Janji Bangkit Panjat Tebing demi Olimpiade Paris 2024
Tim panjat tebing Indonesia dipastikan gagal mempertahankan gelar juara umum cabang tersebut, yang diraih pada Asian Games 2018. Itu karena tim estafet putra dan putri gagal meraih emas dalam Asian Games 2022.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH DARI SHAOXING, CHINA
·5 menit baca
SHAOXING, KOMPAS - Tim panjat tebing estafet speed putra-putri Indonesia gagal mempertahankan emas dalam Asian Games Hangzhou 2022. Itu menjadi puncak antiklimaks penampilan tim panjat Indonesia setelah serangaian prestasi hebat mereka sepanjang lima tahun terakhir. Hasil itu pun menyentak mereka untuk segera bangkit menjadi lebih baik, terutama dalam persiapan menuju Olimpiade Paris 2024.
Gestur kecewa tidak bisa disembunyikan oleh para pemanjat Indonesia, anggota tim estafet putra maupun putri. Betapa tidak, kedua tim yang di atas kertas lebih diunggulkan justru gagal mengawinkan emas di Asian Games 2022. Mereka gagal mempertahankan gelar juara bertahan estafet speed putra-putri yang diraih pada Asian Games Jakarta-Palembang 2018.
Tim putra Indonesia yang diperkuat oleh Veddriq Leonardo, Kiromal Katibin, Rahmad Adi Mulyono, serta pemain cadangan Aspar Jaelolo harus puas meraih perak. Mereka takluk dari tim China di final. Perunggunya direbut tim Korea Selatan.
”Rasanya campur aduk, ada bahagianya tapi juga sedih. Memang begitulah pertandingan, kita tidak bisa memastikan untuk mendapatkan emas. Kami sudah berusaha melakukan yang terbaik, coba semaksimal mungkin,” ujar Veddriq yang memimpin rekan-rekannya dalam konferensi pers usai perlombaan yang berlangsung di Shaoxing Keqiao Yangshan Sport Climbing Centre, Provinsi Zhejiang, Rabu (4/10/2023).
Tim putri yang diperkuat oleh Desak Made Rita Kusuma Dewi, Rajiah Sallsabillah, dan Nurul Iqamah, serta Alivany Ver Khadijah pun harus puas dengan perak. Sama dengan tim putra, mereka takluk dari tuan rumah di final. Perunggu dibawa pulang Korea Selatan.
Saat para pemanjat tim lain tersenyum riang ketika menerima medali, tim putra maupun putri Indonesia hanya menunjukkan senyum canggung dengan tatapan kosong tatkala menerima medali. Selepas itu, mereka lebih banyak termenung, tertunduk lesu sambil melihat medali yang didapat, dan sesekali melirik lirih saat medali emas dikalungkan satu per satu ke pemanjat China.
Saat para pemanjat tim lain tersenyum riang ketika menerima medali, tim putra maupun putri Indonesia hanya menunjukkan senyum canggung dengan tatapan kosong tatkala menerima medali.
Wajar mereka begitu kecewa. Dalam lima tahun terakhir atau usai menjadi juara umum panjat tebing Asian Games 2018 dengan perolehan tiga emas, dua perak, dan satu perunggu, prestasi tim panjat tebing Indonesia terus menanjak.
Tim putra memiliki sedikitnya empat pemanjat berlevel tertinggi di dunia, antara lain Veddriq yang menjuarai klasemen akhir Piala Dunia 2021, 2022, dan 2023, serta memegang rekor dunia dengan 4,90 detik yang dicetak pada seri Piala Dunia 2023 di Seoul, Korea Selatan, 28 April 2023.
Di putri, setidaknya, ada Desak Made Rita Kusuma Dewi dan pemanjat berpengalaman Rajiah Sallsabillah. Desak adalah kampiun Kejuaraan Dunia 2023 di Bern, Swiss dan pemegang rekor Asia dengan 6,364 detik yang diukirnya baru saja, saat memenangkan final perseorangan speed putri Asian Games 2022, Selasa (3/10/2023). Rajiah adalah anggota tim putri yang meraih emas estafet speed Asian Games 2018.
Namun, para manusia laba-laba putra maupun putri Indonesia itu tidak mau tenggelam dalam kegagalan. Mereka coba memetik hikmah dari kegagalan tersebut. ”Kami sudah sudah mengeluarkan semua kemampuan terbaik kami, coba yang terbaik untuk meraih emas. Tapi, kami harus puas dengan perak. Ini bukan kegagalan melainkan bahan pembelajaran untuk menatap ajang yang lebih besar, ada Olimpiade tahun depan,” kata Veddriq.
