Qatar muncul sebagai kekuatan baru sepak bola Asia walau belum mampu berbicara banyak di Piala Dunia.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
DOHA, KAMIS — Qatar mengunci tiket ke final Piala Asia seusai membungkam favorit juara, Iran, 3-2, dalam laga yang berlangsung ketat di Stadion Al Thumama, Doha, Qatar, Rabu (7/2/2024) malam WIB. Walau gagal total di Piala Dunia 2022, keberhasilan melaju ke final Piala Asia pada dua edisi beruntun mempertegas kemunculan Qatar sebagai kekuatan baru sepak bola Asia.
Sejak Piala Asia pertama kali dihelat pada 1956, Qatar dikenal bukan termasuk negara yang memiliki tradisi sepak bola kuat. Pada mulanya peta persaingan persepakbolaan Asia dikuasai Korea Selatan, Iran, dan Arab Saudi. Jepang kemudian hadir sebagai tim kuat sejak berhasil menjuarai Piala Asia 1992.
Motivasi dalam tim kami kuat. Kami telah meraih gelar juara pada edisi sebelumnya dan kami ingin mengulangi kesuksesan itu lagi.
Kebangkitan sepak bola Jepang turut dipengaruhi upaya mereka dalam meningkatkan kualitas liga domestik pada era 1990-an. Hingga saat ini, Jepang telah mengoleksi empat gelar Piala Asia sekaligus dijuluki sebagai ”Raja Asia”.
Pada titik ini, belum sekalipun pernah terpikir Qatar bakal merusak dominasi negara-negara kuat Asia yang telah lebih dulu memenangi Piala Asia. Qatar mencuri perhatian publik ketika berhasil menjuarai Piala Asia 2019 di Uni Emirat Arab.
Selain keberhasilan mengguncang panggung Asia, sepak terjang persepakbolaan Qatar di level internasional kian kencang dengan terpilihnya mereka sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022, walau mengundang kontroversi. Melalui jalur tuan rumah, Qatar mengukir sejarah dengan pertama kalinya bersaing di putaran final Piala Dunia.
Akan tetapi, kiprah Qatar di Piala Dunia tidak berjalan mulus. Walau dianggap sukses sebagai penyelenggara, capaian Qatar di Piala Dunia tidak begitu menggembirakan. Mereka gagal lolos dari fase grup seusai terbenam di dasar Grup A.
Dalam tiga pertandingan fase penyisihan grup, Qatar tidak bisa mengimbangi kualitas permainan Belanda, Senegal, dan Ekuador. Tidak sekali pun Qatar mampu meraih poin. Mereka kebobolan tujuh gol dan hanya memasukkan satu gol.
Babak belur di level dunia, Qatar adalah tim yang berbeda di tingkat Asia. Qatar berpeluang menjadi negara ketiga yang sukses mempertahankan gelar juara di rumah sendiri.
Negara pertama yang berhasil melakukannya adalah Korea Selatan. ”Kesatria Taeguk” menjuarai Piala Asia 1956 dan kemudian sukses mempertahankan gelar juara saat menjadi tuan rumah pada edisi berikutnya.
Iran juga mampu melakukan hal yang sama. Menjuarai Piala Asia 1972, Iran mempertahankan trofi tersebut saat bertindak sebagai tuan rumah Piala Asia 1976.
Qatar kini berpotensi menyejajarkan diri dengan Korea Selatan dan Iran. Keberhasilan menyingkirkan Iran di semifinal membuat peluang itu semakin besar.
Untuk mengukir sejarah, Qatar perlu mengatasi perlawanan Jordania di final. Hal itu sangat mungkin bisa dilakukan Qatar yang sedang dalam rasa percaya diri tinggi. Apalagi, mereka diuntungkan karena bermain di hadapan pendukung sendiri.
”Motivasi dalam tim kami kuat. Kami telah meraih gelar juara pada edisi sebelumnya dan kami ingin mengulangi kesuksesan itu lagi,” kata bek Qatar, Tarek Salman.
Kemunculan Qatar sebagai kekuatan baru sepak bola di Asia berkaitan dengan peran akademi-akademi di sana. Salah satu akademi yang terbesar bernama Aspire Academy.
Selain itu, keseriusan Pemerintah Qatar berinvestasi di sepak bola turut mendongkrak prestasi timnas mereka. Pada 2010, Qatar masih tercecer di peringkat ke-130 FIFA. Berkat komitmen dalam meningkatkan persepakbolaan, Qatar kini telah menembus peringkat ke-58 FIFA.
Walau belum mampu berbicara banyak di Piala Dunia, Qatar tergolong tim yang disegani di Asia. Dua kali menembus final Piala Asia secara beruntun adalah buktinya.
Perlawanan Iran
Untuk mencapai final keduanya, Qatar mendapat perlawanan hebat dari Iran. Sebagai pengoleksi gelar Piala Asia tiga kali, Iran menunjukkan kekuatan mentalnya dengan bermain tenang di bawah tekanan puluhan ribu pendukung Qatar. Penyerang Sardar Azmoun membawa Iran unggul lebih dulu lewat tendangan salto di saat pertandingan baru berjalan empat menit.
Gol Azmoun membuat pendukung tuan rumah terenyak. Namun, Qatar bisa mengatasi keadaan dengan mencetak gol penyeimbang lewat Jassem Abulsallam.
Qatar yang tidak lebih dominan dari Iran di laga ini mampu tampil efektif dengan skema umpan-umpan panjang. Penyerang Akram Afif, yang sedang bersinar di turnamen ini, beberapa kali mampu menyambut bola setelah melepaskan diri dari penjagaan bek Iran. Dengan kepiawaiannya dalam menggiring bola, Afif membuat Qatar berbalik unggul jelang turun minum.
Di babak kedua, Iran bangkit dan menyamakan kedudukan berkat eksekusi penalti Alireza Jahanbakhsh. Gol kemenangan Qatar hadir di menit-menit akhir melalui tendangan penyerang Almoez Ali dari jarak dekat. Ali menyambut umpan dengan memanfaatkan lubang di lini belakang Iran. Tanpa pengawalan, dengan mudah Ali bisa menyarangkan bola ke gawang.
Upaya Iran untuk menyamakan kedudukan semakin berat setelah Shoja Khalilzadeh diganjar kartu merah langsung oleh wasit setelah melanggar Afif. Hingga pertandingan usai, Iran gagal memaksakan laga berlanjut ke babak perpanjangan waktu. Ambisi Iran menyamai prestasi Jepang yang menjuarai Piala Asia empat kali pun kandas.
”Saya ingin meminta maaf kepada rakyat Iran karena kami mempunyai tanggung jawab untuk membuat mereka bahagia,” kata Pelatih Iran Amir Ghalenoei.
Di partai puncak Piala Asia, Qatar akan menghadapi Jordania di Stadion Lusail, Sabtu (10/2/2024) pukul 22.00 WIB. Itu adalah tempat yang sama di mana Lionel Messi bersama timnas Argentina mengangkat trofi Piala Dunia. (AFP)