Tiga Sisi Transformasi Awal Tahun Arsenal
Kamp Dubai membawa perubahan dalam tiga hal di kubu Arsenal. Transformasi itu membuat "Si Meriam" jauh lebih baik.
BURNLEY, JUMAT – Nasib Arsenal berubah drastis usai kamp Dubai di jeda musim dingin, dari layaknya tim pesakitan jadi penantang gelar sesungguhnya. Setidaknya ada tiga faktor yang memengaruhi hal itu. Selain energi terisi kembali, seperti kata manajer Mikel Arteta, tampak juga transformasi taktik dalam permainan terbuka dan bola mati.
Perubahan kontras itu terlihat jelas jelang Arsenal bertandang ke markas Burnley, Stadion Turf Moor, pada Sabtu (17/2/2024) malam WIB. “Si Meriam” sedang berseluncur dalam tren empat kemenangan beruntun seusai pulang dari Dubai, pada pertengahan Januari, termasuk mencetak rerata empat gol di setiap laga.
Baca juga: Perangai Kejam Arsenal Seusai Kamp Dubai
Laga terakhir Arsenal, saat menang setengah lusin gol di kandang West Ham United, cukup menjadi bukti. Mereka mencetak enam gol hanya dalam satu laga, lebih banyak ketimbang dalam total tujuh laga terakhir sebelum jeda musim dingin (5). Predikat “peluru kosong” yang sempat melekat pada Bukayo Saka dan kawan-kawan mulai hilang.
Potensi terbaik lini serang Arsenal juga terpancar saat mengalahkan Crystal Palace 5-0, Nottingham Forest 2-1, dan pemuncak klasemen Liverpool 3-1. Empat laga terakhir tanpa kemenangan sebelum jeda, disulap menjadi rekor 100 persen kemenangan. Menariknya, perubahan terjadi tanpa pergerakan aktivitas di bursa transfer Januari.
Jika kami terus bermain (mengalir) seperti ini, semuanya akan lebih mudah untuk bersinar.
Menurut Arteta, semua berkat “matahari” di kamp Dubai. Cuaca panas dan atmosfer kekeluargaan selama kamp memberikan rehat dari hiruk-pikuk kompetisi selama musim dingin di Inggris. Para pemain bisa kembali lebih segar dan melepas tekanan berat di pundak masing-masing. “Energi kami terisi kembali,” ujarnya.
Sisi psikologis adalah salah satu faktor. Terlihat para penyerang Arsenal, antara lain Saka dan Gabriel Martinelli, lebih tenang ketika di depan gawang. Mereka bisa kembali bermain lepas, tanpa beban, seperti yang diperlihatkan musim lalu. Adapun musim sebelumnya, tim asuhan Arteta belum dibebankan target untuk menjuarai liga.
Baca juga: Upaya Arteta Perbaiki Citra
Faktor lainnya berasal dari transformasi pendekatan taktik. Arteta berkata sebelum jeda, tidak realistis untuk mendatangkan penyerang baru. Karena itu, sang manajer fokus untuk memaksimalkan peran para pemain sesuai kelebihan masing-masing. Rencana tersebut yang menjadi fokus selama kamp Dubai.
Transformasi Arteta tampak dari kiper David Raya. Dia mulai bisa memaksimakan kelebihannya dalam umpan jauh nan cepat. Arteta ingin mempercepat tempo, memainkan transisi serangan balik secepat mungkin usai Raya mendapatkan bola. Tidak seperti sebelumnya, sang kiper ditugaskan untuk lebih sabar bermain dari bawah.
Peningkatan tempo tersebut membuat Arsenal lebih tidak bisa diprediksi. Saka dan Martinelli diuntungkan karena banyak ruang kosong di pertahanan lawan. Berkali-kali, peluang emas “Si Meriam” diinspirasi oleh Raya. Salah satunya gol Leandro Trossard ke gawang Palace yang hanya berselang 10 detik dari lemparan Raya.
Posisi Raya sering lebih maju dari seharusnya untuk memotong umpan silang lawan. Menurut Arteta, hal itu membuat timnya lebih aman sekaligus bisa menjadi senjata rahasia dalam serangan. “Saya menyukai David karena bisa mencegah gol tanpa dilihat banyak orang,” jelas Arteta.
Baca juga: Arsenal Menang, Persaingan Gelar Liga Inggris Semakin Terbuka
Arsenal juga selalu berupaya mengakselerasi tempo saat berhasil merebut bola. Seperti gol pembuka Saka versus Liverpool. Gelandang Martin Odegaard langsung mengumpan ke depan usai merebut bola. Empat pemain lain langsung berlari ke pertahanan lawan. Adapun gol cepat itu hanya melibatkan tiga pemain dengan sedikit sentuhan.
“Si Meriam” sempat bermasalah menciptakan peluang dari permainan terbuka karena sangat monoton. Akibat tempo terlalu lambat, ruang di pertahanan lawan semakin sempit. Masalahnya, mereka tidak punya penyerang seperti Erling Haaland. Problem mulai diperbaiki. “Jika kami terus bermain (mengalir) seperti ini, semuanya akan lebih mudah untuk bersinar,” ucap Odegaard.
Bola mati
Kekuatan terbesar Arsenal sepanjang musim ini adalah eksekusi bola mati. Hal tersebut menutupi masalah dari permainan terbuka di paruh pertama musim. Menariknya, mereka semakin tangguh dalam situasi bola mati sepulang dari Dubai. Salah satunya berkat keterlibatan gelandang Declan Rice sebagai eksekutor utama.
Rice sudah menciptakan 3 asis dari 4 laga terakhir. Semua itu berasal dari umpan lewat bola mati. Dua kali di antaranya diciptakan saat melawan West Ham. Sepakan Rice tidak hanya kencang, tetapi juga berputar di udara. Efek tersebut membuat pantulan bola lebih kencang ketika disambut oleh sundulan para pemain Arsenal.
Baca juga: Kemenangan Manis Sang Raja ”Set Piece”
Rice hanya mengambil tiga kali tendangan sudut dari 20 pertandingan di awal musim. Dia sudah mengambil sebanyak 12 kali dalam 4 laga terakhir. Keterlibatan tersebut memperbesar peran Rice untuk “Si Meriam”. Adapun Arsenal merupakan tim paling produktif dari bola mati dengan catatan 16 gol.
Transformasi Arsenal akan kembali diuji oleh Burnley yang siap tampil super defensif. Adapun laga nanti bertajuk pertempuran antara dua murid manajer Josep Guardiola. Manajer Burnley Vincent Kompany, seperti Arteta, juga pernah berguru dengan Guardiola ketika masih di Manchester City.
“Tim seperti Arsenal selalu punya senjata untuk menyakiti Anda. Kami harus memastikan bisa menghentikan itu. Mereka punya banyak pemain hebat di setiap posisi, tetapi kami juga tidak mudah ditaklukkan. Kami akan memperlakukan ini seperti saat berhadapan dengan tim besar lain,” ucap Kompany. (AP/REUTERS)