Warung Kopi dari Aceh hingga Kota Tua Medan Bersolek Sambut Pesta Olahraga
Enam bulan jelang PON 2024, Aceh dan Sumatera Utara bersolek untuk menyambut ajang tersebut dengan nuansa olahraga.
Nuansa olahraga mulai menghiasi sejumlah warung kopi khas di Aceh dan sudut-sudut kota di Sumut. Geliat itu mengetuk kesadaran publik bahwa PON sudah semakin dekat.
Suasana terasa semarak di warung kopi Costa alias Coffee Stadion yang terletak di sebelah Stadion Haji Dimurthala, Kota Banda Aceh, Rabu (6/3/2024) siang. Puluhan anak muda bersantai ngobrol sembari menikmati aneka sajian di kedai itu.
Tak seperti warung kopi pada umumnya, tempat nongkrong satu ini menyuguhkan nuansa olahraga. Kursi-kursi pengunjung berhiaskan gambar jersei klub sepak bola kebanggaan warga Aceh, yakni Persiraja Banda Aceh.
Gambar jersei berwarna oranye itu ditempel di bagian belakang kursi, lengkap dengan nomor punggung dan nama-nama pemain Persiraja. Selama ini, warung kopi itu memang menjadi tempat pendukung Persiraja nonton bareng saat klub berjuluk ”Laskar Rencong” menjalani la³ga tandang.
Manajer Coffee Stadion Wahyudi mengatakan, warung kopi itu mulai dibuka tahun lalu. Tak hanya menjadi favorit fans Persiraja, warung kopi itu pun menjadi tempat nongkrong para pemain Persiraja seusai berlatih di Stadion Haji Dimurthala. ”Warung kopi ini memang dibuat untuk menjadi tempat berkumpul para pemain dan pendukung Persiraja,” ujarnya.
Jumlah pengunjung Coffee Stadion semakin bertambah, terutama di kalangan anak muda yang datang untuk menikmati kopi dan mi bangladesh pada sore dan malam hari. Menjelang PON 2024, mereka ingin menjadikan ajang itu sebagai momentum meningkatkan pemasaran.
Baca juga: PON 2024 ”Venue” Kejar Tayang
Untuk itu, pengelola Coffee Stadion berencana memperbanyak hiasan bertema olahraga agar nuansa PON edisi ke-21 tersebut lebih kental terasa. Saat ini, pengelola pun sedang mencari sponsor yang tertarik membuat branding PON di sana. ”PON menjadi kesempatan kami untuk meningkatkan keuntungan karena ribuan orang dari semua provinsi di Indonesia akan datang ke Aceh,” ucap Wahyudi.
Peran warung kopi
Kendati demikian, secara umum, promosi PON belum menyebar luas di pusat-pusat keramaian di Aceh. Di Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh, misalnya, belum ada alat promosi terkait pelaksanaan ajang tersebut. Promosinya baru ditemukan di Kantor Dinas Pemuda dan Olahraga Aceh melalui tayangan dalam layar besar videotron.
Warung kopi ini memang dibuat untuk menjadi tempat berkumpul para pemain dan pendukung Persiraja.
Maka itu, keberadaan warung kopi, seperti Coffee Stadion, perlu dioptimalkan untuk menggaungkan semarak menyambut PON di Aceh. Lagi pula, warung kopi sangat menjamur di Aceh karena menjadi ciri khas daerah berjuluk ”Serambi Mekkah” tersebut. ”Munculnya warung kopi bernuansa olahraga akan sangat membantu memeriahkan PON di sini,” kata Wahyudi.
Dosen Ilmu Ekonomi dari Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Rustam Effendi, menyampaikan, pemerintah harus merangkul pelaku usaha, antara lain restoran ataupun warung kopi, dalam rangka menyambut PON. Itu karena warung kopi tidak sekadar tempat menikmati kopi ataupun kuliner, tetapi juga sudah menjadi pusat interaksi warga sekaligus perputaran ekonomi di Aceh. Nuansa PON di warung kopi akan lebih cepat menjadi daya tarik masyarakat.
