Tim Putra Gagal ke Final Pertama Kalinya
Untuk pertama kali, tim putra Indonesia gagal ke final Kejuaraan Asia Bulu Tangkis Beregu. Indonesia kalah di 8 besar.
SELANGOR, JUMAT — Meski masih berpeluang besar lolos ke kejuaraan Piala Thomas dan Uber 2024, tersingkirnya tim putra dalam perempat final Kejuaraan Asia menjadi pukulan bagi bulu tangkis Indonesia. Hasil tersebut menjadi salah satu gambaran menurunnya prestasi bulu tangkis Tanah Air sejak 2023.
Tim putra Indonesia kalah 2-3 dari China pada babak delapan besar yang berlangsung di Setia City Convention Centre, Selangor, Malaysia, Jumat (16/2/2024). Chico Aura Dwi Wardoyo dan kawan-kawan gagal mengikuti langkah tim putri yang melaju ke semifinal, untuk melawan Thailand, setelah mengalahkan Malaysia, 3-0.
Penampilan saya hari ini jauh dari yang direncanakan. Apa yang dipersiapkan sejak kemarin tidak bisa ditampilkan di lapangan. Lawan bermain konsisten, sedangkan saya banyak membuat kesalahan.
Tim putri memenuhi syarat untuk tampil dalam Kejuaraan Piala Thomas dan Uber yang akan berlangsung di Chengdu, China, 27 April-5 Mei, yaitu menjadi semifinalis Kejuaraan Asia Beregu. Ajang ini dan kejuaraan serupa di zona lain yang digelar serentak merupakan kualifikasi Piala Thomas dan Uber.
Baca juga: Tim Putri Indonesia Lolos ke Piala Uber
Berdasarkan peraturan BWF, Piala Thomas dan Uber akan diikuti 16 tim putra dan 16 tim putri yang terdiri dari tuan rumah, juara bertahan, empat semifinalis Kejuaraan Asia, dan empat semifinalis Kejuaraan Eropa. Adapun Afrika, Oseania, dan Pan Am akan diwakili juara zona masing-masing. Tiga tim lainnya adalah yang memiliki peringkat dunia tertinggi dengan catatan jika tidak memenuhi syarat yang disebutkan sebelumnya.
Tim putra Indonesia memiliki peluang besar berdasarkan syarat ranking. Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri PP PBSI Bambang Roediyanto mengatakan, peluang itu ada karena tim bulu tangkis putra Indonesia menempati ranking ketiga dunia di bawah China dan Denmark, sementara China telah mengambil jatah sebagai tuan rumah.
Baca juga: Korsel Menguak Kelemahan Indonesia
Namun, hasil dari persaingan di Selangor tetap harus menjadi bahan evaluasi PP PBSI. Sejak Kejuaraan Asia Beregu digelar pada 2016 per dua tahun, untuk pertama kalinya tim putra gagal ke final. Dari empat final sebelumnya, Indonesia juara pada 2016, 2018, dan 2020, serta kalah dari Malaysia pada 2022.
Menurunnya prestasi bulu tangkis Indonesia secara umum sejak 2023 membuat bulu tangkis gagal meraih medali Asian Games untuk pertama kalinya. Itu terjadi pada Asian Games Hangzhou 2022 yang berlangsung 2023. Indonesia, juga, gagal meraih gelar juara dunia, serta tersingkir pada perempat final kejuaraan beregu campuran Piala Sudirman 2023.
Saat melawan China, Indonesia kehilangan angka dari Chico Aura Dwi Wardoyo, Alwi Farhan, dan Yohanes Saut Marcellyno dari nomor tunggal. Adapun dua kemenangan didapat Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana dan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin.
Kekalahan dari China memperlihatkan bahwa pemain-pemain pelapis Indonesia dalam nomor tunggal belum bisa bersaing dengan negara kuat. Padahal, China pun tak menurunkan kekuatan utama.
Baca juga: Kemenangan Cepat Tim Putri Indonesia
Indonesia menurunkan Chico, Alwi, dan Yohanes yang berstatus tunggal putra nomor 3, 4, dan 7 Indonesia. Adapun China mengandalkan Weng Hong Yang sebagai pemain nomor tiga negaranya, Lei Lan Xi (5), dan Wang Zheng Xing (8). Mereka berada di bawah Shi Yu Qi dan Li Shi Feng sebagai dua tunggal putra terbaik China.
Sehari sebelumnya, kelemahan Indonesia yang lain terlihat ketika berhadapan dengan Korea Selatan pada penyisihan grup. Indonesia kalah 2-3, dua di antaranya dari nomor ganda yang biasanya menjadi andalan meraih angka. Situasi tersebut memperlihatkan, ketika dua laga ganda tak bisa dimenangi, kemungkinan untuk menang pun kecil karena pemain tunggal masih kesulitan bersaing dengan kekuatan top dunia.
