Prestasi Satrio Adi Nugroho dan Muhammad Ibnul Rizqih di IWF Grand Prix II Qatar menjadi langkah awal meneruskan kiprah Eko Yuli Irawan di angkat besi.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·5 menit baca
DOHA, SELASA — Keberhasilan Satrio Adi Nugroho dan Muhammad Ibnul Rizqih meraih empat medali di IWF Grand Prix II, Doha, Qatar, menyalakan harapan regenerasi di tubuh angkat besi Indonesia. Prestasi yang mereka torehkan dalam usia muda itu menjadi langkah awal untuk nantinya menerima tongkat estafet dari atlet senior, Eko Yuli Irawan.
Satrio Adi Nugroho dan Muhammad Ibnul Rizqih menyumbangkan medali dari kelas 55 kilogram (kg) putra pada hari pertama IWF Grand Prix II, Doha, Qatar, Senin (4/12/2023) malam. Adi meraih tiga medali perak, masing-masing dari angkatan snatch (mengangkat beban tanpa jeda dari lantai hingga di atas kepala) seberat 115 kg, angkatan clean and jerk (mengangkat beban dalam dua tahap) seberat 139 kg, dan total angkatan 254 kg. Sementara itu, Ibnul meraih satu medali perunggu dari angkatan snatch 113 kg.
IWF Grand Prix II sebenarnya merupakan satu dari tiga ajang pilihan yang bisa diikuti lifter untuk kualifikasi Olimpiade Paris 2024. Namun, Adi dan Ibnul turun pada kelas yang tidak dipertandingkan di Paris. Pada kategori putra, kelas yang tersedia dimulai dari 61 kg.
”Keikutsertaan Adi dan Ibnul ini sebenarnya untuk menambah jam terbang, apalagi Ibnul baru masuk pemusatan latihan nasional pada Juli 2023. Mereka adalah generasi selanjutnya (angkat besi Indonesia). Mereka potensial untuk menjadi penerus Eko Yuli,” kata pelatih tim angkat besi Indonesia, Dirdja Wihardja.
Eko Yuli, yang juga akan tampil di Qatar pada Selasa (5/12/2023) malam di kelas 61 kg, telah menginjak usia 34 tahun. Umur memang sering kali hanyalah angka. Tak sedikit lifter bisa terus berprestasi kendati menginjak usia lebih dari 30 tahun. Lifter asal China, Lyu Xiaojun, yang sudah berusia 37 tahun, misalnya, masih bisa bersaing di level dunia dengan meraih emas 81 kg Kejuaraan Asia 2020 di Tashkent, Uzbekistan, dan emas 81 kg di Kejuaraan Dunia 2019 di Pattaya, Thailand.
Namun, tim angkat besi Indonesia terus mengupayakan regenerasi agar prestasi yang diraih Eko Yuli tidak terputus. Ibnul dipanggil untuk bergabung pelatnas setelah tampil apik di Kejuaraan Nasional Angkat Besi Remaja dan Junior di Surabaya, Juni 2023. Ibnul, yang mewakili Jambi, menjadi satu-satunya atlet dari luar Jawa Timur yang meraih predikat lifter terbaik. Selain menjadi tuan rumah, Jawa Timur mendominasi kejuaraan dengan menjadi juara umum dan memborong tiga gelar lifter terbaik.
Dirdja melanjutkan, umur Adi dan Ibnul juga masih tergolong muda sehingga perjalanan mereka masih panjang. Adi baru berumur 19 tahun dan Ibnul berusia 17 tahun. Setelah Grand Prix II, mereka juga akan disiapkan untuk tampil di Kejuaraan Dunia Yunior tahun depan.
Pada level lebih muda, Adi pernah meraih emas dan memecahkan rekor di Kejuaraan Dunia Remaja 2022 di Jeddah, Arab Saudi. Saat itu, lifter kelahiran 18 Mei 2004 tersebut mengejutkan lawan-lawannya dengan berhasil mengangkat beban seberat 111 kg. Ia unggul 1 kg dari rekor yang sebelumnya diciptakan lifter Vietnam, Do Tu Tung, pada 2020 di Tashkent, Uzbekistan.
Mereka adalah generasi selanjutnya (angkat besi Indonesia). Mereka potensial untuk menjadi penerus Eko Yuli.
Adapun di Qatar, Adi dan Ibnul membuntuti wakil Korea Utara, Pang Un Chol. Pada angkatan snatch, misalnya, Pang Un Chol sukses meraih medali emas dengan angkatan terbaik hanya terpaut 1 kg dari Adi, yakni seberat 116 kg. Adi mendapatkan angkatan terbaiknya pada percobaan ketiga setelah mengangkat 108 kg pada kesempatan pertama dan menaikkannya menjadi 112 kg pada kans kedua.
Ibnul pun mencatatkan angkatan terbaiknya pada percobaan ketiga. Bedanya, Ibnul sempat gagal pada percobaan pertama dan kedua ketika memasang angkatan 111 kg. Alih-alih mencoba mengangkat 111 kg pada percobaan terakhir, Ibnul berani ”bertaruh” dengan menambah angkatan menjadi 113 kg dan berhasil melakukannya.
Pada angkatan clean and jerk dan total angkatan, Adi juga berada di bawah Pang Un Chol yang akhirnya pulang dengan tiga medali emas. Pang Un Chol mencatatkan angkatan clean and jerk 139 kg dan total angkatan 268 kg.
Belum meraih medali
Pada kategori putri, Siti Nafisatul Hariroh dan Juliana Klarisa yang tampil di kelas 49 kg belum berhasil meraih medali. Tampil pada Grup C, Nafisatul mencatatkan angkatan snatch terbaik seberat 75 kg yang membuatnya sempat memimpin di antara tujuh lifter lain. Namun, ia gagal pada tiga kesempatan clean and jerk.
Sementara itu, Klarisa, yang turun pada Grup B, menduduki peringkat ke-7 di snatch dengan angkatan terbaik 75 kg dan posisi ke-6 di clean and jerk dengan 95 kg. Dengan total 170 kg, Klarisa menempati peringkat ke-5.
Ini pertama kali Klarisa tampil di kelas 49 kg. Sebelumnya, Klarisa selalu berlomba di kelas 55 kg, termasuk ketika memberi kejutan di SEA Games Kamboja 2023 dengan meraih medali emas. Di Asian Games Hangzhou 2022, Oktober lalu, lifter berusia 21 tahun ini juga masih berlaga di kelas 55 kg. Artinya, dalam waktu kurang dari sebulan, ia menurunkan berat badan demi bisa berganti kelas.
Pelatih tim angkat besi Indonesia yang menangani Klarisa, Sri Indriyani, mengatakan, anak asuhannya memilih berganti kelas demi tetap bisa bersaing untuk berlaga di Olimpiade Paris 2024. Sebab, kelas andalan Klarisa tidak dipertandingkan di Paris. Terdapat pemangkasan kelas sehingga hanya ada kelas 49 kg, 59 kg, 71 kg, 81 kg, dan +81 kg.
”Pilihannya, Klarisa menaikkan berat badan untuk tampil di kelas 59 kg atau menurunkannya agar bisa tampil di 49 kg. Akhirnya, Klarisa dan tim pelatih sepakat memilih opsi kedua. Saat ini Klarisa masih tahap menyeimbangkan antara bobot yang turun dan kekuatan angkatan,” ucap Sri Indriyani, peraih medali perunggu kelas 48 kg putri di Olimpiade Sydney 2000.