Terlepas dari masih minimnya promosi PON, Aceh sejatinya tidak tinggal diam dalam menyiapkan beragam atraksi hiburan di luar kegiatan pertandingan selama perhelatan ajang tersebut. Subkoordinator Strategi Komunikasi Pemasaran Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Akmal Fajar menuturkan, mereka akan menawarkan sejumlah destinasi wisata unggulan di Banda Aceh dan kabupaten/kota penyelenggara lainnya kepada para tamu PON.
Baca juga: ”Venue” PON di Aceh, Rampung Kapan?
Di Banda Aceh, mereka akan menyediakan tur wisata berkeliling kota untuk mengunjungi beberapa lokasi, seperti Masjid Raya Baiturrahman, Museum Tsunami, dan sentra-sentra kuliner. Dalam waktu dekat, Pemprov Aceh akan bekerja sama dengan PT Angkasa Pura II untuk mempromosikan PON sekaligus wisata unggulan Aceh di sejumlah bandara, termasuk di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng.
Kerja sama itu direncanakan dimulai pada Mei, antara lain dengan mendirikan Gerai Nusantara sebagai wadah promosi PON sekaligus membagikan brosur mengenai destinasi wisata Aceh kepada penumpang di bandara. ”Promosi PON dan wisata juga dilakukan bersamaan kegiatan lainnya, salah satunya saat roadshow di Stadion Gelora Bung Karno dan Gedung Sarinah di Jakarta,” tutur Akmal.
Pesona kota tua
Di Sumut, belum terpantau langsung geliat pelaku usaha dalam menyambut PON. Namun, sebaliknya, pemerintah daerah justru mulai gencar mempromosikan PON kedua di Sumut setelah Medan menjadi tuan rumah pada 1953. Sejumlah baliho mengenai pelaksanaan PON terpasang di sudut-sudut kota di kawasan Medan dan Kabupaten Deli Serdang.
Salah satu baliho cukup besar berada di tengah-tengah Kota Tua Medan di kawasan Kesawan, Kecamatan Medan Barat. Keberadaannya sangat mudah terlihat dan cukup efektif untuk mengenalkan PON kepada warga kota ataupun wisatawan. Apalagi, Kota Tua Medan menjadi primadona wisata seusai menjalani revitalisasi jalur pedestrian baru-baru ini.
Kawasan yang menjadi lambang kejayaan perkebunan di Sumut itu banyak dikunjungi karena menawarkan suasana unik dari perpaduan tiga budaya, yakni Eropa, Tionghoa, dan Melayu, layaknya kota dagang di Asia Tenggara era kolonial. Selain deretan rumah toko berarsitektur khas peninggalan masa lampau, di sana pun terdapat Rumah Tjong A Fie, saudagar keturunan China yang sangat berpengaruh dalam sejarah Medan.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Sumut Baharuddin Siagian mengatakan, Sumut telah menanti 71 tahun untuk kembali menjadi tuan rumah PON. Daerah tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang telah di depan mata ini.
”Untuk memastikan kenyamanan para tamu, segenap atraksi wisata sudah disiapkan oleh dinas terkait. Yang pasti, Sumut memiliki cukup banyak tempat wisata, baik bertema perkotaan maupun alam,” ujarnya.
Baca juga: Tak Puasa Latihan untuk Jadi Juara
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Sumut Denny S Wardhana mengatakan, dampak ekonomi PON 2024 bisa membuat Sumut semakin dikenal untuk menyedot kunjungan wisatawan yang lebih besar. Lagi pula, di era kepimpinan Presiden Joko Widodo, Sumut melalui Danau Toba menjadi salah satu destinasi wisata prioritas nasional atau sebagai bagian dari program pembangunan 10 Bali baru.
Paling tidak, setelah PON 2024, acara pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran (MICE) diyakini akan semakin sering dilakukan di Sumut. Selama ini, MICE menjadi tulang punggung industri hotel dan restoran di Sumut, khususnya Medan. ”Oleh karena itu, kami telah bersiap untuk menyambut tamu PON,” katanya.
Dengan segala persiapan yang dilakukan tuan rumah, para tamu duta olahraga dari seluruh Indonesia diyakini akan mendapatkan layanan terbaik di dalam ataupun luar arena pertandingan selama PON. Apalagi, sedapnya rasa dan aroma kopi Aceh serta uniknya keberagaman budaya di Sumut tidak bisa dilewatkan begitu saja.
*Tulisan kedelapan dari peliputan tematik menjelang PON 2024.