Caci Maki Publik Korea Selatan, Senyum Palsu Juergen Klinsmann
Tekanan besar selalu mengintai posisi pelatih Korea Selatan. Klinsmann menyembunyikan kegundahan dengan senyum palsu.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·5 menit baca
Kisah kurang menyenangkan menyertai kepulangan tim nasional Korea Selatan usai tersingkir di semifinal Piala Asia 2023. Ratusan orang berkumpul di Bandar Udara Incheon, menanti kedatangan para pemain dan staf pelatih Korsel. Juergen Klinsmann menyangka itu akan menjadi acara penyambutan penuh kehangatan. Namun, Klinsmann segera menyadari bahwa itu bukanlah pesta penyambutan. Kerumunan orang itu datang dengan perasaan kesal dan marah.
”Banyak orang!” kata Klinsmann sembari menahan rasa gugup. Seutas senyum hadir di wajahnya. Klinsmann lantas mengambil mikrofon, bersiap memulai sesi konferensi pers yang diadakan secara mendadak di bandara.
Saya merasa kasihan kepada manajer karena menghadapi begitu banyak hal negatif. Perspektif terhadapnya tidak baik, bahkan sebelum turnamen.
Kabar kepulangan timnas Korsel adalah isu besar di negara tersebut. Stasiun televisi dan media arus utama lainnya berlomba menjadi yang terdepan dalam melaporkan. Sejumlah kamera bahkan sudah terpasang di ruangan Bea Cukai dan Imigrasi yang akan dilewati Klinsmann dan para pemainnya setelah turun dari pesawat. Mereka menyiarkan agenda kepulangan Klinsmann sejak satu jam sebelum pesawat mendarat.
Menghadapi berbagai pertanyaan dari media yang seperti peluru, Klinsmann berusaha tetap tenang dan fokus. Dari sekian banyak pertanyaan yang terlontar, sebagian besar bernuansa tuntutan pertanggungjawaban Klinsmann atas melempemnya performa Korsel di Piala Asia.
Salah satu wartawan bertanya apakah Klinsmann berencana mengundurkan diri. Pertanyaan tajam itu dijawabnya dengan senyum dan setengah bercanda. ”Pertanyaan bagus,” ujar Klinsmann.
Klinsmann ditunjuk sebagai pelatih Korsel sejak Februari 2023. Ia menggantikan pelatih asal Portugal, Paulo Bento, yang mengundurkan diri usai Korsel tersingkir di babak 16 besar Piala Dunia Qatar. Kontrak Klinsmann bersama Korsel berdurasi hingga Juli 2026. Namun, sejak masa awal kepelatihannya, sentimen negatif terhadap Klinsmann terus bermunculan.
Fans Korsel kecewa permainan timnas mereka tidak jauh lebih baik dibandingkan saat ditangani Bento. Klinsmann nir-kemenangan dalam lima laga awalnya bersama timnas Korsel. Hasil ini membuat publik mulai meragukan kapasitas dan kualitas Klinsmann.
Sentimen negatif mereda sementara saat Klinsmann sukses mempersembahkan kemenangan pertamanya untuk Korsel saat menghadapi Arab Saudi di laga persahabatan. Kemenangan atas Arab Saudi itu disusul enam kemenangan beruntun menghadapi Tunisia, Vietnam, Singapura, China, Irak, dan Bahrain.
Namun, masa tenang Klinsmann itu mulai terusik di Piala Asia, khususnya saat Korsel ditahan imbang Jordania dan Malaysia. Hasil imbang itu sulit diterima fans Korsel karena Jordania dan Malaysia tidak lebih unggul secara peringkat. Selain itu, publik menilai taktik yang diterapkan Klinsmann kurang koheren dan terlalu bergantung pada pemain bintang seperti Son Heung-min, Hwang Hee-chan, dan Lee Kang-in.
Sepak bola zombi
Penampilan kurang meyakinkan Korsel berlanjut di fase gugur Piala Asia. ”Kesatria Taeguk” berhasil melaju, tetapi senantiasa melalui drama. Mereka harus melalui babak adu penalti untuk menundukkan Arab Saudi di 16 besar. Korsel juga nyaris tersingkir saat melawan Australia di perempat final. Sempat tertinggal, Korsel keluar sebagai pemenang berkat dua gol set piece pada menit akhir.
Kecenderungan Korsel yang mampu bangkit dan berbalik menang memunculkan istilah sepak bola zombi terhadap mereka. Istilah ini dipilih untuk menggambarkan timnas Korsel yang berkali-kali bangkit dari kematian untuk meraih kemenangan.
Namun, ”keberuntungan” Korsel habis saat meladeni Jordania di semifinal. Gagal menciptakan satu pun tembakan tepat sasaran selama 90 menit. Sepanjang pertandingan, para pemain Korsel kesulitan meladeni permainan militan dan tidak kenal lelah dari Jordania. Adapun pemain Korsel bermain seperti tanpa semangat dan tenaga.
Jordania pun kemudian menghukum Korsel dengan dua gol yang dilesakkan Yazan Al Naimat dan Mousa Al Taamari. Dahaga publik Korsel yang lama menantikan kejayaan negaranya di Piala Asia gagal terbasuh. Sasaran kemarahan kemudian tertuju kepada satu orang: Klinsmann.
Kapten Korsel, Son, membela Klinsmann dan meminta publik menyalahkan pemain terhadap hasil buruk yang mereka peroleh.
”Saya merasa kasihan kepada manajer karena menghadapi begitu banyak hal negatif. Perspektif terhadapnya tidak baik, bahkan sebelum turnamen. Meskipun dalam keadaan seperti itu, manajer menanganinya dengan baik, merawat para pemain, dan tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah sampai akhir. Saya sangat terkesan dengan hal ini dan saya pikir dia akan menjadi lebih kuat melalui pengalaman ini,” kata Son, dikutip dariThe Athletic.
Penuh tekanan
Menjadi pelatih timnas Korsel akan selalu berat dan penuh dengan tekanan. Hal itu sudah disadari Bento usai memimpin Korsel di Qatar. Setelah tersingkir di 16 besar Piala Dunia Qatar, Bento memilih langsung pulang ke kediamannya di Amerika Serikat, alih-alih ikut kembali ke Korsel bersama rombongan timnas.
Mantan pelatih timnas Korsel yang saat ini menangani Indonesia, Shin Tae-yong, pernah mengalami hal serupa Klinsmann. Bahkan, pengalaman Shin jauh lebih buruk. Sepulang dari Piala Dunia 2018 di Rusia, rombongan timnas Korsel disambut secara kurang hangat di bandara.
Saat sesi foto dan tanya jawab, seorang fans Korsel kedapatan melemparkan dua hingga tiga telur ke arah pelatih dan pemain. Mereka kecewa dengan kegagalan Korsel lolos dari fase grup kendati mampu mengalahkan juara bertahan Jerman di laga terakhir.
Situasi yang dihadapi Klinsmann lebih manusiawi dibandingkan Shin. Namun, itu tidak berarti tekanan yang dia terima lebih mudah. Pers dan publik Korsel mulai kehilangan kesabaran terhadap Klinsmann. Mustahil dia bisa meredakan situasi hanya dengan tersenyum dan tampil tenang.
Kapasitas Klinsmann kembali diuji. Sulit melihat Klinsmann bisa bangkit seperti zombi saat membawa Korsel lolos dari lubang kematian di Piala Asia. Terlebih setelah pukulan telak bertubi-tubi datang kepadanya belakangan ini.