Imaji Kebangkitan Sepak Bola Putri
Langkah nyata dibutuhkan agar kebangkitan bukan imaji. Supaya, setelah mendung di langit sepak bola putri, ada sukacita.
JAKARTA, KOMPAS — Pemain, pelatih, klub, dan federasi sama-sama memiliki imaji kebangkitan sepak bola putri Indonesia, termasuk soal bentuk ideal kompetisi. Sebagian besar tidak mempermasalahkan jumlah peserta, terpenting kompetisi sepak bola putri ada, terus ada, dan lebih baik dari edisi perdana.
Lebih penting lagi, kompetisi tersebut segera bergulir agar kebangkitan sepak bola putri tak sebatas imaji atau mimpi. Mereka, terutama pemain, pelatih, dan klub berharap mendung di langit sepak bola putri dalam beberapa tahun terakhir berganti menjadi sukacita. Persis adagium Latin, post nubila, jubila.
PSSI berencana menggulirkan kembali kompetisi pada 2024 dengan melibatkan 10 tim putri dari klub Liga 1 putra. Ini bukan pertama kali PSSI mengungkap rencana menggelar kompetisi lagi. Sebelumnya, PSSI juga berencana memulai kompetisi pada pengujung 2022. Namun, rencana itu tak terwujud.
Baca Juga: Mendung di Langit Sepak Bola Putri
Kapten tim nasional putri Indonesia Shafira Ika Putri Kartini berharap rencana kali ini benar-benar dijalankan. Sebab, para pesepak bola putri telah menunggu terlalu lama tanpa kepastian nasib. Menurut pemain yang kerap disapa Ika ini, sepak bola putri Indonesia tidak akan berkembang jika pemainnya hanya mengandalkan turnamen amatir.
”Kami butuh sekali liga profesional agar kami juga belajar sebagai pemain profesional dan bermain kompetitif. Di Liga 1 2019, kompetisinya ataupun perlakuan terhadap pemain masih seperti amatir. Ditambah jadwal yang membuat pemain kelelahan. Akan tetapi, saat itu kami mencoba menjalani prosesnya,” tutur Ika, Oktober lalu, di Bekasi, Jawa Barat.
Liga 1 Putri musim perdana berlangsung 5 Oktober-21 Desember 2019 dengan memakai format empat seri untuk fase grup. Sistem kandang-tandang berlaku untuk fase semifinal dan final. Sebanyak 10 tim peserta memainkan 16 laga sebelum dua tim terbaik melaju ke babak semifinal.
Kami butuh sekali liga profesional agar kami juga belajar sebagai pemain profesional dan bermain kompetitif.
Masing-masing seri menyajikan empat pertandingan dalam enam hari. Artinya, pemain berlaga dengan jeda waktu istirahat yang sempit. Ika, yang saat itu memperkuat Tira Persikabo Kartini, misalnya, memulai laga perdana pada 5 Oktober 2019 kontra PSS Sleman.
Baca Juga: Sepak Bola Putri Bukan Sekadar Menendang Bola
Dua hari berselang, Ika dan rekan setim kembali bertanding melawan Persija. Keesokan harinya, mereka harus meladeni PSIS. Ika mengatakan, pemain tak memiliki waktu pemulihan yang cukup jika jadwal pertandingan padat.
Iwan Bastian, pelatih yang mengantarkan Persib Putri juara Liga 1 musim perdana, juga menyoroti hal serupa. ”Mereka seperti robot, tenaganya diforsir dalam empat seri itu. Padahal, kompetisi harusnya panjang sehingga pemain bisa pengembalian kondisi dan evaluasi,” ucap Iwan.
Iwan menyarankan, kompetisi putri memakai format double round robin seperti Liga 1 putra musim lalu dan musim-musim sebelumnya. Artinya, setiap tim akan bertemu dua kali melawan tim lain dengan sistem kandang-tandang. Tim-tim peserta bertanding setiap sepekan sekali sehingga bisa memiliki waktu jeda yang cukup. Tim juara ialah tim yang memimpin klasemen akhir kompetisi.
Kasta tertinggi kompetisi sepak bola putri Thailand, Thai Women’s League, misalnya, menerapkan format seperti itu. Pada musim 2022-2023, 10 tim bermain selama 18 pekan selama 6 Maret-29 Juli 2023. Artinya, waktu bergulirnya kompetisi nyaris sama dengan Liga 1 2019, tetapi jeda istirahat bisa lebih panjang.
Baca Juga: Langkah Awal Gulirkan Kompetisi Sepak Bola Putri
Sementara itu, anak asuhan Iwan saat di Persib Putri, Tia Darti Septiawati, menekankan pentingnya keberlanjutan kompetisi. Tia mencontohkan Liga Futsal Putri (Women Pro Futsal League/WPFL) yang terus bergulir setiap tahunnya. Tia, yang pernah mencicipi tiga kali juara WPFL bersama UPI Bandung, ini berharap kompetisi sepak bola bisa meniru liga futsal.
