Kontroversi Penalti City dan Kesalahan Taktik Ten Hag
Pendukung MU mulai pulang dari stadion di menit ke-80, saat pendukung City melakukan tarian poznan. Ten Hag salah taktik.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
MANCHESTER, SENIN – Kekalahan Manchester United diawali penalti kontroversial Manchester City dan dilengkapi dengan kesalahan perubahan taktik Manajer Erik ten Hag seusai turun minum. Dampak kedua hal itu, MU kembali harus mengakui superioritas tim tetangga dalam derbi di kandang, Stadion Old Trafford.
MU takluk 0-3 di depan publik sendiri pada Senin (30/10/2023) dini hari WIB. Penyerang City, Erling Haaland, kembali berperan sebagai malaikat pencabut nyawa ”Setan Merah” dengan menyumbang brace atau dua gol. Adapun Haaland sudah mencetak delapan gol dalam tiga laga derbi sejak berseragam City pada musim lalu.
Tuan rumah cukup beruntung hanya kemasukan tiga gol. Jika bukan karena penampilan gemilang kiper Andre Onana yang membuat tujuh kali penyelamatan, MU sangat mungkin kalah lebih banyak. Terbukti, MU juga kalah telak dalam kualitas peluang atau expected goals (xG) 1,03 - 3,93.
”Performa yang fantastis. Kami mengontrol selama 90 menit dan setiap pemain City tampil sangat baik. Inilah gaya yang kami ingin mainkan. Pasti (rasanya spesial mengalahkan MU). Dalam perspektif luas, kami mendapatkan tiga poin,” kata Haaland yang mewariskan dendam ayahnya, Aflie, yang merupakan mantan pemain City.
Meskipun hasil akhir dan performa keseluruhan kedua tim terpaut jauh bagai bumi dan langit, duel derbi itu sebenarnya ditentukan hanya dari beberapa momen kecil. Salah satunya, hadiah penalti untuk City di menit ke-26 yang seolah terjatuh dari langit. Petugas asisten wasit video (VAR) Michael Oliver tiba-tiba mengintervensi.
Oliver menyarankan wasit Paul Tierney untuk meninjau ulang kejadian sebelumnya, dalam situasi bola mati di kotak penalti. Penyerang MU, Rasmus Hojlund, tertangkap menyilangkan tangan ke tubuh gelandang City, Rodri. Rodri terjatuh karena kontak minim itu. Penalti diberikan, lalu dieksekusi sempurna oleh Haaland.
Menurut Onana, penalti tersebut mengubah momentum pertandingan. Sulit bagi tim mana pun di dunia untuk bangkit setelah tertinggal dari City. ”Saya bukan orang yang berhak memutuskan dan kami harus menerima keputusan wasit. Namun, gol pertama itu adalah momen kunci. Sejak itu, kami terlihat menurun,” ucapnya.
MU, dikenal pragmatis di era Ten Hag, berencana mengandalkan serangan balik. Strateginya cukup menarik, gelandang jangkar Scott McTominay ditempatkan sebagai gelandang serang dalam formasi 4-2-3-1. Dia bertugas menekan gelandang lawan, Rodri, sekaligus memberikan presensi fisik dengan tinggi 1,93 meter.
Performa yang fantastis. Inilah gaya yang kami ingin mainkan.
Hasilnya terbilang efektif. McTominay berkali-kali memecah garis pertahanan tinggi City. Hanya saja, peluang dari skema transisi itu belum membuahkan hasil karena problem kualitas penyelesaian akhir. Sampai akhirnya gol pertama diciptakan tim tamu dan City bermain lebih sabar.
Terlalu reaktif
Peluang MU membalikkan keadaan masih besar di paruh kedua. Namun, probabilitas itu dirusak oleh keputusan Ten Hag yang terlalu reaktif. Dia menukar gelandang Sofyan Amrabat dengan Mason Mount tepat setelah turun minum. Mount menjadi gelandang serang, sementara McTominay didorong lebih mundur.
Masalahnya, McTominay berduet dengan Christian Eriksen sebagai gelandang jangkar. Mereka bukan yang terbaik jika bicara soal bertahan. Lubang di lini tengah itu dimanfaatkan Haaland dan rekan-rekan. Adapun gol kedua dan ketiga City bermula dari keterlambatan McTominay menutup ruang.
Gary Neville, mantan kapten MU, turut meragukan keputusan Ten Hag. ”Ketika melihat duet itu di lini tengah, saya melihat Ten Hag antara berani atau ceroboh. Saya pikir itu tidak akan bekerja. Cukup aneh, mengingat musim lalu pergantian pemain Ten Hag selalu luar biasa. Itu tidak terlihat hari ini,” tuturnya pada Sky Sports.
Perubahan Ten Hag juga berdampak pada serangan tim. Mount tenggelam di tengah tumpukan para pemain bertahan City yang tinggi dan kekar. Mount hanya menciptakan 4 umpan sukses selama 45 menit, tanpa menembak satu kali pun. Adapun peluang terbaik MU diciptakan oleh McTominay lewat situasi transisi, tepat sebelum turun minum.
Ten Hag mengakui, penampilan Setan Merah di paruh pertama jauh lebih menjanjikan. ”Rasanya menyakitkan. Terutama karena kami bermain sempurna sesuai rencana di babak pertama. Kami punya beberapa peluang, tetapi tidak beruntung karena gagal mencetak gol. Selain itu, penalti juga mengubah laga,” jelasnya.
Misi kebangkitan MU semakin mustahil setelah City unggul 2-0 saat paruh kedua baru berlangsung empat menit. Haaland menggandakan keunggulan dengan sundulan dari umpan silang Bernardo Silva. Skema itu sama seperti peluang di akhir paruh pertama yang berhasil diselamatkan Onana.
Selain Haaland, Silva adalah pemain terbaik dalam derbi. Guardiola kembali menunjukkan kegeniusannya dalam strategi. Silva ditempatkan sebagai gelandang serang di half space kiri untuk membantu penyerang sayap Jack Grealish. Sisi kiri selalu menjadi katalis serangan City. Adapun Silva lebih sering dijadikan gelandang tengah ataupun sayap kanan.
”Saya bisa berbicara 10 menit untuk hanya membicarakan tentang Bernardo, apa artinya dia untuk saya dan tim kami. Dia adalah pemain yang melampaui kata bagus di seluruh departemen. Dia juga sangat pintar dan memahami segala sesuatu di lapangan. Kami mencintainya,” kata Guardiola.
Ironi Setan Merah ditutup dengan gol Phil Foden, 10 menit sebelum waktu normal berakhir. Melihat timnya sengsara, pendukung tuan rumah mulai meninggalkan Old Trafford. Sementara itu, fan City berpesta dengan tarian poznan. Mereka memunggungi lapangan, sambil melompat-lompat dan bernyanyi, karena sudah tahu siapa penguasa Kota Manchester sebenarnya. (AP/REUTERS)