Keajaiban Haller dan Kisah Ganjil Pantai Gading
Pantai Gading meraih trofi ketiga Piala Afrika. Sebastien Haller adalah pemberi kemenangan bagi ”Si Gajah”.
Juli 2022, Sebastien Haller yang baru saja dibeli Borussia Dortmund dari Ajax Amsterdam didiagnosis menderita kanker testis. Berkat perawatan medis intensif serta dukungan klub dan orang-orang di sekitarnya, Haller bisa sepenuhnya pulih dan kembali bermain pada Januari 2023 lalu.
Sekitar satu tahun setelah menjalani laga debut untuk Dortmund, Haller menegaskan keajaiban itu benar-benar ada. Wujud itu ia tunjukkan dengan mempersembahkan gelar Piala Afrika ketiga untuk tanah leluhurnya, Pantai Gading, pada pesta sepak bola Afrika edisi 2023.
Baca juga: Piala Afrika 2023 dan Pertaruhan Reputasi Mohamed Salah
Sontekan Haller untuk menyambut umpan kaki kiri pemain sayap asal Brighton & Hove Albion, Simon Adingra, menggetarkan jala gawang Nigeria di menit ke-81 pada laga final, Senin (12/2/2024) dini hari WIB, di Stadion Alassane Ouattara, kota Abidjan, Pantai Gading. Gol kedua Haller di Piala Afrika 2023 membuat sekitar 55.000 pendukung tim tuan rumah berjingkrakan di tribune, termasuk legenda Pantai Gading, Didier Drogba.
Saya sangat senang untuk Haller. Ia menjalani masa-masa sulit, tetapi ia telah melakukan sesuatu yang besar bagi negaranya.
Sumbangan gol dari Haller itu memastikan Pantai Gading unggul, 2-1, atas Nigeria. Setelah sempat tertinggal berkat sundulan kapten Nigeria, William Troost-Ekong, di menit ke-38, Pantai Gading menyamakan kedudukan melalui sundulan gelandang Franck Kessie ketika laga berjalan 62 menit.
Sebelum mengunci gelar juara timnya, Haller juga menjadi sosok penting bagi keberhasilan Pantai Gading menembus partai puncak. Ia mencetak gol tunggal keunggulan Pantai Gading atas Republik Demokratik Kongo pada babak semifinal.
Baca juga: Pantai Gading dan Nigeria, Puncak Drama Tak Terperi Piala Afrika
Ketika wasit asal Mauritania, Beida Dahane, meniupkan peluit akhir, gemuruh tercipta seisi stadion. Mata Haller berkaca-kaca ketika berpelukan dengan rekan setimnya dan Pelatih interim Pantai Gading Emerse Fae. Puncaknya, ia tidak bisa menahan tangis haru dan bahagia ketika menjalani wawancara seusai pertandingan.
Haller, yang lahir di kota Ris-Orangis, Perancis, sangat bahagia bisa mempersembahkan gelar juara untuk negara kelahiran orangtuanya. Pemain bernomor punggung 22 itu telah menghasilkan 10 gol untuk Pantai Gading dari 26 penampilan sejak akhir 2020.
”Kami memimpikan momen ini di banyak waktu. Pemandangan penuh kebahagiaan kami saksikan sekarang dan terjadi di seluruh negeri. Para pendukung pantas merasakan kebahagiaan ini. Saya berharap gelar juara ini menghadirkan kebaikan bagi semua orang,” tutur Haller.
Tak hanya dari kisahnya yang sembuh dari kanker testis, Haller juga sungguh-sungguh pembawa keberuntungan bagi ”Si Gajah”, julukan Pantai Gading. Ia tidak bisa tampil di tiga laga penyisihan akibat menderita cedera ankle. Pada dua gim fase gugur kontra Senegal di babak 16 besar dan Mali pada perempat final, Haller hanya masuk sebagai pemain pengganti.
Baca juga:Piala Afrika Jadi Panggung Pengharapan
Ketika telah sepenuhnya pulih dan bisa tampil sejak sepak mula di dua laga pamungkas menghadapi RD Kongo dan Nigeria, Haller mencatatkan nama di papan skor untuk memastikan kemenangan timnya.
