Target Kontras Bulu Tangkis dan Panjat Tebing di Paris
Target dari panjat tebing justru lebih berani dibandingkan dengan bulu tangkis yang selalu menjadi tulang punggung emas.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Akibat penurunan prestasi selama setahun terakhir, peluang cabang bulu tangkis menjaga tradisi emas Olimpiade berada di ujung tanduk. Saat tim bulu tangkis masih berupaya keras mengejar kuota maksimal ke Olimpiade Paris 2024, cabang panjat tebing sudah berani menargetkan raihan dua medali emas. Olimpiade Paris akan berlangsung 26 Juli hingga 11 Agustus 2024.
Bulu tangkis memang selalu menjadi tulang punggung Indonesia di Olimpiade. Namun, hal itu terancam berubah di Paris. Pertanda penurunan prestasi semakin terlihat. Mulai dari gagal meraih medali untuk pertama kali di Asian Games 2023 sampai teranyar kegagalan tim putra lolos final untuk pertama kali di Kejuaraan Asia Beregu 2024.
Target pasti setinggi mungkin untuk meraih medali. Berapa emas yang diperoleh? Saya tidak bisa (menjamin) kuantitas.
Keraguan juga tecermin dari pernyataan Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PB PBSI) M Fadil Imran. Sosok yang sekaligus Ketua Kelompok Kerja dan Satuan Tugas Road to Olympics 2024 itu menyatakan belum memasang target emas dan siapa pebulu tangkis yang akan diandalkan nanti.
”Target pasti setinggi mungkin untuk meraih medali. Berapa emas yang diperoleh? Saya tidak bisa (menjamin) kuantitas. Saya hanya bisa menjamin kami akan semaksimal mungkin menjaga tradisi emas,” kata Fadil dalam seminar Seksi Wartawan Olahraga Persatuan Wartawan Indonesia (Siwo PWI) pada Sabtu (17/2/2024) di Ancol, Jakarta.
Menurut Fadil, mereka masih berfokus untuk meloloskan sebanyak mungkin atlet ke Paris. Dari peringkat dunia saat ini, Indonesia baru mendapatkan tiket untuk enam wakil. Hanya nomor tunggal putra yang diwakili dua atlet, nomor lain baru satu wakil. Jatah maksimal setiap negara adalah dua wakil di setiap nomor.
Di Olimpiade Tokyo 2020, Indonesia berhasil mengirimkan tujuh wakil. Salah satunya ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu sukses meraih emas. Adapun Indonesia sudah meraih tujuh emas sepanjang Olimpiade. Semua berasal dari bulu tangkis. Cabang itu hanya gagal menyumbang emas dalam satu edisi, yaitu di London 2012.
Fadil menambahkan, persaingan di Olimpiade tidak bisa diprediksi. ”Olimpiade selalu membawa kejutan. Siapa sangka Kevin Sanjaya dan Marcus Gideon gagal di puncak mereka. Malah Greysia dan Apri yang meraih emas. Kalau saya melihat peluang itu ada di empat nomor, kecuali ganda campuran itu kita agak jauh,” ujarnya.
Menurut rencana, atlet yang sudah mengamankan tiket tidak akan diforsir dalam sisa turnamen sebelum Olimpiade. Seperti Apriyani, kini berpasangan dengan Siti Fadia Silva Ramadhanti, yang hanya akan turun di Perancis Terbuka dan All England. Adapun penghitungan poin untuk kualifikasi Olimpiade akan ditutup pada 28 April 2024.
Panjat tebing optimistis
Di sisi lain, asa medali emas di luar bulu tangkis datang dari panjat tebing. Kepala Bidang Hubungan Luar Negeri Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Hendricus Mutter menyatakan optimistis menargetkan dua medali emas. Kepercayaan diri itu berasal dari catatan selama keikutsertaan di berbagai kejuaraan dan latihan.
”Targetnya dua emas nomor speed. Itu sudah diukur. Khusus untuk putra, kami konsisten juara di setiap ajang. Jadi, harapannya di Olimpiade bisa jadi yang pertama. Sementara itu, atlet putri kita sudah bisa memecah dominasi atlet-atlet Polandia. Dari catatan waktu juga, kami bisa mencapai target itu, bahkan bisa lebih dengan tambahan perak atau perunggu,” ucap Hendricus yang juga hadir dalam seminar.
Sudah ada dua pemanjat tebing Indonesia yang meraih tiket ke Paris hingga saat ini. Mereka adalah Rahmad Adi Mulyono dari nomor speed putra dan Desak Made Rita Kusuma Dewi dari nomor speed putri. Adapun FPTI menargetkan tambahan dua atlet lagi untuk menyusul ke Olimpiade.
Kesempatan menambah kuota masih terbuka dalam dua seri kompetisi, di Shanghai, China (16-19 Mei), dan di Budapest, Hongaria (23 Juni). Ada beberapa atlet andalan yang berpotensi besar lolos, antara lain Kiromal Katibin dan Veddriq Leonardo yang sama-sama berlaga di nomor speed.
Menurut Hendricus, tim panjat tebing Indonesia semestinya bisa belajar dari pengalaman berharga di Asian Games lalu. Ketika itu, tim putra gagal meraih emas di depan mata karena kurang tenang dan masalah komunikasi dalam partai final. Rahmad, sebagai orang ketiga, melakukan false start saat pergantian pemanjat.
”Pastinya di pertandingan mereka mungkin terlalu menggebu-gebu. Mereka sangat ingin menang, tetapi itu harus dijaga. Mereka harus lebih tenang dan tidak rusuh. Karena, kesalahan sedikit akan berpengaruh dalam waktu 5-6 detik lomba. Itu yang terus kami latih, konsentrasi mereka. Kita coba terus tidak boleh ada kecolongan di latihan,” ujar Hendricus.