Pil pahit "false start"
Salah satu pelajaran paling penting yang mereka dapatkan adalah bagaimana menjaga ketenangan agar tidak terlalu bernafsu tetapi tidak pula terlalu santai. Ketenangan merupakan kunci perlombaan speed yang penuh risiko terjatuh.
Mengingat secara kualitas tidak diragukan lagi, hanya faktor ketenangan itu yang bisa mengandaskan tim ataupun pemanjat Indonesia. Tanpa ketenangan yang baik, pemanjat bisa kehilangan fokus dan melakukan kesalahan start atau false start. Itu adalah situasi saat pemanjat mendahului lampu aba-aba start yang dampaknya didiskualifikasi dari perlombaan.
Kalau di nomor perseorangan, false start terjadi karena pemanjat terlalu terpacu untuk melaju melebihi batas kemampuan. Sebaliknya, kalau di nomor estafet, false start terjadi karena komunikasi yang tidak tersampaikan antar pemanjat.
Situasi krusial itu yang dialami tim Indonesia dalam final kali ini. Veddriq sejatinya sudah unggul jauh atas pemanjat pertama China dan dipertahankan oleh Katibin sebagai pemanjat kedua Indonesia. Namun, sebelum Katibin menyentuh tombol start, ternyata Rahmad sebagai pemanjat ketiga sudah bergerak lebih dahulu sehingga alarm berbunyi dan sensor menyatakan Rahmad melakukan false start.
Dalam kondisi itu, Veddriq adalah orang terakhir yang bertugas memberikan kode dengan teriakan agar Rahmad memulai gilirannya. Adapun Rahmad tidak bisa melihat posisi Katibin karena wajahnya menghadap papan panjat untuk menyiapkan gerakan start. ”Mengenai false start tadi, itu sesuatu yang tidak terprediksi karena suasananya sangat berisik sehingga suara tidak terdengar. Itu sangat memengaruhi konsentrasi pemanjat,” tutur Veddriq.
Sebaliknya, dari tim putri, mereka cenderung berhati-hati dalam melakukan start. Akibatnya, Nurul yang menjadi pemanjat terakhir cendeurng keluar lebih lambat dari start sehingga sulit untuk mengejar China yang melesat lebih dahulu dan melaju dengan mulus tanpa hambatan.
”Karena speed adalah pertandingan kecepatan, maka risiko kesalahannya begitu tinggi. Risikonya bisa kesalahan start atau terpeleset. Kalau terlalu berhati-hati, startnya menjadi lebih lambat. Untuk itu, diperlukan sekali fokus yang optimal. Cara melatihnya bisa dengan bantuan psikolog agar emosi terkontrol, tidak terlalu menggebu-gebu dan tidak pula terlalu santai. Di pelatnas, konsultasi dengan psikolog dilakukan setiap Rabu. Selebihnya, tergantung atlet masing-masing. Kalau saya, memilih fokus kepada diri sendiri di setiap pertandingan,” ucap Desak.
Terlepas dari itu, Desak menuturkan, dirinya dan rekan-rekannya boleh kecewa. Namun, tidak boleh sampai terlalu berlarut. Apalagi masih banyak ajang lain yang bisa diikuti, mulai dari Olimpiade 2024 dan Asian Games berikutnya tiga tahun lagi.
”Intinya, kita tidak boleh tenggelam dalam kegagalan ataupun larut dalam euforia. Sehabis suatu pertandingan, semuanya adalah lembaran baru. Mari kita berlatih kembali untuk menyiapkan diri berprestasi di ajang lain. Masih ada puncak prestasi lain yang harus kita kejar, yaitu Olimpiade,” terang Desak.
Pelatih pelatnas panjat tebing Indonesia Hendra Basir menyampaikan, dia dan atlet pasti akan melakukan evaluasi. Lagi pula, tak lama lagi, ada kualifikasi Olimpiade 2024 untuk zona Asia yang dilaksanakan di Jakarta, 9-12 November dan kualifkiasi terakhir di Paris, Perancis tahun depan.
Sejauh ini, baru Desak yang meraih tiket Olimpiade 2024 usai menjadi kampiun Kejuaraan Dunia 2023. ”Kami berusaha untuk mengoptimalkan semua tiket yang tersedia untuk meningkatkan kemungkinan meraih emas di Olimpiade tahun depan,” pungkas Hendra.