Masih Panjang, Jalan Zohri Menuju Manusia 10 Detik
Zohri masih berjuang memperbaiki catatan waktunya agar menembus Olimpiade Paris 2024. Dia akan berlatih di AS.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sprinter Indonesia, Lalu Muhammad Zohri, masih meniti jalan panjang untuk mewujudkan impiannya menjadi manusia Asia Tenggara pertama yang berlari 100 meter di bawah 10 detik. Apabila mimpi itu terwujud, Zohri juga dipastikan akan lolos ke Olimpiade Paris 2024, panggung tertinggi keduanya.
Dalam time trial atau uji kecepatan berlari di Stadion Madya Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (9/3/2024) pagi, Zohri mencatatkan waktu 10,54 detik. Selain masih jauh di bawah targetnya, hasil itu juga belum memenuhi syarat limit menembus Olimpiade Paris 2024, yakni 10,00 detik.
Saya kurang puas dengan hasil ini. Kondisinya memang tidak ideal karena hujan dan ada genangan di trek, sepatu sedikit berat.
Catatan waktu Zohri saat time trial ini pun tidak lebih baik dari hasil perlombaan 100 meter Asian Game Hangzhou 2022, September 2023. Saat itu, Zohri mencatatkan waktu 10,13 saat semifinal dan 10,16 detik saat final. Catatan waktu terbaik sprinter asal Lombok, Nusa Tenggara Timur, ini ialah 10,03 detik di Osaka Grand Prix 2019 di Jepang ketika memastikan lolos ke Olimpiade Tokyo 2020.
”Saya kurang puas dengan hasil ini. Kondisinya memang tidak ideal karena hujan dan ada genangan di trek, sepatu sedikit berat. Namun, saya optimistis catatan waktu akan lebih baik dan akan ada peningkatan, lalu nantinya mewujudkan mimpi saya,” ucap Zohri selepas berlari.
Zohri, bersama enam sprinter pelatnas lainnya, memang berlari di tengah hujan. Time trial sebenarnya ditunda sekitar satu jam untuk menunggu hujan deras reda. Saat hujan sudah tidak terlalu deras, time trial dimulai dengan trek masih tergenang air kendati sempat dibersihkan.
Di tengah kondisi itu, Zohri keluar start block cukup baik. Sprinter berusia 23 tahun ini langsung unggul dari pelari lainnya. Kecepatannya konsisten ketika memasuki separuh jarak lintasan. Dia mempertahankan keunggulan hingga finis dengan 10,54 detik.
Data itu terekam dalam sistem penghitung waktu otomatis (automatic timing systems) yang dianggap akurat. Dalam perhitungan manual, Zohri tercatat finis dengan waktu 9,99 detik. Sesuai aturan, catatan waktu manual harus dikonversi dan dicatat ke 0,1 detik berikutnya sehingga menjadi 10,00 detik. Agar lebih akurat, biasanya ada pula tambahan sebesar 0,24 detik sehingga catatan waktu manual Zohri menjadi 10,24 detik.
Dengan demikian, hasil penghitungan otomatis ataupun manual menunjukkan, Zohri masih belum menembus syarat limit Olimpiade. Dia juga masih membutuhkan penajaman waktu agar menjadi sprinter Asia Tenggara pertama yang finis di bawah 10 detik.
Walakin, pelatih sprint Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) Eni Nuraini mengatakan, Zohri mampu mempertahankan performa meski catatan waktunya masih sama seperti tes terakhir pada bulan lalu. Menurut Eni, performa dan kondisi Zohri yang terjaga, tanpa ada penurunan ataupun cedera, masih menjadi fokus utama.
Seperti Zohri, Eni pun optimistis anak asuhannya itu akan kembali ke penampilan terbaik dan mencapai limit Olimpiade. Apalagi, pada 20 Maret 2024, Zohri akan dikirim ke Phoenix, Arizona, Amerika Serikat, untuk berlatih intensif.
”Zohri butuh minimal tiga perlombaan untuk terus mengasah catatan waktunya. Jadi, Zohri akan berlatih sekaligus berlomba di Amerika Serikat melawan sprinter-sprinter bagus. Harapannya, lawan yang bagus dapat ‘menarik’ Zohri. Perjalanan masih panjang,” tutur Eni.
Optimisme sama disampaikan Ketua Umum PB PASI Luhut Binsar Pandjaitan, yang hadir menyaksikan time trial. Luhut percaya jika Zohri mempertahankan konsistensi, sprinter yang juara dunia yunior 2018 ini tidak hanya menembus Olimpiade, tetapi juga meraih medali.
Training camp di Amerika Serikat pun, kata Luhut, adalah untuk memaksimalkan usaha agar hasil yang diraih pun maksimal. ”Kami ingin (usahanya) tidak setengah-setengah, agar hasilnya juga tidak setengah-setengah. Apa pun bisa terjadi bagi Zohri,” tutur Luhut.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo mengatakan, atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang pemerintah harapkan bisa lolos ke Olimpiade. Untuk itu, Kemenpora pun memberikan dukungan berupa dana agar atlet atletik ikut kualifikasi dan akan terus melihat perkembangannya.