Potensi ”Cuan” di Balik Perhelatan PON 2024
PON 2024 akan melecutkan ekonomi daerah. Pariwisata diperkenalkan lebih luas lewat perhelatan olahraga nasional.
MEDAN, KOMPAS — Pekan Olahraga Nasional Aceh-Sumatera Utara 2024 berpotensi memberikan dampak ekonomi besar. Hal ini selayaknya dimanfaatkan secara optimal oleh daerah penyelenggara yang menjadi tuan rumah.
Dampak langsung itu akan dapat dirasakan oleh pengusaha perhotelan, restoran, serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Diperkirakan puluhan ribu tamu datang ke Aceh dan Sumatera Utara (Sumut) selama perhelatan PON pada 8-20 September mendatang.
”PON akan memberikan dampak ekonomi besar bagi perekonomian Sumut, terutama untuk industri hotel dan restoran. Maka itu, kami bersiap untuk menyambut tamu ajang tersebut,” ujar Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Sumut Denny S Wardhana, Selasa (19/3/2024).
PON dijadwalkan berlangsung pada 8 September hingga 20 September 2024 di dua provinsi sekaligus, yakni Aceh-Sumut. Total 80 arena pertandingan tengah dipersiapkan di kedua daerah. Sebanyak 42 arena berlokasi di 10 kabupaten/kota di Aceh, sedangkan 38 arena terletak di 9 kabupaten/kota di Sumut.
PON kali bisa membantu percepatan kebangkitan ekonomi Sumut yang sempat terpuruk selama pandemi Covid-19, terutama di sektor perhotelan dan restoran.
Denny mengatakan, jumlah kamar hotel dan restoran di Sumut lebih dari cukup untuk menyambut sekitar 15.000 atlet dan pelatih peserta PON 2024. Di Medan saja, ada lebih dari 5.000 kamar hotel berbintang. ”Didukung hotel di daerah penyelenggara lainnya, antara lain Kabupaten Karo, Simalungun, dan Toba, akomodasi di Sumut diyakini tidak akan kewalahan untuk memenuhi kebutuhan kamar para tamu,” ucapnya.
Dengan begitu, lanjut Denny, dampak ekonomi yang besar akan langsung dirasakan kalangan pengusaha hotel dan restoran. Setidaknya, selama PON, keterisian hotel di sekitar lokasi pertandingan diperkirakan akan mencapai 100 persen.
Baca juga: Penantian Panjang Sumut Menjadi Tuan Rumah
Bahkan, tingkat keterisian itu diprediksi sudah tinggi sejak sebelum PON dan tetap tinggi sesudah ajang tersebut. Restoran-restoran pun akan mendapatkan dampak ekonomi cukup besar. ”PON kali bisa membantu percepatan kebangkitan ekonomi Sumut yang sempat terpuruk selama pandemi Covid-19, terutama di sektor perhotelan dan restoran,” katanya.
Dampak ekonomi PON dipercaya bisa berlangsung panjang jika bisa disikapi dengan cermat dan tepat. Medan pernah merasakannya seusai menjadi tuan rumah PON 1953, yang menjadi jembatan transisi ekonomi Medan ataupun Sumut dari era kolonial ke era kemerdekaan. Sumut pun tetap menjadi pusat ekonomi Sumatera, bahkan Indonesia bagian barat, hingga sekarang.
Denny menuturkan, dampak ekonomi PON 2024 bisa membuat Sumut semakin dikenal untuk menyedot kunjungan wisatawan yang lebih besar. Apalagi, di era kepimpinan Presiden Joko Widodo, Sumut melalui Danau Toba menjadi salah satu destinasi wisata prioritas nasional atau sebagai bagian dari program pembangunan 10 Bali baru.
Baca juga: Kejar Tayang ”Venue” PON 2024
Acara pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran (MICE) diyakini akan semakin sering dilakukan di Medan ataupun Sumut. ”Selama ini, MICE menjadi tulang punggung industri hotel dan restoran di Medan,” kata Denny.
Kalangan UMKM pun akan ikut merasakan dampak langsung PON edisi ke-21 ini. Lagi pula, Sumut dikenal sebagai gudangnya produk UMKM, mulai dari berbagai macam kuliner hasil kreasi hingga kain-kain tradisional. Menurut pengusaha UMKM, Trisna Pardede, ajang olahraga adalah tempat promosi dan penjualan produk UMKM yang sangat efektif.
Saat Kejuaraan Dunia Perahu Motor Formula 1 (F1H2O) di Kabupaten Toba, Februari lalu, misalnya, Trisna banyak menjual kopi arabika khas Sumut. ”Kopi adalah produk yang paling diminati pengunjung dan kopi merupakan produk dengan nilai tambah yang sangat besar sehingga daerah bisa turut merasakan efek dari nilai tambah besar tersebut,” tuturnya.
