Asa dari Trio Wasit Asal Indonesia di Piala Dunia U-17
Tidak hanya pemain yang menjalani debut di Piala Dunia U-17, tiga wasit terbaik Indonesia juga mendapat pengalaman perdana bertugas di turnamen FIFA.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Kebijakan FIFA untuk memberi penugasan kepada tiga wasit asal Indonesia di Piala Dunia U-17 2023 perlu dimanfaatkan untuk memacu peningkatan kualitas ofisial pertandingan. Thoriq Alkatiri, Yudi Nurcahya, dan Aprisman Aranda bisa menularkan pengalaman berharganya untuk berbagi ilmu dengan ribuan wasit yang memiliki lisensi PSSI.
Nama ketiga wasit Indonesia berlisensi FIFA itu masuk dalam ofisial pertandingan turnamen FIFA perdana di Indonesia. Mereka masuk dalam kategori tiga wasit pendukung untuk melengkapi kuota 18 wasit utama, 36 asisten wasit, dan 18 asisten wasit video (VAR).
Meskipun hanya berstatus sebagai wasit pendukung, tiga wasit terbaik Indonesia itu tetap mendapat kesempatan bertugas di Piala Dunia U-17 2023. Mereka dipercaya sebagai wasit keempat pada pertandingan babak penyisihan.
Thoriq, Yudi, dan Aprisman bertugas di tiga stadion, selain Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur, yang menjadi lokasi pertandingan Indonesia di Grup A.
Thoriq bertugas di Stadion Internasional Jakarta (JIS), Stadion Si Jalak Harupat (Bandung, Jawa Barat), dan Stadion Manahan (Surakarta, Jawa Tengah). Dalam 10 pertandingan, wajah Thoriq disorot kamera televisi berada di sisi lapangan untuk menjalankan tugasnya di Indonesia 2023.
Ia berada di sisi lapangan untuk mengawasi pergerakan pelatih dan ofisial tim di sisi lapangan, lalu mengangkat papan elektronik untuk mengumumkan pergantian pemain dan waktu tambahan. Thoriq memulai tugas ketika Inggris melibas Kaledonia Baru, 10-0, pada laga pembuka Grup C di JIS, 11 November lalu.
Tugas pamungkas Thoriq ialah pertandingan Burkina Faso kontra Korea Selatan di Si Jalak Harupat yang merupakan laga penutup Grup E, 18 November. Itu juga menjadi pertandingan terakhir kehadiran ofisial pertandingan asal Indonesia di Piala Dunia U-17 2023.
”Selama ini saya hanya berjumpa wasit dari Asia, tetapi kemarin saya bertugas dan bertemu dengan wasit dari Eropa, Conmebol (Amerika Selatan), Afrika, dan Concacaf (Amerika Tengah). Kami mendapat pengalaman berharga karena menerima bimbingan langsung dari instruktur FIFA,” kesan Thoriq, yang dihubungi di Surakarta, Kamis (30/11/2023), tentang tugas perdananya di Piala Dunia.
Sementara itu, Aprisman menjadi wasit pertama Indonesia yang menjalani amanah di turnamen resmi FIFA ketika menjadi wasit keempat laga Mali kontra Uzbekistan, 10 November, di Stadion Manahan. Aprisman menutup tugas pada pertandingan ke-10 di Piala Dunia U-17 ketika Brasil menumbangkan Inggris, 2-1, di JIS, 17 November.
Adapun Yudi yang menjalani tugas di sembilan pertandingan memulai kehadirannya pada laga Jepang melawan Polandia di Si Jalak Harupat, 11 November. Wasit asal Jawa Barat itu menutup tugasnya di Piala Dunia U-17 2023 ketika menjadi saksi kemenangan Perancis, 3-0, atas Amerika Serikat di JIS, 18 November.
Sekretaris Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Jabar M Fahmi Hasan berharap prestasi dan sejarah yang diciptakan Thoriq dan Yudi, dua wasit binaan Asprov PSSI Jabar, bisa menginspirasi lebih dari 600 wasit asal Jabar yang memiliki lisensi C3 (kabupaten/kota) hingga C1 (nasional) untuk memiliki impian bertugas di panggung dunia.
