Liverpool Memimpin, tapi Manchester City Tetap Favorit Juara
Liga Inggris musim ini menyajikan persaingan papan atas tersengit sejak 1996-1997. Meski begitu, penguasa terkini, Man City, tetap berpeluang besar mengangkat trofi juara di akhir musim.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
MANCHESTER, JUMAT – Kekalahan Arsenal dari West Ham, Jumat (29/12/2023) dini hari WIB, mempertahankan Liverpool sebagai penguasa Liga Inggris di masa Natal 2023. Meskipun memimpin, “Si Merah” tidak di pole position favorit juara. Sebab, Manchester City, yang duduk di peringkat keempat, bisa merebut posisi puncak, awal 2024.
Sisi positif dari persaingan papan atas musim ini adalah jarak empat poin tim teratas yang amat tipis. Jarak tim di posisi keempat dengan pertama hanya lima poin.
Itu jelas pemandangan klasemen yang unik. Dalam dua dekade terakhir, rata-rata tim peringkat pertama dan kedua telah berada di jalur pacuan tersendiri yang meninggalkan tim-tim lain memasuki perayaan Tahun Baru.
Pada musim 2022-2023, misalnya, Arsenal dan City meninggalkan Newcastle United di peringkat ketiga dengan selisih masing-masing sembilan dan tujuh poin ketika merampungkan putaran pertama. Lebih sadis lagi dilakukan Liverpool pada edisi 2019-2020 saat memimpin sendirian kompetisi dengan selisih 16 poin dari posisi kedua setelah laga boxing day.
Selisih minimal lima poin antara peringkat pertama dan tim di posisi keempat pernah tercipta pada musim perdana Liga Primer 1992-1993. Kali terakhir situasi itu tercipta pada musim 1996-1997.
Kala itu, Arsenal yang berada di puncak klasemen berbagai poin serupa, 36 poin, dengan Liverpool dan mereka hanya berjarak dua poin dari Manchester United di posisi keempat. Bahkan, Chelsea yang duduk di peringkat ketujuh juga hanya berselisih lima poin dari puncak.
“Saya pikir musim ini sangat menyenangkan untuk diikuti sejauh ini. Mungkin tim-tim papan atas akan kembali kehilangan poin di pekan-pekan selanjutnya,” kata Jamie Carragher, eks bek Liverpool, seperti dikutip BBC.
Pada dua musim yang amat ketat itu, “raja” di dekade awal Liga Inggris, yakni MU bersama Sir Alex Ferguson, menutup musim sebagai kampiun. Mereka unggul empat poin dari Aston Villa di klasemen akhir edisi 1992-1993, kemudian meninggalkan Newcastle, Arsenal, dan Liverpool dengan selisih tujuh poin di pengujung musim 1996-1997.
Hal serupa juga berpotensi terulang pada musim panas 2024. “Raja” terkini Liga Inggris, yaitu City, masih berpeluang besar menjadi juara. Dalam lima gelar juara yang diraih dalam enam musim terakhir, “The Citizens” hanya merasakan dua kali juara tengah musim. Momen itu tercipta pada musim 2017-2018 dan 2021-2022.
Opta pun masih menjagokan City sebagai kandidat kuat juara dengan probabolitas 55,1 persen. Meskipun persentase peluang kampiun City menurun drastis dibandingan sekitar 80 persen di permulaan musim, angka itu masih lebih tinggi dari Liverpool (27,3 persen) dan Arsenal (15,3 persen).
Opta pun masih menjagokan City sebagai kandidat kuat juara dengan probabolitas 55,1 persen.
Peluang Liverpool sebagai terkuat kedua untuk menjadi juara cukup realistis. Pasalnya dari 31 musim yang telah rampung, sebanyak 16 peraih gelar juara Liga Primer Inggris adalah tim-tim yang memimpin di akhir paruh pertama musim. Dengan predikat juara paruh musim, kans juara “Si Merah” ialah 51,6 persen.
Dalam jangkauan
Namun, Liverpool wajib waspada dari ambisi besar City mempertahankan trofi liga. Mereka masih dalam jangkauan City karena hanya unggul lima poin, bahkan perolehan poin itu bisa terpangkas menjadi dua poin jika The Citizens memenangi laga tunda kontra Brentford yang akan dimainkan, Januari 2024.
Liverpool juga pernah mengalami situasi memimpin di Natal 2018, tetapi gagal mengangkat trofi di akhir musim. City bisa mengejar ketertinggalan tujuh poin di akhir 2018 untuk merebut gelar liga, musim panas 2019.
Satu-satunya masa aman Liverpool dari kejaran City di era Guardiola tercipta pada musim 2019-2020. Ketika itu, mereka menutup paruh pertama musim dengan margin poin super besar, yaitu 17 poin. Tak ayal, Si Merah tak bisa diganggu untuk mengakhiri dahaga trofi selama tiga dekade.
Pada musim lalu, Arsenal hanya mengungguli City dengan dua poin. Walaupun memuncaki klasemen selama 27 pekan, “Si Meriam” tak berdaya menganggu dominasi Kevin de Bruyne dan kawan-kawan di kancah domestik.
Thierry Henry, legenda Arsenal, bersyukur Arsenal tidak berada di puncak klasemen di masa Natal. “Ketika kami memimpin di periode Natal, kami biasanya kalah dalam perburuan trofi liga. Persaingan masih akan terbuka, maka saya baru akan memberikan prediksi (juara) di Februari,” ujar Henry kepada Amazon Prime.
Dalam upaya untuk menganggu Liverpool di pucuk klasemen, City akan mengejar tiga poin saat kedatangan tim juru kunci, Sheffield United, di Stadion Etihad, Sabtu (30/12). Laga melawan Sheffield adalah kecempatan sang juara bertahan untuk menebalkan tabungan gol mereka. Tidak seperti liga lain, perhitungan gelar juara Liga Inggris ketika dua tim memiliki poin sama adalah selisih gol, bukan rekor pertemuan antartim (head to head) dan produktivitas gol.
Manajer City Pep Guardiola mengakui periode padat selama Desember membuat timnya tidak memiliki waktu latihan. Persiapan antargim dilakukan demi memulihkan kondisi fisik pemain yang kelelahan.
Meski begitu, Guardiola memastikan, skuad "The Citizens" tengah dalam situasi mental yang baik. Skuad City juga ingin memberikan kado penutup 2023—yang merupakan tahun terbaik dalam sejarah klub—kepada suporter dengan koleksi tiga poin.
“Saya menyukai mentalitas pemain. Mereka tidak terlena dengan kemenangan yang diraih di laga sebelumnya. Bahkan, setelah menang, mereka langsung memikirkan persiapan untuk pertandingan berikutnya,” ucap Guardiola dilansir laman klub.