Dukungan Takzim untuk Palestina dari Lapangan Hijau
Qatar memberikan kehormatan kepada timnas Palestina di Piala Asia 2023.
Memasuki menit terakhir atau tepatnya menit keenam pada masa perpanjangan waktu babak pertama, Stadion Education City, Doha, Qatar, Minggu (14/1/2024) malam waktu setempat atau Senin (15/1/2024) dini hari WIB, bergemuruh. Sebanyak 27.691 suporter yang memadati tribune menyambut girang sundulan penyerang Palestina, Tamer Seyam, yang menggetarkan jala gawang Iran. Setelah gol itu, wasit meniupkan peluit akhir tanda turun minum.
Sambutan terhadap gol itu tidak hanya diciptakan para penonton yang mengenakan atribut atau membawa bendera Palestina. Pendukung Iran juga mengapreasi gol itu dengan tepuk tangan dan berdiri dari kursi mereka.
Itu adalah satu-satunya gol yang dicetak Palestina pada laga perdana Grup C Piala Asia 2023 kontra Iran. Sumbangan gol hiburan dari Teyam tidak cukup untuk menghindari timnya dari kekalahan telak, 1-4. Ketika gol Palestina tercipta, Iran telah mencetak tiga gol lebih dulu.
Meski begitu, dukungan kepada Palestina di laga perdana itu tidak memudar. Mayoritas penonton bersorak-sorai ketika pemain Palestina bisa membawa bola mendekati kotak penalti Iran.
Saat pemain Palestina melepaskan tembakan atau mendapat peluang bola mati, penonton di tribune stadion memberikan semangat dengan bertepuk tangan sekaligus meneriakkan, ”Palestina, Palestina, Palestina”.
Dukungan kepada Palestina tidak sekadar datang dari pendukung mereka, tetapi juga terlihat dari suporter Iran. Salah satu momen itu tercipta di menit ke-66. Ratusan suporter Iran yang berada di sisi utara dan timur tribune stadion meneriakkan, ”Iran, Palestina”. Suasana itu terasa lebih meriah karena dipadukan dengan tabuhan drum besar. Beberapa pendukung Iran bahkan membawa bendera kecil yang memadukan bendera Iran dan Palestina.
Dukungan kepada Palestina tidak sekadar datang dari pendukung mereka, tetapi juga terlihat dari suporter Iran.
”Kami sangat mengapresiasi dukungan suporter. Semoga mereka kembali memberikan dukungan kepada kami di laga-laga selanjutnya,” ujar Pelatih Palestina Makram Daboub, seusai laga.
Baca juga: Hadapi Irak, Indonesia Bertekad Revans
Pelatih Iran Ardeshir Ghalehnoy juga menyambut positif atmosfer meriah yang tersaji dari tribune penonton. ”Pendukung Iran dan Palestina memberikan dukungan yang sangat luar biasa. Mereka membantu tim untuk berusaha tampil maksimal selama 90 menit,” kata Ghalehnoy yang menggantikan Carlos Queiroz, awal 2023.
”Moment of silence”
Berbeda di enam laga Piala Asia 2023 yang telah berjalan sejak Jumat (12/1/2024), pertandingan Iran melawan Palestina diawali moment of silence selama 30 detik untuk menghormati para korban pada konfllik Gaza.
Kebijakan itu tercipta di awal laga pertama Palestina. Laga pembuka Palestina di Piala Asia 2023 juga bertepatan dengan 100 hari berlangsungnya serangan Israel yang mengarah ke warga Palestina di Gaza dan wilayah Palestina lainnya.
Baca juga: Asnawi dan Capaian Terelite Pemain Indonesia
Menurut data Kementerian Kesehatan Palestina per Minggu (14/1/2024), sebanyak 23.700 warga Palestina meninggal. Itu artinya 1 dari setiap 100 warga di Gaza kehilangan nyawa sejak serangan Israel ke Gaza, awal Oktober 2023.
Jumlah itu belum termasuk dari sekitar 60.000 orang yang mengalami luka-luka sedang dan berat. Kemudian, lebih dari 359.000 rumah hancur atau rusak parah akibat serangan yang diklaim untuk menghancurkan kamp-kamp simpatisan Hamas.
Sebelum laga, wasit asal Qatar, Abdulrahman al-Jassim, meminta 22 pemain utama dari kedua tim berdiri di lingkaran tengah lapangan. Tak hanya itu, musik pengiring untuk menyambut sepak mula juga ikut dihentikan sejenak. Suasana hening terasa.
