Loloskan Dulu Banyak Atlet Bulu Tangkis ke Olimpiade
PP PBSI akhirnya mengumumkan tim ”ad hoc” Olimpiade Paris 2024. Target pertama adalah meloloskan sebanyak mungkin atlet.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebelum fokus meraih medali di Olimpiade Paris 2024, tim ad hoc PP PBSI harus bekerja untuk meloloskan sebanyak mungkin atlet. Hanya tersisa waktu empat bulan bagi Anthony Sinisuka Ginting dan kawan-kawan untuk mengumpulkan poin ranking guna membuka peluang tampil di Paris.
Setelah menerima kritik dari penggemar bulu tangkis Indonesia tentang lambatnya pembentukan tim pendukung untuk Paris 2024, Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) akhirnya mengumumkan tim ad hoc pada Senin (8/1/2024) di pelatnas bulu tangkis Indonesia, Cipayung, Jakarta. PBSI merilis tim tersebut ketika masa kualifikasi Olimpiade hanya tersisa empat bulan.
Periode pengumpulan poin yang menjadi dasar Daftar Ranking Menuju Olimpiade Paris 2024 tersebut berlangsung sejak 1 Mei 2023 hingga 28 April 2024. Daftar ranking yang akan dikeluarkan Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) pada 30 April akan menentukan jumlah pebulu tangkis setiap negara untuk masing-masing nomor.
Negara peserta berhak memiliki dua wakil untuk setiap nomor berdasarkan syarat tertentu. Pada nomor tunggal, kuota maksimal tersebut bisa didapat jika sebuah negara menempatkan minimal dua wakil pada ranking 16 besar, sedangkan sektor ganda memberlakukan syarat peringkat delapan besar.
Berdasarkan ranking menuju Paris yang terakhir kali dikeluarkan BWF pada 2 Januari, hanya tunggal putra yang memenuhi syarat kuota maksimal dengan adanya Anthony dan Jonatan Christie pada peringkat kelima dan keenam. Posisi tersebut diharapkan tak berubah hingga kualifikasi berakhir.
Kami berusaha memasukkan atlet sebanyak mungkin ke Olimpiade. Banyak kekecewaan yang muncul pada tahun lalu, tetapi kami sudah berbenah.
”Kami berusaha memasukkan atlet sebanyak mungkin ke Olimpiade. Banyak kekecewaan yang muncul pada tahun lalu, tetapi kami sudah berbenah,” kata Armand Darmadji yang menjadi manajer tim ad hoc.
Ketika ditanya tentang terlambatnya pembentukan tim, Armand mengatakan bahwa pengurus PBSI sudah fokus pada Olimpiade sejak 2023. Tim ad hoc pun disebut sebagai tim tambahan. ”Menuju puncak prestasi Olimpiade Paris 2024 bahkan sudah dicanangkan sejak musyawarah kerja nasional 2021,” katanya.
Meski Armand mengatakan bahwa Paris 2024 sudah menjadi fokus pada 2023, tak ada perbedaan program signifikan bagi atlet dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Prestasi bulu tangkis Indonesia bahkan merosot, di antaranya dengan tidak ada gelar juara pada Kejuaraan Dunia, Asian Games Hangzhou 2022 (yang mundur setahun karena Covid-19), serta Final BWF World Tour. Padahal, ajang itu digelar pada masa kualifikasi Paris 2024.
Selain tim yang akan menangani masalah teknik, yang terdiri atas direktur teknik (Christian Hadinata), pelatih kepala (Rionny Mainaky), dan pelatih setiap sektor, terdapat juga para peraih medali emas Olimpiade yang dijadikan mentor pada setiap nomor. Mereka adalah Taufik Hidayat (tunggal putra), Susy Susanti (tunggal putri), Candra Wijaya (ganda putra), Greysia Polii (ganda putri), serta Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (ganda campuran).
Mereka sudah dan akan berbagi pengalaman tak hanya tentang persaingan di Olimpiade, tetapi juga dalam persaingan untuk lolos ke ajang olahraga terbesar di dunia tersebut. Berdasarkan pengalamannya, Tontowi menuturkan, tekanan dalam persaingan untuk lolos Olimpiade terasa lebih berat. Atlet pun harus bisa menangani itu.
Christian mengatakan, untuk mewujudkan target pertama, yaitu mendapat kuota maksimal, pemain harus memanfaatkan sisa waktu empat bulan untuk menaikkan ranking. Selain untuk mendapat tiket Olimpiade, posisi dalam ranking juga penting untuk menentukan status unggulan.
Pemilihan turnamen yang tepat, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi atlet pun, dilakukan. Ganda putri Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti, misalnya, batal bermain pada dua turnamen pertama 2024, yaitu Malaysia Terbuka Super 1000 (9-14 Januari) dan India Terbuka 750 (16-21 Januari). Apriyani difokuskan menyembuhkan cedera kaki kanan yang membuatnya beberapa kali mengundurkan diri saat bertanding pada 2023.
Mundurnya finalis Kejuaraan Dunia itu membuat Indonesia tak memiliki wakil ganda putri pada Malaysia dan India Terbuka. Direncanakan, Apriyani/Fadia akan mengawali penampilan 2024 di Indonesia Masters 500 pada 23-28 Januari.
Harus kerja keras
Selain tunggal putra, yang untuk sementara bisa meloloskan dua wakil ke Olimpiade, empat nomor lain harus bekerja keras guna mendapatkan dua tiket, termasuk ganda putra yang biasanya menjadi nomor andalan Indonesia. ”Merah Putih” hanya memiliki Fajar Alfian/Muhamad Rian Ardianto di posisi delapan besar, yaitu di peringkat kedelapan. Tiga wakil lain memiliki ranking dan poin berdekatan, yaitu Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana (ranking ke-10), Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin (12), dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (13).
Tunggal putri hampir pasti hanya akan mendapat satu tiket karena ranking pemain terbaik kedua sektor tersebut terpaut jauh dengan pelapisnya. Gregoria Mariska Tunjung berada pada posisi kedelapan, sementara Putri Kusuma Wardani di urutan ke-29.
Apriyani/Fadia pun tampaknya akan berjuang sendirian di Paris karena rekan mereka, Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi, akan ”dilepas” dari perburuan poin Olimpiade untuk target yang lebih panjang. Level turnamen untuk mereka akan diprioritaskan pada Super 300 dan 500, seperti yang dikatakan pelatih ganda putri, Eng Hian, menjelang akhir 2023.
Sementara pemain-pemain ganda campuran harus bekerja ekstra keras, bahkan untuk mendapatkan satu tiket. Saat ini, hanya ada Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari yang berada pada ambang posisi lolos (ranking ke-13) dengan menempati peringkat ke-14. Berada dekat dengan mereka adalah Dejan Ferdinansyah/Gloria Emanuelle Widjaja di peringkat ke-16.