Dalam malam yang minim ide di Stadion Anfield, manajer Juergen Klopp datang sebagai penyelamat.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LIVERPOOL, KAMIS — Liverpool memang kehilangan dua senjata terbaik dalam serangan, Mohamed Salah dan Trent Alexander-Arnold. Namun, mereka masih memiliki manajer Juergen Klopp. Kejeniusan Klopp dalam pergantian pemain dan strategi menyelamatkan skuad ”Si Merah” yang sedang miskin imajinasi.
Skuad Liverpool bisa bernapas lega seusai peluit panjang semifinal pertama Piala Liga versus Fulham di Stadion Anfield, Kamis (11/1/2024) dini hari WIB. Tertinggal lebih dulu akibat gol cepat tim tamu lewat Willian di paruh pertama, mereka sukses menang 2-1 berkat sepasang gol dalam rentang tiga menit setelah turun minum.
Gol penyeimbang diciptakan oleh gelandang Curtis Jones pada menit ke-68. Gol itu berbau keberuntungan. Tembakan Jones terbentur bek lawan, lalu berbelok arah dan masuk ke gawang. Dengan atmosfer pendukung di Anfield yang berapi-api, tuan rumah mampu berbalik unggul lewat gol pemain pengganti Cody Gakpo.
”Malam yang menyenangkan. Babak pertama sulit. Kami mendominasi bola, tetapi tidak mampu mencetak gol. Di babak kedua, semua berbalik. Kami membuat banyak pergantian di dalam tim, tetapi masih mampu menyelesaikan tugas itu. Jadi, hasil ini sangat baik secara keseluruhan,” kata Jones pada BBC Sport.
Meskipun menang, penampilan Liverpool cukup meragukan di satu jam pertama. Sesuai dugaan, mereka akan merindukan Salah yang pergi ke Piala Afrika dan Alexander-Arnold yang cedera lutut. Kedua pemain yang beroperasi di sisi kanan itu merupakan sumber kreativitas dan imajinasi serangan Si Merah.
Peran Alexander-Arnold digantikan oleh bek sayap akademi Conor Bradley (20). Klopp terpaksa mengganti sistem tim. Bradley tidak punya paket keterampilan untuk bermain dengan peran hibrida, sebagai gelandang jangkar ketika menguasai bola. Dia lebih banyak membantu serangan dengan berlari di sisi sayap.
Meskipun menang, penampilan Liverpool cukup meragukan di satu jam pertama.
Sementara itu, gelandang serang Harvey Elliott mengisi posisi Salah di sayap kanan. Bedanya, Elliott bermain lebih ke dalam, beroperasi di area halfspace atau area vertikal di antara sisi dan tengah lapangan. Sisi sayap yang merupakan area operasi Salah diberikan sepenuhnya kepada Bradley.
Elliott, dibantu dua penyerang lain, Diogo Jota dan Luis Diaz, dalam formasi 4-3-3, minim ide selama nyaris satu jam. Serangan mereka yang tanpa pola dan terkesan spekulatif selalu terputus menghadapi blok rendah tim tamu. Pertahanan Fulham yang dipimpin ”raja tekel” Joao Palhinha begitu sulit ditembus.
Saking buruk, Liverpool justru berkali-kali nyaris kecolongan akibat transisi kilat serangan balik lawan. Fulham dengan kombinasi tiga pemain di belakang striker, Willian, Andreas Pereira, dan Bobby De Cordova-Reid, sering memecah gegenpressing Liverpool. Beruntung, eksekusi Fulham buruk.
”Mereka mulai menciptakan masalah (setelah turun minum). Tetapi, kami punya 10-15 menit dengan banyak peluang bagus. Peluang De Cordova-Reid seharusnya menjadi momen kami menambah gol. Kami tidak memanfaatkan momen itu. Ujungnya, kami kemasukan gol yang berbelok arah,” kata Manajer Fulham Marco Silva.
Klopp melihat masalah nyata tersebut. Dia langsung mengganti dua pemain sekaligus di menit ke-56. Gelandang Ryan Gravenberch digantikan penyerang Darwin Nunez dan Elliott ditukar dengan Cody Gakpo. Liverpool bermain dengan empat penyerang sekaligus, terlihat jelas intensi dari sang manajer.
Formasi Liverpool turut berganti menjadi 4-2-3-1. Jota yang semula menjadi ujung tombak mundur ke belakang Nunez. Menariknya, formasi itu sangat cair. Nunez sering bergerak ke sisi sayap, lalu Jota dan Gakpo masuk ke posisi sentral. Tujuannya, mengacaukan koordinasi pertahanan lawan, dan itu berhasil.
Liverpool menyeimbangkan kedudukan hanya 12 menit setelah pergantian pemain. Aktor dari gol tersebut adalah Jota dan Nunez. Jota mengacaukan lini tengah lawan dengan melewati beberapa pemain sekaligus. Nunez menerima bola Jota, lalu memberikan asis untuk tembakan Elliott dari luar kotak penalti.
Jota dan Nunez kembali terlibat dalam gol penentu kemenangan. Kali ini mereka beroperasi di sisi kiri. Skemanya masih sama. Jota menarik lawan dengan dribel ke kotak penalti dan mengumpan terobosan ke Nunez. Nunez mengirim umpan silang dan disambut Gakpo yang sudah berada di depan gawang.
”Ini bukan laga terbaik yang pernah kami mainkan. Kami hanya manusia biasa. (Tempo) Tadi terlalu lambat, jadi kami harus membuat pergantian. Setelah itu, kami bermain lebih baik dan atmosfer para pendukung mulai terasa. Di babak kedua, itu adalah penampilan seperti Liverpool seharusnya,” ujar Klopp.
Kegeniusan Klopp juga menyelamatkan Liverpool pada akhir pekan lalu, saat menyingkirkan Arsenal dari Piala FA. Ketika timnya mengalami kebuntuan dalam skor 0-0, sang manajer mengubah semua posisi penyerang setelah turun minum. Dia juga memasukkan Jota yang turut menyumbang satu asis.
Semifinal kedua akan berlangsung di kandang Fulham, Stadion Craven Cottage, pada Kamis (25/1/2024). Menurut Silva, tugas mereka akan lebih berat dengan kondisi tertinggal. ”Kuncinya, kami tidak boleh kemasukan gol lagi. Saya hanya berkata pada para pemain untuk terus percaya dan bertarung sampai akhir,” pungkasnya. (AP/REUTERS)