Ilusi Garis Tinggi Guardiola dan Postecoglou
Garis pertahanan tinggi akan menjadi tajuk utama pertarungan City dan Spurs. Namun, itu hanya ilusi. Mereka butuh lebih dari sekadar permainan ofensif untuk menang.
MANCHESTER, SABTU — Ketika berbicara permainan ofensif, Manajer Manchester City Josep Guardiola tidak ada tandingannya di Liga Inggris. Namun, itu sebelum kedatangan Manajer Ange Postecoglou ke Tottenham Hotspur musim ini. Postecoglou memainkan gaya ofensif dengan sangat konsisten dan terkadang di luar nalar.
Postecoglou hanya butuh 13 laga bersama Spurs untuk memperlihatkan sosok bernyali besar dalam dirinya. Terutama di laga lawan Chelsea. Dia tidak ragu menerapkan strategi garis pertahanan super tinggi, sejajar dengan tengah lapangan, walaupun Spurs hanya tampil dengan sembilan pemain. Spurs kalah 1-4, tetapi dia dihujani pujian.
Keteguhan Postecoglou terhadap skema ofensif itu di luar nalar. Seluruh manajer hampir pasti akan bertahan total jika kehilangan dua pemain akibat kartu merah. Namun, dia tidak. Dia ingin permainan ofensif mendarah daging dalam skuadnya. Gaya sangat eksplosif itu pula yang terlihat dari Spurs sejak awal musim.
Baca Juga: Tottenham Aman di Puncak Klasemen
Saya bukan satu-satunya manajer yang dilahirkan untuk bermain dengan garis tinggi. Itu juga miliknya. Orang seperti Ange membuat sepak bola jadi tempat yang lebih baik. Saya menikmati pendekatannya, sama seperti orang di luar sana.
”Saya bukan satu-satunya manajer yang dilahirkan untuk bermain dengan garis tinggi. Itu juga miliknya. Orang seperti Ange membuat sepak bola jadi tempat yang lebih baik. Saya menikmati pendekatannya, sama seperti orang di luar sana,” kata Guardiola jelang laga City versus Spurs yang berlangsung di Stadion Etihad, Minggu (3/12/2023).
Namun, tanda tanya kini tertuju pada Postecoglou. Setelah melewati fase bulan madu tanpa kekalahan di 10 laga pertama bersama sang manajer, Spurs kalah tiga kali beruntun. Performa mereka merosot seiring kehilangan pemain kunci akibat cedera dan hukuman kartu yang jumlahnya bisa membentuk satu kesebelasan.
Statistik dari The Analyst bisa menggambarkan penurunan drastis ”Si Lili Putih” dari sisi serangan. Mereka mencatatkan rerata 17,8 tembakan dengan kualitas peluang 1,78 expected goals (xG) pada 10 laga awal. Setelah kalah dari Chelsea, mereka hanya menghasilkan rerata 10,7 tembakan dengan 1,31 xG.
Baca Juga: Akhir Fase Bulan Madu Ange Postecoglou
Postecoglou punya dua pilihan, lebih pragmatis untuk menghindari kekalahan atau bertaruh dengan gaya ofensif. Bermain dengan garis pertahanan tinggi di Stadion Etihad bukanlah pilihan bijak. City, dipimpin penyerang Erling Haaland, adalah tim tersubur saat ini (33 gol). Apalagi, Spurs tidak akan diperkuat dua bek inti, Micky van de Ven dan Cristian Romero.
Meskipun begitu, Postecoglou sudah berjanji akan tetap bermain menyerang. ”Saya melihat tim-tim besar saat ini. Mereka sukses karena berinvestasi pada rencana dan tetap menjalankan itu di tengah waktu yang sulit. Bagi saya, momen ini sangat penting karena akan menunjukkan sepak bola seperti apa yang diinginkan,” ujarnya.
Tanpa gelandang serang James Maddison yang masih cedera, Spurs akan mengandalkan duet Son Heung-min dan Dejan Kulusevski di lini serang. Son merupakan pemain tersubur tim dengan catatan 8 gol di liga, sementara Kulusevski selalu mencetak gol dalam dua kunjungan terakhir ke Stadion Etihad.
Pembuktian Guardiola
City memang terkenal sebagai tim paling ofensif bersama Haaland yang sudah mencetak 14 gol. Namun, Guardiola patut khawatir. Garis pertahanan tinggi mereka sering kali menjadi petaka ketika berhadapan dengan Spurs di musim-musim sebelumnya. Mengingat, Spurs memiliki pemain bertipe cepat dan tajam seperti Son.
Baca Juga: Ange Postecoglou Akhiri Pencarian Tottenham Hotspur
Di era Guardiola, menurut Opta, tidak ada tim yang bisa meraih poin dan kemenangan lebih banyak di liga dibandingkan Spurs. Si Lili Putih sudah meraih 6 kemenangan dan 20 poin dari total 14 pertandingan. Liverpool yang disebut sebagai rival terbesar City saja hanya mampu menang 4 kali dari 15 pertandingan.
Menurut Guardiola, Spurs tetap akan berbahaya meskipun tanpa banyak pemain utama. ”Mereka selalu di sana (kandidat pesaing gelar), terlepas tidak meraih kemenangan belakangan ini. Saya terpukau dengan hal yang mereka lakukan. Terutama betapa banyak peluang yang diciptakan dan betapa agresif mereka,” tuturnya.
Alih-alih fokus pada serangan yang merupakan ciri khasnya, City harus lebih memperhatikan pertahanan. Haaland dan rekan-rekan dua kali kehilangan poin beruntun karena kemasukan setelah unggul lebih dulu. Dalam salah satu laga itu, mereka kecolongan empat gol dari Chelsea yang sebenarnya bermasalah di lini serang pada musim ini.
Baca Juga: Teater Mimpi Ange Postecoglou
Pertahanan tersebut pula yang membuat tim juara bertahan itu baru menang sekali dari empat laga versus tim klasik enam besar pada musim ini. Satu-satunya kemenangan diraih City dalam derbi Manchester, 3-0, ketika mereka tidak kemasukan satu gol pun. Kembalinya bek andalan, John Stones, dari cedera bisa menjadi titik balik City.
Di sisi lain, tanda tanya besar mengarah pada pertahanan Spurs. Siapakah yang akan menjaga Haaland? Di laga sebelumnya, Spurs sampai harus memindahkan bek sayap Emerson Royal ke posisi tengah. Royal berduet dengan bek cadangan Ben Davies. Jangankan mereka, duet bek utama Spurs saja belum tentu bisa meredam dominasi Haaland. (AP/REUTERS)