Baca juga: Toba, Kisah Kopi yang Mendunia
Kedai kopi di Sumut
Selain kopi, Trisna pun mempromosikan ulos, kain tradisional khas Sumut yang menggunakan pewarna alami. Kain-kain itu ditenun oleh masyarakat lokal. ”Pesanan kain tradisional akan meningkat dalam perhelatan-perhelatan besar, seperti PON. Pengusaha hingga petenunnya akan ikut terdampak positif secara ekonomi,” ujar Trisna.
Ungkit ekonomi Aceh
PON 2024 diperkirakan juga bisa mengungkit perekonomian Aceh yang selama ini terkungkung oleh efek konflik berkepanjangan di masa lalu. Dosen Ilmu Ekonomi dari Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Rustam Effendi, Selasa (12/3/2024), mengatakan, PON jangan hanya dipandang sebagai ajang olahraga semata, tetapi juga harus dilihat sebagai peluang ekonomi.
Baca juga: Menyusuri Negeri di Atas Awan
Semakin ramai tamu yang datang ke Aceh, salah satunya melalui gelaran PON, semakin besar pula dampak ekonomi yang bisa dirasakan Aceh. ”Saya memperkirakan, selama PON, uang miliaran rupiah akan beredar di Aceh. Ini peluang besar yang harus ditangkap oleh para pelaku usaha,” katanya.
Saat PON 2024 yang menjadi PON perdana yang dilaksanakan di Aceh, jumlah tamu ke ”Serambi Mekkah” diprediksi sekitar 20.000 orang yang terdiri dari atlet, pelatih, tenaga pendukung, ataupun tim pendamping. Rustam menyampaikan, PON memang bersifat jangka pendek. Akan tetapi, jika cermat memanfaatkannya, dampak ajang itu bisa terasa dalam jangka panjang.
Para tamu yang datang tidak hanya untuk keperluan pertandingan, tetapi juga menjadi konsumen untuk saat itu dan masa depan. Oleh karenanya, pelaku usaha, seperti kuliner, cendera mata, dan agen perjalanan wisata harus bersiap menyambut ajang multicabang olahraga terbesar nasional tersebut. ”Biasanya, kuliner dan tempat wisata paling dicari oleh tamu. Jangan sampai kita tidak siap, justru memberikan kesan negatif,” ucapnya.
Baca juga: Penyelenggaraan PON Jadi Momentum Perbaikan Prestasi dan Ekonomi Aceh
Rustam pun mengingatkan pemerintah untuk merangkul pelaku usaha karena komitmen mereka sangat penting agar pelayanan kepada tamu di luar arena bisa optimal. Apabila perlu, ada standar pelayanan yang diatur selama PON, seperti standar harga makanan, supaya tamu merasa dilayani dengan baik. ”PON menjadi kesempatan Aceh untuk membangun citra yang baik kepada tamu agar mereka mau balik ke Aceh setelah PON,” kata Rustam.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh Akmil Husin menuturkan, di samping bisa memicu perputaran uang berkali-kali lipat dari aktivitas belanja dan wisata, PON akan membuka lapangan kerja yang luas, baik berkaitan langsung dengan PON maupun tidak.
Yang terkait PON, akan ada perekrutan ribuan sukarelawan dari kalangan mahasiswa. Sebaliknya, yang tidak terkait PON, akan ada penambahan tenaga kerja di sektor perhotelan dan restoran ataupun warung kopi. ”Tingkat keterisian hotel, misalnya, hotel-hotel diperkirakan penuh selama PON sehingga pihak hotel kemungkinan butuh tambahan tenaga kerja,” ujar Akmil yang juga menjabat sebagai Koordinator Bidang Akomodasi dan Konsumsi Panitia Besar (PB) PON Aceh.
Berdasarkan data PB PON Aceh, kebutuhan penginapan selama PON di Aceh sekitar 5.000 kamar. Saat ini, ketersediaan kamar hotel di 10 kabupaten/kota penyelenggara pertandingan di Aceh sebanyak 6.257 kamar.
Khusus di Banda Aceh yang menjadi lokasi pertandingan terbanyak, kebutuhan penginapan 2.719 kamar, sedangkan ketersediaannya 3.389 kamar. Untuk sementara, Aceh tidak ada masalah terkait urusan akomodasi.
”Sejauh ini, kebutuhan kamar hotel di Aceh tercukupi. Namun, untuk mengantisipasi kekurangan kamar, penginapan seperti wisma atau homestay bisa direnovasi agar memenuhi standar,” kata Ketua PHRI Aceh Yusri.
*Tulisan kedelapan dari peliputan tematik Menjelang PON 2024.