Tim medioker Aston Villa berpotensi melewati hari Natal sebagai pemuncak klasemen Liga Inggris. Hal yang tidak diperkirakan akan datang, bahkan sejak kehadiran Unai Emery tahun lalu.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
BIRMINGHAM, KAMIS — Jika Liga Inggris diibaratkan pacuan kuda, Aston Villa pantas disebut sebagai sang ”kuda hitam”. Peserta yang tidak diunggulkan, tetapi mampu mengejutkan semua lawan. Jelang paruh musim, Villa tinggal selangkah lagi untuk menggapai hari Natal terliar yang terasa utopis.
Villa, peringkat ketiga klasemen sementara, bisa mengambil alih posisi puncak jika menang atas tim juru kunci Sheffield United di Stadion Villa Park, Sabtu (23/12/2023) dini hari WIB. Posisi itu akan bertahan hingga hari Natal seandainya laga dua tim teratas Liverpool versus Arsenal, Minggu nanti, berakhir imbang.
Sungguh sangat kontras dengan akhir tahun lalu. Ketika itu, klub sedang terombang-ambing dalam fase transisi. Manajer Steven Gerrard dipecat karena membawa klub ke tepi jurang zona degradasi. Unai Emery yang dikenal sebagai pelatih spesialis tim medioker mengambil alih dan memulai era baru sejak itu.
Dengan ”tangan dingin” Emery, Villa mulai digadang-gadang sebagai penantang gelar pada musim ini. Bagi tim semenjana seperti mereka, berada di papan atas jelang paruh musim merupakan prestasi besar. Sudah 25 tahun sejak terakhir kali mereka mampu memuncaki klasemen liga saat hari Natal, yaitu pada 1998.
”Ayo lanjutkan (tren positif ini). Kami akan menghadapi Sheffield di kandang sendiri. Itu adalah tantangan baru lagi. Kami harus tetap konsisten sampai 38 pertandingan. Kami baru berada di pekan ke-17, bahkan masih butuh dua laga untuk mencapai paruh musim,” kata Emery yang belum berani bicara kans juara.
Lompatan performa Villa berasal dari peningkatan kualitas individu. Emery berhasil mengeluarkan potensi sesungguhnya para pemain. Salah satunya penyerang Ollie Watkins yang sedang menjalani musim terbaiknya sepanjang karier. Dia sudah menyumbang 9 gol dan 6 asis hanya dalam 17 penampilan di liga.
Lompatan performa Villa berasal dari peningkatan kualitas individu. Emery berhasil mengeluarkan potensi sesungguhnya para pemain.
Sejak kedatangan Emery di November 2022, menurut The Athletic, hanya penyerang Erling Haaland (32 gol) dan Mohamed Salah (26 gol) yang mampu melampaui produktivitas Watkins (22 gol) di liga. Data itu cukup membuktikan, sang pemain tim nasional Inggris merupakan salah satu ujung tombak terbaik saat ini.
Di bawah Emery, Watkins adalah pusat serangan tim. Dia tidak hanya bertugas mencetak gol, tetapi juga menjadi jembatan serangan dan menekan saat kehilangan bola. Peran striker komplet itu bisa dijalani karena atribut yang lengkap, mulai dari kuat duel udara, menahan bola, cerdik melihat ruang, cepat dan tidak kenal lelah.
Kapten Villa, John McGinn, berkata, Watkins selalu berguna untuk tim, bahkan saat tidak dalam performa terbaik. ”Ollie selalu memberikan segalanya yang dibutuhkan tim. Dia selalu melakukan tugasnya, mencetak gol dan memimpin dalam tekanan ke pertahanan lawan. Dia sangat penting untuk kami,” ujarnya.
Selain pendekatan individu, Emery juga berhasil menciptakan strategi yang sulit dibaca lawan. Mereka bisa bermain dengan berbagai gaya sesuai kebutuhan. Seperti terlihat dalam data perbandingan gaya bermain Liga Inggris dari Opta Analyst, Villa adalah tim paling fleksibel dan tidak berkarakter.
Posisi Villa berada di tengah-tengah dalam rerata kecepatan bermain dan jenis serangan. Artinya, mereka bisa bermain cepat atau lambat dan membangun serangan dari bawah atau mengandalkan serangan balik. Kuncinya ada di kemampuan gelandang yang komplet, seperti Douglas Luiz dan Boubacar Kamara.
Hutan rimba
Perubahan menuju arah positif itu ditangkap oleh pendukung. Hal itu berpengaruh terhadap dukungan di Villa Park. Markas mereka sudah seperti hutan rimba bagi tim tamu. Alhasil, mereka mampu menjadi satu-satunya tim yang masih mencatat 100 persen kemenangan di kandang, dari 8 laga, dengan selisih gol terbaik (+20).
Dua korban terakhir di Villa Park adalah pesaing gelar musim lalu, Arsenal dan Manchester City. Villa mengalahkan kedua tim unggulan juara itu dengan skor sama, 1-0, tetapi berbeda cara. Mereka lebih agresif dengan intensitas tinggi saat melawan City, sementara lebih sabar dan banyak menunggu ketika versus Arsenal.
Roy Keane, gelandang legendaris Manchester United, mengatakan, konsistensi Villa baru akan diuji di periode akhir tahun. Mereka akan dihantui jadwal padat. Seperti diketahui, tim-tim papan tengah, seperti Villa, tidak memiliki kedalaman skuad yang cukup untuk bersaing di jadwal padat. Apalagi jika ada pemain kunci yang cedera.
”Saya tidak berpikir Anda akan memenangkan gelar juara saat berada di puncak ketika Natal. Anda harus ada di puncak ketika akhir musim. Itu adalah yang paling penting. Villa melakukan hal hebat. Mereka sedang terbang. Namun, mereka sangat dangkal dari segi skuad,” kata Keane yang tujuh kali juara Liga Inggris.
Di sisi lain, pengalaman memuncaki klasemen saat hari Natal selalu berujung tidak baik untuk Villa. Menurut The Athletic, mereka merupakan satu-satunya tim yang lebih dari sekali finis di luar lima besar setelah memuncaki klasemen saat hari Natal. Kisah pahit itu terakhir kali terjadi pada musim 1998-1999.
Ketika itu, Villa unggul tiga poin atas Chelsea di puncak klasemen sementara setelah hanya kalah dua kali dari 18 pertandingan. Selepas euforia, mereka hanya berhasil memenangi lima laga dari jadwal tersisa. Mereka pun harus rela finis di peringkat keenam, tertinggal 24 poin di belakang MU yang keluar sebagai juara. (AP/REUTERS)