Gerakan hanya terlihat dari belasan suporter di tribune timur yang menggoyang-goyangkan bendera Palestina yang ditambahi pesan dengan huruf berwarna hitam di sisi tengah kain bendera. Tulisan itu terbaca ”Free Palestine” atau ”Bebaskan Palestina”.
Baca juga: Di Qatar, Nilai Luhur Indonesia Lestari melalui Sepak Bola
Tak hanya para penonton, pemain Palestina juga menegaskan identitas mereka ketika memasuki lapangan dengan jaket bermotif bendera Palestina dengan lengan kanan berwarna hitam dan sisi kirinya berwarna hijau. Jaket itu berbeda dengan pakaian olahraga yang umumnya dibubuhi tulisan nama tim dan logo produsen apparel olahraga di dada. Perusahaan olahraga asal Spanyol, Kelme, yang memproduksi jersei Palestina tidak menyematkan logo mereka di jaket pralaga itu.
Ketika 11 pemain utama membuka jaket itu setelah menyanyikan lagu kebangsaan, jaket itu tetap digunakan Pelatih Palestina Makram Daboub dan ofisial tim. Khusus Daboub, jaket itu ia buka pada pertengahan babak pertama setelah timnya kemasukan gol kedua.
Lalu, seusai laga sebelum memasuki ruang ganti, para pemain Palestina kembali mengenakan jaket itu. Beberapa dari mereka, seperti kiper, Rami Hamada, dan gelandang Mohammed Rashid, terlebih dulu memberikan jersei mereka kepada suporter Palestina di tribune timur.
Tanpa selebrasi
Pemandangan menarik juga terlihat pada pemain Iran ketika mencetak gol ke gawang Palestina. Dua dari empat penyumbang gol untuk tim berjuluk ”Tim Melli” itu memilih untuk menolak selebrasi.
Itu dilakukan oleh bek tengah Iran, Shojae Khalilzadehshuk, ketika mencetak gol kedua Iran di menit ke-12. Ia hanya menyambut pelukan dari rekan setimnya. Air muka pemain klub Iran, Tractor, itu datar dan tidak ada senyuman.
Baca juga: Musibah yang Memotivasi Palestina dan Jepang di Piala Asia
Hal serupa dilakukan penyerang Iran, Sardar Azmoun, yang mengunci keunggulan Tim Melli di menit ke-55. Pemain yang baru tiga hari bergabung dengan timnas Iran itu bersikap tenang dan juga hanya menyambut pelukan rekan setimnya. Padahal, penyerang AS Roma itu mencetak gol tonggak baru bagi Iran karena ia menghasilkan gol internasional ke-50. Hanya legenda Iran, Ali Daei, yang memiliki gol lebih banyak dari Azmoun dengan 108 gol.
Dua gol Iran lainnya dicetak Karim Ansarifard saat gim baru berjalan 64 detik dari sepak mula. Selain itu, Iran mencetak gol ketiga berkat sumbangan Mehdi Ghayedi di menit ke-38.
Daboub mengatakan, kekalahan itu tidak didasari kondisi pemain yang kurang fokus akibat situasi di Palestina yang serba tidak pasti. ”Saya rasa pemain terlalu percaya diri setelah kami bisa menahan Arab Saudi di laga (uji coba) terakhir sehingga mereka kehilangan fokus di awal laga. Saya menyadari banyak hal yang perlu dilakukan tim untuk diperbaiki agar kami bisa meraih hasil positif di dua laga sisa, tetapi saya jamin semua pemain berkonsentrasi penuh di turnamen ini,” ucap juru taktik asal Tunisia itu.
Meskipun kalah, pendukung Palestina tidak terlalu kecewa. Itu diucapkan oleh Mohanad, seorang diaspora Palestina yang berasal dari Jordania. Ia datang khusus ke Qatar untuk menyaksikan laga fase grup Palestina.
”Saya merasa senang bisa memberikan dukungan langsung kepada tim Palestina. Dengan situasi di Palestina saat ini, saya menilai semua pemain telah memberikan kemampuan terbaik mereka,” tutur Mohanad yang menceritakan kakek dan ayahnya hijrah dari Palestina ke Jordania pada 1967.
Skuad Palestina masih memiliki kesempatan pada dua laga tersisa di Grup C Qatar 2023 untuk memberikan senyuman kepada pendukung di tanah air mereka yang tengah dikoyak perang.