Bellingham turut menyumbang asis dalam gol kedua Inggris yang diciptakan penyerang sayap Marcus Rashford. Kali ini, kombinasi pergerakan tanpa bola dan dribel secepat kilat membuat Italia tidak berdaya dalam situasi serangan balik. Rashford tinggal memanfaatkan kekacauan yang telah dibuat Bellingham.
Italia datang dengan ide bermain lebih pasif. Mereka bertahan dengan garis pertahanan rendah, sambil menunggu kesempatan transisi, terutama usai gol pembuka penyerang Gianluca Scamacca. Namun, Bellingham yang juga menciptakan 2 umpan kunci dan 3 dribel sukses selalu mampu menemukan celah.
Kedewasaan Bellingham
Bellingham. Itulah pembeda terbesar bagi Inggris di laga tadi. Sosok pembeda yang dua tahun lalu belum cukup dewasa dalam final di Stadion Wembley. Sekarang dia sudah berbeda. Baru melepas status remaja Juni lalu, dia sudah menjadi ikon tidak tergantikan di Inggris dan tim raksasa seperti Madrid.
”Saya merasa semakin baik setiap kali bermain. Manajemen di klub dan timnas memberikan saya kebebasan untuk bermain. Saya menyukainya. Di sisi lain, hasil ini sangat bagus. Kami berada di jalan yang tepat. Semua mengingat apa yang terjadi beberapa tahun lalu ketika mereka bermain di sini,” tutur Bellingham.
Kepindahan ke Madrid, kata Bellingham, adalah faktor terbesar dalam perkembangannya. Di bawah Pelatih Carlo Ancelotti, dia belajar menjadi sosok pencetak gol ulung. Peran itu belum pernah dirasakannya. Adapun mantan pemain Borussia Dortmund itu sudah mencetak 10 gol dari 10 laga untuk ”El Real”.
”Dalam beberapa bulan, saya bekerja keras untuk memperbaiki kapan waktu paling tepat untuk masuk ke kotak penalti. Yang mana, saat ini saya selalu datang (ke kotak penalti) dengan rasa lapar. Dengan dana transfer yang besar, saya paham harus bisa berkontribusi, entah itu gol, asis, atau penampilan hebat,” tambahnya.
Di final Piala Eropa, Bellingham hanya menonton dari bangku cadangan sepanjang laga. Dia yang masih berusia sekitar 18 tahun belum masuk dalam skema Southgate. Pembalasan Inggris atas Italia hanyalah awal. Bersama Bellingham, ”Tiga Singa” berhak bermimpi besar untuk turnamen tahun depan.
Inggris dipastikan lolos kualifikasi saat babak grup masih menyisakan dua laga. Mereka memuncaki klasemen sementara dengan 16 poin dari 6 laga. Ukraina menempel di peringkat kedua dengan 13 poin dari 7 laga. Italia berada di peringkat ketiga dengan 10 poin dari 6 laga.
Satu tiket tersisa akan diperebutkan Italia dan Ukraina. Kedua tim akan saling berhadapan pada laga terakhir grup. Pelatih Italia Luciano Spalletti mengatakan tidak khawatir dengan kondisi saat ini. Kegagalan Italia lolos dalam dua edisi Piala Dunia terakhir tidak membebaninya.
Spalletti cukup puas dengan penampilan anak asuhnya. Italia lebih agresif dalam percobaan tembakan, 15-9, tetapi kurang efektif. ”Kami tidak pantas kalah dua gol. Kami harus belajar saat keadaan 50-50, harus lebih berani. Masalah muncul saat kami bertahan terlalu dalam. Jika bisa menyelesaikan ini, kami akan baik-baik saja,” pungkasnya. (AP/REUTERS)