Penantian Panjang Sumut Menjadi Tuan Rumah PON
Sebanyak Rp 2 triliun telah mengucur dari APBD Sumut untuk membangun dan merenovasi berbagai arena pertandingan.
Sumatera Utara menanti 71 tahun demi mewujudkan lagi jadi tuan rumah PON. Kini, impian telah di depan mata. Sumut pun berjibaku menyiapkan berbagai arena di Tano Batak.
Penyiapan itu sudah berlangsung enam tahun. Sebanyak Rp 2 triliun mengucur dari APBD Sumut demi membangun berbagai arena pertandingan (venue). Nilai itu lebih dari 10 persen APBD Sumut pada 2023.
Diawali dengan persiapan infrastruktur pada 2018. Pemda akhirnya memperoleh kawasan yang cocok menjadi area olahraga terpadu Sport Centre Sumut. Lokasinya di Desa Sena, Kabupaten Deli Serdang, berjarak 10 kilometer dari Bandara Kuala Namu.
”Kami bebaskan lahannya seluas 300 hektar,” ujar Baharuddin Siagian, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Sumut, saat ditemui pada acara penghijauan kawasan Sport Centre Sumut, Kamis (7/3/2024).
Sejak itulah, pembangunan arena dan berbagai pendukung berproses. Baharuddin menceritakan, Sumut menaruh ekspektasi besar terhadap pembangunan di kawasan itu. Antara lain dengan gigih membangun empat arena di sana, yakni Stadion Madya untuk cabang olahraga atletik, GOR Martial Arts, GOR Bola Voli, dan arena motokros.
Stadion Madya Sumut digadang-gadang menjadi yang terbesar di tingkat nasional. Stadion atletik itu memiliki delapan lintasan lomba dan delapan lintasan pemanasan yang pertama di Indonesia.
Empat arena yang dibangun sejak tahun lalu itu ditargetkan rampung pada akhir Juli. Adapun Stadion Madya tinggal memasuki tahap penataan kawasan, seperti pembangunan akses jalan dan penghijauan.
Baca juga: Semarak Persiapan PON 2024 di Sumut
Selebihnya, Pemprov Sumut memutuskan merenovasi sejumlah arena lain karena keterbatasan anggaran. Renovasi yang dimulai sejak tahun lalu itu telah tuntas untuk bagian dalam arena. Untuk bagian luar arena, pengerjaan dilanjutkan tahun ini dan ditargetkan rampung Juli.
Stadion utama
Arena lain yang bakal menjadi kebanggaan adalah Stadion Utama Sumut. Stadion yang terletak di jantung kawasan itu akan menjadi lokasi penutupan PON 2024 pada 20 September 2024. ”Stadion itu menjadi lambang kebangkitan olahraga Sumut setelah penantian 71 tahun,” ujarnya.
Sumut pertama kali menjadi tuan rumah PON pada 1953. Kala itu, Stadion Teladan di Kota Medan merupakan stadion terbesar di Tano Batak. Kapasitasnya 20.000 penonton.
Namun, lanjut Baharuddin, stadion itu kini terasa kecil. Tidak mampu lagi menampung tingginya animo masyarakat Sumut terhadap sepak bola. Karena itulah diperlukan stadion baru dengan kapasitas jauh lebih besar.
Dengan dana yang susut 70 persen, kapasitas Stadion Utama Sumut pun menyusut menjadi 25.700 penonton. Alasannya tak lain keterbatasan anggaran di tahun politik.
Untuk membangun stadion utama yang baru itu, Sumut akan didukung penuh dana Pusat. Pemprov Sumut semula mengusulkan pembangunan stadion utama yang berkapasitas besar. Tidak tanggung-tanggung, stadion ditargetkan dapat menampung 75.000 penonton. Anggarannya Rp 1,8 triliun. Namun, impian tak selalu dapat terwujud.