Selama satu dekade sejak musim perdana pada 2012-2013, WPFL rutin digelar dan hanya vakum pada 2013-2014 dan 2014-2015. Setelah itu, WPFL selalu bergulir setiap tahunnya. Pusaka Angels keluar sebagai juara pada musim 2022-2023.
”Karena pasti digelar setiap tahun, setiap klub bisa fokus mempersiapkan timnya. Pemain juga tahu tujuan berlatih itu untuk apa. Dan, yang paling penting, nasib pemain tidak terkatung-katung,” tutur Tia.
Profesional
Asosiasi Sepak Bola Wanita Indonesia (ASBWI) menyoroti aspek fundamental lain yang tak kalah pentingnya ketika hendak menggelar kompetisi sepak bola putri. Melalui sekretaris jenderalnya, Souraiya Farina, ASBWI menekankan aspek profesionalitas pemain.
Pesepak bola putri yang bermain di Liga 1 nantinya, kata Souraiya, statusnya harus profesional, bukan amatir. Mereka harus memiliki kontrak dan mendapatkan penghasilan sesuai dengan kontrak tersebut.
Baca Juga: Di Kudus, Sepak Bola Putri dari Tiada Menjadi Ada
Pada Liga 1 2019, kasus penunggakan gaji pemain Tira Persikabo Kartini menjadi salah satu yang mencuat. Pemain, yang dikontrak selama berlangsungnya liga hanya mendapatkan kelancaran gaji dalam dua bulan pertama. Setelah itu, gaji para pemain seret. Permasalahan para pemain yang mengantarkan klub menjadi runner up Liga 1 2019 itu baru rampung pada 2020.
Souraiya menambahkan, ASBWI yang merupakan anggota resmi PSSI sejak 2017 juga akan duduk bersama dengan organisasi induknya untuk membahas kompetisi. Namun, Souraiya tidak bisa memastikan pertemuan dengan PSSI akan digelar kapan.
Adapun Ketua Komite Sepak Bola Wanita PSSI Vivin Cahyani tak menanggapi lagi permintaan wawancara yang sudah diajukan sejak Oktober lalu dan ditanyakan ulang pada awal Desember. Sebelumnya, Vivin sudah sempat mengiyakan permintaan wawancara langsung dan meminta daftar pertanyaan. Salah satu pertanyaan berkaitan dengan perkembangan pembahasan rencana kompetisi putri.
Vivin pertama kali mengungkap rencana menjalankan kembali kompetisi putri pada September lalu. Ia mengatakan, kompetisi putri kemungkinan besar baru bisa digelar tahun depan lantaran tahun 2023 akan segera berakhir.
Baca Juga: Harapan Negeri dari Sepak Bola Putri
Vivin mengatakan, kompetisi akan digelar dengan 10 tim dan penyelenggaraannya difokuskan di Pulau Jawa. ”Supaya tidak high cost,” ujar Vivin saat final MilkLife Soccer Batch 2, September lalu, di Kudus, Jawa Tengah.
Tiga langkah
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Umum PSSI Ratu Tisha menyampaikan, pengembangan sepak bola putri akan dilakukan secara menyeluruh. Pertama, PSSI akan fokus pada pembinaan sepak bola putri di akar rumput.
Pembinaan pada level yunior, mulai dari umur 6 tahun hingga 12 tahun, masih menjadi problem yang akan dibenahi bersama. Tidak hanya pada sepak bola putri, tetapi juga sepak bola putra. Pembenahan dilakukan dengan sinergi bersama pihak-pihak terkait lain, termasuk pihak swasta seperti Djarum Foundation.
Setelah itu, PSSI akan mendata para pemain muda tersebut. Program yang berjalan setiap tahunnya, seperti Piala Pertiwi U-13, U-15 dan U-17, akan digalakkan lagi. Kompetisinya, kata Tisha, harus diperpanjang dan memperhatikan teknik sepak bola pemain. Dengan demikian, anak-anak tidak hanya bermain dalam jangka waktu pendek yang kemudian selesai, tetapi bermain rutin.
Baca Juga: Perbaikan Kompetisi Putri Menjadi Prioritas PSSI
Terakhir, kata Tisha, baru membenahi kompetisi level atas. ”Untuk kompetisi putri, kami harus kaji lebih dahulu. Antara berpindah ke semiprofesional karena status para pemainnya, semua (pemainnya), kan, posisinya masih amatir,” ujar Tisha.
”Jadi, fokus kami untuk 2031. Mari mulai petakan FIFA World Cup U-17 girls, FIFA U-20 girls, baru kita bicara yang women, dan ini adalah path jangka panjang, yang pastinya ini pekerjaan 10 sampai 15 tahun ke depan,” kata Tisha melanjutkan.
Sepak bola adalah milik semua orang, termasuk perempuan. Namun, memiliki saja tidak cukup jika itu hanya berarti bisa menendang bola di lapangan.
Perlakuan setara, mulai dari pembinaan hingga kompetisi, yang akhirnya menunjang prestasi, menjadi hal yang diperlukan agar kebangkitan sepak bola putri bukan sebatas imaji.