Mereka adalah trendsetter dan inspirasi bagi wasit muda Jabar lainnya agar sungguh-sungguh dan menjaga integritas ketika bertugas.
”Kami mengetahui benar perjalanan karier Thoriq dan Yudi yang memulai karier sebagai wasit sejak SMA dan mereka bisa sampai di puncak karier terbaik wasit bertugas di Piala Dunia. Mereka adalah trendsetter dan inspirasi bagi wasit muda Jabar lainnya agar sungguh-sungguh dan menjaga integritas ketika bertugas,” kata Fahmi.
Fahmi mengungkapkan, Thoriq telah memegang lisensi C3 wasit sejak duduk di bangku kelas 11 SMA, sedangkan Yudi mulai menekuni profesi wasit dengan berlisensi C3 ketika kelas 12 SMA. Itu artinya kedua wasit Jabar itu telah menekuni profesi pengadil pertandingan selama dua dekade.
Adapun jenjang karier wasit di Indonesia dimulai dari C3 yang bisa memimpin pertandingan atau kompetisi tingkat kabupaten atau kota, kemudian naik ke level C2 untuk mendapat kesempatan bertugas di Piala Suratin level provinsi dan Liga 3 zona provinsi.
Lisensi wasit nasional tertinggi adalah C1. Wasit yang memiliki lisensi C1 memiliki kesempatan untuk menjalani jenjang karier mulai dari memimpin Liga 3 Nasional. Lalu, mereka berkesempatan promosi memimpin Liga 2, kemudian Liga 1.
Dua kunci penilaian
Fahmi menyebut, seorang wasit mendapat lisensi C3 hingga mendapat lisensi C1 memiliki durasi beragam mulai dari empat hingga delapan tahun. Dua hal penilaian utama untuk kelancaran karier wasit, ucap Fahmi, adalah nilai tes kebugaran dan pemahaman tentang aturan permainan sepak bola (laws of the game).
Wasit yang telah beberapa musim bertugas di Liga 1 bisa mengikuti tes lanjutan untuk mendapatkan lisensi FIFA melalui Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC). Sebelum bertugas di Piala Dunia U-17, tiga wasit terbaik Indonesia itu telah lebih dulu mengumpulkan pengalaman bertugas mulai dari turnamen antarnegara yang diselenggarakan Federasi Sepak Bola Asia Tenggara (AFF) serta kompetisi internasional AFC.
”Dengan pengalaman yang dimiliki Thoriq dan Yudi, itu memudahkan kami untuk menyusun program pembinaan yang terukur. Mereka akan kami manfaatkan untuk melakukan sharing session kepada wasit-wasit Jabar yang hendak promosi ke Liga 1 agar bisa mengikuti jejak mereka mencapai level top,” tutur Fahmi.
Thoriq mengakui banyak pelajaran baru yang ia raih selama satu bulan bertugas di bawah kendali FIFA, terutama terkait teknis penugasan di lapangan.
”Salah satunya tentang implementasi VAR. Di tahun ini PSSI telah menggelar pelatihan VAR, tetapi hanya di kelas. Saya mendapat pengalaman VAR langsung di lapangan pada Piala Dunia U-17. Jadi ini adalah salah satu ilmu yang akan saya bagikan kepada rekan-rekan wasit di Jabar dan Indonesia,” ujar Thoriq yang memegang lisensi FIFA sejak 2014.
Keputusan FIFA untuk menyertakan wasit negara tuan rumah Piala Dunia U-17 juga baru terjadi pada tahun ini. Sebelum Indonesia, negara-negara lain yang menjalani debut tuan rumah turnamen FIFA, seperti India, Trinidad-Tobago, Uni Emirat Arab, dan Finlandia, tidak mendapat keistimewaan untuk juga mengirimkan wasit pendukung di ajang turnamen yunior FIFA itu.
Ketua Komite Wasit FIFA Pierluigi Collina mengatakan, pihaknya ingin menggunakan Piala Dunia U-17 untuk memberikan warisan bagi peningkatan kualitas wasit di Indonesia.
”Turnamen (U-17) ini adalah kesempatan terbaik kepada semua wasit yang bertugas untuk menunjukkan kemampuan demi pengembangan karier mereka,” kata Collina dalam keterangan resmi FIFA.