Saat akan dilakukan pembangunan, pemerintah pusat melakukan revisi anggaran menjadi Rp 587 miliar. Dengan dana yang susut 70 persen, kapasitas Stadion Utama Sumut pun menyusut menjadi 25.700 penonton. Alasannya tak lain keterbatasan anggaran di tahun politik.
Alasan lainnya, pemerintah pusat menilai Sumut akan kesulitan dalam perawatan kalau kapasitas stadion terlalu besar. Menjadi stadion termegah bukanlah yang utama, melainkan lebih diperlukan keberlanjutan dalam pemeliharaannya.
Pihaknya harus berbesar hati menerima dengan anggaran yang ada. ”Yang penting Sumut punya stadion baru yang menjadi warisan PON 2024,” kata Baharuddin.
Pembangunan stadion yang menjadi lokasi penutupan PON 2024 pada 20 September itu sudah dimulai sejak September 2023. Targetnya akan rampung awal Agustus mendatang.
Baca juga: Pembangunan Venue PON 2024 Dikebut
Sebanyak 38 arena pertandingan di Sumut dibangun baru atau direnovasi. Seluruh arena itu untuk penyelenggaraan 34 cabang olahraga. Lokasi arena tersebar pada 9 kabupaten/kota, yakni di Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang, Langkat, Karo, Simalungun, Serdang Bedagai, dan Samosir.
Penjabat Gubernur Sumut Hassanudin mengatakan tetap berupaya maksimal demi menyukseskan PON 2024. ”Kami tetap berusaha sebaik mungkin agar PON di Sumut berjalan sukses,” katanya.
Wakil Ketua Umum I Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat Suwarno membenarkan perihal anggaran yang menyusut untuk pembangunan Stadion Utama Sumut. Pembangunan stadion oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat itu bahkan beberapa kali diundur sejak awal 2023 dan akhirnya dimulai pada September 2023.
Kapasitas stadion yang awalnya dirancang untuk 75.000 penonton pun akhirnya dikurangi menjadi 25.000 penonton untuk menekan anggaran dari Rp 1,8 triliun menjadi Rp 587 miliar (Kompas, 31/3/2023).
Perubahan itu, kata Suwarno, sesuai hasil rapat terbatas pada 25 Januari 2023. Presiden Joko Widodo memberikan arahan untuk pembangunan stadion di Sumut agar menggunakan standar Stadion Manahan Solo. Stadion yang diajukan untuk jadi tempat pertandingan Piala Dunia U-20 dan akhirnya menjadi arena pertandingan Piala Dunia U-17 ini berkapasitas sekitar 20.000 penonton.
”Ini petunjuk dari Presiden karena waktu itu sedang ramai soal Indonesia jadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Kesimpulannya, Manahan saja bisa diajukan dan akhirnya dipakai untuk pertandingan internasional, kenapa tidak pakai standar itu saja,” ucap Suwarno.
Bagaimanapun, lanjutnya, KONI Pusat tetap memberikan dukungan dalam berbagai aspek. Soal anggaran, misalnya, KONI mengintensifkan koordinasi dengan kementerian-kementerian. Juga terus berkomunikasi dengan Kemenpora agar bisa berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan soal bantuan pengadaan peralatan, honor, dan akomodasi pertandingan.
Baca juga: Menpora Tegaskan Tidak Ada Penundaan PON Aceh-Sumut 2024
Lebih dari semua itu, dunia olahraga mendapatkan berkah dengan pembangunan PON 2024. Terkhusus bagi Sumut, itu menjadi modal mengerek prestasi olahraga kembali ke tiang tertinggi. ”Dengan adanya arena baru yang berstandar internasional, kami tinggal fokus mencari atlet berbakat yang berlimpah di sini dan menambah sentuhan sport science dalam pembinaan,” tutur Baharuddin.
Dengan demikian, harapannya, inilah langkah awal untuk menuju SEA Games, Asian Games, Olimpiade, dan kejuaraan dunia lainnya.
*Tulisan keempat dari peliputan tematik Jelang PON 2024.