Diaspora Indonesia di Qatar melakukan banyak hal untuk mendukung timnas Indonesia secara maksimal di Piala Asia 2023.
Oleh
M IKHSAN MAHAR DARI AL-RAYYAN, QATAR
·4 menit baca
Persiapan maksimal tidak hanya dilakukan tim nasional sepak bola Indonesia menjelang bertarung di Piala Asia 2023. Ratusan diaspora Indonesia penggila sepak bola di Qatar pun dipastikan memberikan dukungan total demi skuad ”Garuda” mencetak sejarah di panggung kontinental.
Ratusan diaspora Indonesia di Qatar mulai berdatangan ke stadion, 2,5 jam sebelum sepak mula. Mereka berkumpul terlebih dahulu di Mall of Qatar yang menjadi lokasi terdekat transportasi umum, Metro Doha, untuk menuju Stadion Ahmad bin Ali yang berada di kota Al-Rayyan, Qatar.
Setelah shalat Ashar berjemaah, mereka berjalan ke stadion yang hanya berjarak kurang satu kilometer dari Mall of Qatar menuju pintu masuk stadion. Tak ketinggalan, mereka juga mengenakan atribut jersei Indonesia yang diproduksi apparel dalam negeri, Mills.
Warna merah mendominasi seragam pendukung Indonesia yang bermukim di Qatar. Bendera Merah Putih juga menjadi atribut pelengkap. Mereka juga membawa sejumlah spanduk bertuliskan ”Kita Garuda” dan bendera Merah Putih. Tidak hanya itu, ada pula bas drum berwarna hitam yang digunakan untuk menyemarakkan dukungan kepada tim Indonesia asuhan Shin Tae-yong.
Pertunjukan yel-yel mereka mulai terdengar sekitar satu jam sebelum sepak mula berlangsung atau sekitar pukul 16.30 waktu setempat. Mereka berkumpul di tribune selatan. Kemeriahan suporter Indonesia mulai terdengar ketika pemain-pemain terbaik Indonesia memasuki lapangan untuk menjalani pemanasan di stadion yang juga dipakai menggelar tujuh laga Piala Dunia 2022 itu.
Pendukung Indonesia sejatinya juga berharap bisa membawa bendera Merah Putih dan spanduk berukuran raksasa yang bisa dilihat lebih jelas oleh pemain. Sayang, izin untuk spanduk itu belum didapatkan.
Para pendukung Indonesia itu tidak hanya berasal dari Doha dan Al-Rayyan yang berdekatan. Mereka juga datang dari kota Al-Khor yang waktu tempuhnya sekitar 1,5 jam berkendara mobil dari Doha. Rombongan diaspora Indonesia asal Al-Khor menyewa bus untuk bersama-sama menuju Stadion Ahmad bin Ali yang merupakan markas tim Liga Qatar, Al-Rayyan SC.
”Kami sangat senang dan antusias sekali menyambut penampilan timnas Indonesia di Piala Asia 2023. Kami berikan usaha terbaik untuk mendukung timnas. Jadi, semoga timnas bisa bermain dengan kemampuan maksimal dan menorehkan hasil terbaik,” ucap Vidi Viciyandrie, salah seorang koordinator diaspora pendukung timnas Indonesia yang juga Ketua Indonesia Football Association in Qatar (IFQ).
Sebagai ketua asosiasi yang menyatukan sejumlah komunitas sepak bola diaspora Indonesia di Qatar, Vidi menjadi salah satu penggagas untuk kelahiran wadah suporter timnas Indonesia. IFQ memiliki organisasi turunan, yaitu Ultras Garuda Qatar (UGQ) yang dibentuk sejak 14 Oktober 2023. UGQ mengoordinasikan kehadiran diaspora Indonesia untuk mendukung tim Garuda pada Piala Asia 2023 dan Piala Asia U-23 2024, April mendatang.
”Kami membentuk wadah itu karena ada sejumlah tantangan untuk memberikan dukungan optimal kepada timnas, seperti pemesanan tiket bersama hingga menampilkan wujud dukungan dengan spanduk. Kami juga bersyukur tekad besar dukungan itu juga mendapat bantuan penuh dari KBRI (Kedutaan Besar RI),” kata Vidi.
Perlu persetujuan
Ali Murtado, Pelaksana Fungsi Penerangan, Sosial, Budaya KBRI Qatar, mengungkapkan, suporter tidak bisa bebas membawa berbagai atribut ke dalam stadion. Setidaknya hanya bendera tim bertanding yang bisa leluasa lolos dari pemeriksaan petugas keamaan di pintu masuk stadion. Bendera ukuran kecil juga dibagikan gratis untuk suporter pemegang tiket di kawasan stadion.
Izin itu harus disampaikan kepada panitia penyelenggara lokal Piala Asia 2023. Alhasil, KBRI Qatar memiliki peran besar bagi diaspora Indonesia dalam menyajikan dukungan nan total dari tribune stadion.
”Setiap atribut yang masuk stadion harus melewati verifikasi dan izin bertahap. Instrumen, seperti banner ukuran normal atau drum, sudah bisa digunakan suporter Indonesia karena kita sudah mendapatkan izinnya,” ujar Ali.
Meskipun sudah ada spanduk berukuran normal dan drum, pendukung Indonesia sejatinya juga berharap bisa membawa bendera Merah Putih dan spanduk berukuran raksasa yang bisa dilihat lebih jelas oleh pemain. Sayang, izin untuk spanduk itu belum didapatkan.
”Kami juga sudah ajukan bendera dan banner raksasa, tetapi masih memerlukan proses verifikasi dari penyelenggara. Kalaupun belum diizinkan saat melawan Irak, kami berharap mudah-mudahan perlengkapan itu bisa hadir pada dua laga timnas selanjutnya,” tutur Ali.
Diaspora Indonesia dan KBRI juga meminta kepada panitia penyelenggara lokal Piala Asia 2023 untuk mendapatkan tiket di sisi tribune yang sama. Dengan berbagai upaya lobi, UGQ mendapat alokasi sekitar 120 tiket di kategori dua Stadion Ahmad bin Ali.
Jumlah tiket yang masuk kategori blocking itu meningkat untuk laga melawan Vietnam sebanyak 619 tiket. Kemudian, pada laga Jepang, tiket itu berjumlah 150 tiket. Selain tiket blocking, diaspora Indonesia juga mendapat alokasi tiket khusus yang disebut shukran (terima kasih), program tiket gratis dari penyelenggara.
Tiket itu adalah tiket yang tidak habis terjual. Jumlah tiket shukran untuk pendukung Indonesia di laga perdana ialah 1.400 lembar. Namun, tiket itu berada di zona yang berbeda dibandingkan tiket blocking untuk IFQ dan UGQ.
”Kami mendapatkan tiket-tiket itu mepet atau dua-tiga hari sebelum laga. Tiket shukran itu dimaksimalkan pendukung Indonesia yang membeli tiket secara daring. Mereka menukar tiket dengan shukran agar bisa duduk sama-sama dengan warga Indonesia,” tutur Vidi.
Dengan segala persiapan yang telah dilakukan, diaspora Indonesia di Qatar amat tulus mendukung tim Garuda. Meskipun tidak menuntut ekspektasi apa pun, tak seperti pendukung di Tanah Air, mereka bakal bangga jika Indonesia mencetak sejarah di Piala Asia 2023.