”Saya sangat senang untuk Haller. Ia menjalani masa-masa sulit, tetapi ia telah melakukan sesuatu yang besar bagi negaranya,” tutur Kolo Toure, legenda Pantai Gading, kepada BBC yang merupakan anggota skuad Si Gajah yang meraih gelar Piala Afrika 2015.
Nedum Onuoha, eks pemain Manchester City, menyebut perjalanan Haller tidak semudah dibayangkan. Menurut dia, Haller telah menggoreskan kisah yang bisa menjadi teladan bagi pemain-pemain lain.
”Banyak orang menderita kanker dan itu memengaruhi kehidupannya. Haller mendapatkan banyak dukungan dan kisahnya akan memberikan orang-orang di posisinya untuk memiliki kepercayaan dalam hidup. Kita akan membicarakan kisah Haller bertahun-tahun ke depan,” tutur Onuoha, yang berdarah Nigeria.
Kesempatan kedua
Tidak hanya Haller, perjalanan Pantai Gading menuju tangga juara juga tidak pernah dibayangkan siapa pun sebelumnya. Mereka hanya bisa meraup satu kemenangan di babak penyisihan.
Baca Juga: Mane, Inspirasi Senegal Jaga Mimpi Kuasai Afrika
Si Gajah lolos dibayangi keberuntungan karena duduk di peringkat keempat atau terakhir pada ranking peringkat ketiga terbaik. Itu bisa tercipta akibat kekalahan Zambia atas Maroko, 0-1, di laga terakhir Grup F. Padahal, Zambia hanya butuh imbang untuk lolos ke fase gugur sekaligus menyingkirkan tim tuan rumah.
Hasil di babak grup itu membuat Federasi Sepak Bola Pantai Gading (FIF) memecat Pelatih Jean-Louis Gasset setelah tumbang 0-1 dari Nigeria di gim pamungkas Grup A. Fae yang menjabat sebagai asisten pelatih didapuk sebagai juru taktik sementara.
Bersama Fae, Pantai Gading melaju mulus sampai babak final, termasuk membalas kekalahan dari Nigeria di babak penyisihan. Tak ayal, Fae juga mencatatkan sejarah baru sebagai pelatih pengganti pertama yang membawa timnya meraih juara.
Baca Juga: Pembalasan Sempurna Pasukan ”Firaun”
”Tuhan memberikan kami kesempatan kedua di turnamen ini. Jadi, (gelar juara) ini adalah cara kami untuk memanfaatkan kesempatan ini dengan mengerahkan segalanya,” ucap Fae.
Menurut Max Gradel, gelandang veteran Pantai Gading, mewakili tim nasional di turnamen mayor bermakna besar bagi setiap pemain. Untuk itu, lanjut Gradel, semua anggota skuad Pantai Gading selalu bertekad memberikan kebahagiaan kepada rakyat Pantai Gading di kandang sendiri.
”Hal yang paling penting bagi semua rakyat Pantai Gading adalah mereka bangga dengan tim ini. Tidak ada hal yang lebih membanggakan selain memenangi turnamen ini,” tutur Gradel, satu-satunya pemain yang tersisa di skuad juara pada Guinea Khatulistiwa 2015.
Gradel, yang berusia 36 tahun, adalah pemain Pantai Gading pertama yang mengoleksi dua gelar Piala Afrika. Si Gajah pertama kali menjadi penguasa Afrika pada Senegal 1992.
Baca Juga: Menang Adu Penalti, Senegal Akhiri Penantian Dua Generasi
Pelatih Nigeria Jose Peseiro gagal mempersembahkan gelar keempat Piala Afrika bagi ”Si Elang”. Meski demikian, juru taktik asal Portugal itu bangga dengan perjuangan skuadnya selama turnamen.
”Kami memainkan turnamen yang fantastis, tetapi hari ini Pantai Gading lebih baik,” kata Peseiro. (AFP/AP)