Chico, yang menang pada tiga pertandingan pada fase penyisihan grup, kali ini, kalah dari Weng dengan skor 11-21, 11-21. ”Penampilan saya hari ini jauh dari yang direncanakan. Apa yang dipersiapkan sejak kemarin tidak bisa ditampilkan di lapangan. Lawan bermain konsisten, sedangkan saya banyak membuat kesalahan,” ujar Chico.
Weng adalah pemain ulet yang tak mudah dikalahkan. Tunggal putra nomor satu Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting, bahkan, tak pernah menang dalam empat pertemuan dengannya.
Baca juga: Mengejar Status Juara Grup
Alwi juga kesulitan bersaing dengan Lei hingga kalah 14-21, 10-21. ”Saya cukup kecewa karena berdasarkan angka, terlihat seperti tidak ada perlawanan. Saya bisa mengontrol permainan di awal gim pertama, tetapi lawan lebih berpengalaman. Dia paham harus berbuat apa. Adapun saya, setelah bisa merancang serangan, penyelesaian akhirnya tidak bisa ’membunuh’,” tutur Alwi, juara dunia yunior 2023.
Momentum persaingan Indonesia melawan China dipegang kedua tim secara bergantian. Setelah tertinggal karena kekalahan Chico, Indonesia menyamakan skor melalui kemenangan Fikri/Bagas. Setelah itu, China unggul 2-1 melalui kemenangan Lei yang kemudian disamakan Indonesia oleh Leo/Daniel.
Hasil kedua tim akhirnya ditentukan pada partai kelima antara Yohanes dan Wang. Yohanes hampir kalah dengan cepat setelah kehilangan gim pertama dan tertinggal 6-14 pada gim kedua.
Pemain berusia 20 tahun itu memperlihatkan semangat juangnya setelah interval dan berbalik unggul 16-15. Yohanes membuka peluang membuat pertandingan berjalan tiga gim, tetapi akhirnya kalah.
Baca juga: Skuad Indonesia Antusias Hadapi Laga Pertama Kejuaraan Asia
”Saat tertinggal jauh pada gim kedua, saya mencoba fokus poin per poin. Saya yakin, tidak ada yang tidak mungkin di olahraga. Namun, beberapa kali saya tak bisa memanfaatkan kesempatan untuk mendapat angka,” kata Yohanes.
Dua perempat final lainnya pada beregu putra, juga, berlangsung hingga lima partai. Korea Selatan, yang akan melawan China pada semifinal, menang 3-2 atas Taiwan. Jepang mengalahkan juara Piala Thomas India, juga, dengan 3-2 untuk berhadapan dengan Malaysia yang menang 3-1 atas Singapura.
Jeli milih pemain
Untuk melawan Thailand pada semifinal beregu putri, kejelian dalam memilih pemain dalam setiap partai akan menentukan, selain daya juang tinggi dari setiap pemain. Ini karena Thailand memiliki materi pemain yang lebih baik dari skuad ”Merah Putih”.
Kejelian memilih pemain terutama diperlukan dalam menentukan tunggal ketiga dan dua ganda. Komang Ayu Cahya Dewi atau Stephanie Widjaja bisa menjadi pilihan untuk mendampingi Putri Kusuma Wardani dan Ester Nurumi Tri Wardoyo sebagai tunggal pertama dan kedua.
Komang atau Stephanie kemungkinan akan berhadapan dengan Pornpicha Choeikeewong, pemain berusia 21 tahun yang seangkatan dengan dua pemain Indonesia tersebut. Berdasarkan statistik pertemuan, Komang selalu kalah dalam dua pertemuan dengan Choeikeewong, sementara Stephanie memiliki statistik 1-1. Namun, kemenangan Stephanie terjadi tujuh tahun lalu ketika mereka bersaing dalam Kejuaraan Asia Yunior kategori U-15.
Dua pasangan yang akan bermain pada ganda putri, juga, bisa berpengaruh pada jalannya persaingan. Thailand memiliki pasangan peringkat ke-10 dunia sebagai ganda pertama, Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai, yang selalu menang dalam dua pertemuan dengan Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi.
Maka, jika mengacu pada statistik tersebut, tim Indonesia bisa saja menempatkan Lanny Tria Mayasari/Ribka Sugiarto sebagai ganda pertama seperti yang dilakukan saat melawan Malaysia. Ganda putri lainnya yang dibawa ke kejuaraan ini adalah Meilysa Trias Puspitasari/Rachel Alessya Rose.
Pemenang Indonesia melawan Thailand akan berebut gelar juara beregu putri dengan pemenang semifinal lainnya, India melawan Jepang.