Refleksi VAR: Klub Mana Paling Dirugikan di Liga Inggris?
Wasit VAR terbukti salah mengambil keputusan dalam 20 insiden di musim ini. Klub mana yang paling dirugikan?
Kontroversi asisten video wasit atau VAR datang silih berganti nyaris setiap pekan di Liga Inggris. Musim ini, bukan berkurang, obyektivitas VAR semakin sering dipertanyakan. Bahkan, sudah ada dua klub yang berani mengajukan protes resmi langsung karena keputusan kontroversial, yaitu Arsenal dan Liverpool.
Manajer Arsenal Mikel Arteta sempat marah besar ketika kalah dari Newcastle United, November lalu. Gol kemenangan Newcastle dicetak lewat proses yang kontroversial, tetapi disahkan oleh VAR. Pelanggaran yang terlihat jelas dalam tayangan ulang luput begitu saja. ”Memalukan. Itu adalah sebuah aib,” ujarnya.
VAR merupakan dan masih menjadi alat yang sangat efektif untuk mendukung kinerja para ofisial pertandingan di lapangan.
Lubang dalam penerapan VAR juga tecermin dalam rilis Liga Inggris tentang keberhasilan hingga pekan ke-23 musim ini. Sudah terdapat 20 kesalahan VAR sejak awal musim. Namun, menurut klaim liga, 17 kali di antaranya disebabkan wasit VAR terlalu pasif. Tidak mengintervensi saat wasit lapangan luput.
Hanya tiga kali wasit VAR dinilai salah seusai mengubah keputusan di lapangan. Salah satunya melibatkan Arsenal, tetapi justru bukan saat melawan Newcastle. Di laga versus Manchester United, wasit Antony Taylor memberikan penalti untuk Arsenal. Namun, wasit VAR menganulir penalti dengan alasan kontak masih terlalu minim.
Menariknya, menurut ESPN, Arsenal (2) bukan tim yang paling banyak terdampak kesalahan, melainkan Liverpool (4). Kesalahan paling fatal untuk Liverpool adalah saat gol Luis Diaz ke gawang Tottenham Hotspur dianulir karena problem komunikasi wasit VAR dengan wasit lapangan. Insiden itu berujung protes resmi dari Liverpool.
Selain itu, Brighton and Hove Albion dan Wolverhampton Wanderers sama-sama dirugikan akibat tiga keputusan VAR. Tim paling diuntungkan adalah Aston Villa dengan tiga keputusan salah yang justru berbalik ke arah mereka. Adapun jumlah kesalahan VAR menurun dibandingkan di periode yang sama musim lalu (25).
Baca juga: Kekhilafan VAR Lukai Liverpool
Penilaian terhadap kinerja VAR dilakukan oleh panel independen yang terdiri dari para mantan pemain, pelatih, dan wasit. Panel yang dibentuk dua tahun lalu itu bertugas menilai keputusan besar dari para wasit Liga Inggris. Mereka akan melaporkan penilaian kepada Badan Wasit Profesional Inggris (PGMOL) untuk peningkatan standar.
Terlalu lama
Tony Scholes, Ketua Sepak Bola Liga Inggris, mengatakan, penerapan VAR memang masih jauh dari ideal. Namun, teknologi itu sudah terbukti lebih mewujudkan rasa keadilan di lapangan. Menurut pihak liga, 96 persen keputusan dinyatakan benar sejak VAR muncul, lebih baik dibandingkan sebelum era VAR (82 persen).
”VAR merupakan dan masih menjadi alat yang sangat efektif untuk mendukung kinerja para ofisial pertandingan di lapangan. Tetapi, secara keseluruhan, semua tentang dunia VAR memang masih jauh dari sempurna. Kami menyadari hal tersebut dan ingin segera memperbaiki,” ujar Scholes.
Meskipun begitu, menurut dia, ada dua elemen yang bisa berdampak buruk terhadap reputasi VAR. Peninjauan video terlalu sering dan memakan waktu terlalu lama. Hal tersebut bisa membuat pertandingan berlangsung lebih lama dari seharusnya dan berpotensi mengganggu pengalaman para penonton.
Baca juga: Kontroversi Penalti City dan Kesalahan Taktik Ten Hag
Berdasarkan data Sky Sports, rerata waktu pertandingan di liga musim ini mencapai 101,68 menit, naik tiga menit lebih ketimbang musim lalu. Hal itu disebabkan wasit VAR yang semakin berhati-hati supaya tidak salah. Dalam beberapa insiden, mereka sampai memeriksa empat situasi yang berdekatan sekaligus dan diulang-ulang.
Ketika terjadi gol, baik para penonton maupun pemain harus menunda selebrasi sampai beberapa menit. Mereka baru bisa merayakan gol seusai konfirmasi dari wasit VAR. Reaksi spontan dalam menikmati permainan seolah direnggut. Belum lagi, pemeriksaan video di situasi bukan gol sering mengganggu ritme karena laga dihentikan tiba-tiba.
”Peninjauan memakan waktu terlalu lama dan itu memengaruhi alur permainan. Kami harus meningkatkan kecepatan sambil mempertahankan akurasi. Mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk menghindari ketidakpastian. Tetapi, semestinya semua bisa lebih cepat jika terus dilatih dan lebih fokus sehingga tidak perlu diperiksa dua sampai tiga kali,” tutur Scholes.
Pihak liga masih mematangkan rencana untuk mengadopsi teknologi offside semiotomatis. Teknologi serupa sudah digunakan di kompetisi FIFA, UEFA, dan Liga Italia. Teknologi itu dinilai bisa membuat keputusan lebih cepat dan akurat. Klub-klub Inggris akan membahas penerapan teknologi tersebut pada pertengahan tahun.
Jika dilihat dari sudut pandang beberapa tim, seperti Liverpool, VAR yang masih ditentukan oleh subyektivitas wasit memang sering merugikan musim ini. Namun, secara garis besar, teknologi itu sebenarnya sudah terbukti mewujudkan keadilan yang lebih baik di lapangan. Hanya perlu beberapa peningkatan dalam sumber daya manusia dan peraturan yang bisa mengurangi sisi subyektivitas. (AP/REUTERS)