Tak Ada Seremoni Perayaan, Piala Dunia U-17 Ditutup Kembang Api
FIFA meminta laga final Piala Dunia U-17 tidak menyajikan panggung hiburan agar penonton fokus menikmati pertandingan.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surakarta, Jawa Tengah, memastikan tidak ada upacara perayaan penutupan Piala Dunia U-17 pada laga final, Sabtu (2/12/2023), di Stadion Manahan. Pemberian medali dan trofi kepada tim juara bakal disempurnakan oleh pesta kembang api.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta Rini Kusumandari, Kamis (30/11/2023), mengungkapkan, Panitia Lokal Piala Dunia U-17 2023 dan Pemkot Surakarta tidak mempersiapkan perayaan upacara penutupan sebelum pertandingan puncak antara Jerman dan Perancis. Itu berbeda dengan seremoni pembukaan yang menghadirkan penampilan musik dan tari sebelum duel Indonesia melawan Ekuador, Jumat (10/11/2023), di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur.
Rini menambahkan, FIFA meminta laga final diselenggarakan dengan sederhana dan tanpa panggung hiburan. FIFA, katanya, ingin menitikberatkan pertunjukan sesungguhnya pada hari pamungkas penyelenggaraan Piala Dunia U-17 adalah pertarungan perebutan trofi dua tim terbaik.
”Saat saya bertanya kepada Ratu Tisha (Manajer Proyek Panitia Lokal Piala Dunia U-17 2023), upacara penutupan hanya ada pemberian piala dan penghargaan. Nanti hanya ada pesta kembang api,” kata Rini.
Meski begitu, FIFA tetap bakal mengemas laga final dengan penuh kesan bagi penonton yang hadir langsung di Stadion Manahan. Selain akan disajikan pertarungan level tinggi yang mempertemukan dua tim remaja terbaik di dunia, FIFA juga mempersiapkan upacara pemberian trofi juara dan gelar individu kepada pemain, seperti bola emas, sepatu emas, sarung tangan emas, serta tim fair play.
Pertandingan final di Stadion Manahan juga akan dilengkapi gimik untuk menyemarakkan atmosfer di stadion. Hal itu salah satunya adalah pertunjukan flashlight pada jeda babak pertama. Di momen itu, sebagian lampu di stadion akan dimatikan. Sebagai gantinya, pencahayaan berasal dari flashlight telepon genggam penonton di tribune.
Untuk menyambut partai perebutan ketiga dan final pada, Jumat dan Sabtu (1-2/12/2023), Pemkot Surakarta berusaha mempercantik kondisi kawasan di sekitar Stadion Manahan.
Pertunjukan itu telah dilakukan pada laga semifinal kedua antara Perancis dan Mali, Selasa (28/11/2023). Lagu hit milik grup band asal Inggris, Coldplay, yang bertajuk ”A Sky Full of Stars”, menjadi pengiring dari pertunjukan yang berlangsung sekitar lima menit sebelum pemain kembali memasuki lapangan jelang babak kedua.
Untuk menyambut partai perebutan ketiga dan final pada Jumat dan Sabtu, Pemkot Surakarta berusaha mempercantik kondisi kawasan di sekitar Stadion Manahan. Itu dilakukan dengan penambahan tanaman-tanaman hias di dalam ring road stadion yang menjadi kawasan akses penonton dan tamu undangan sebelum memasuki tribune.
”Kami hanya dipesan FIFA untuk mempercantik kawasan stadion dengan memperbanyak tanaman pot. Sejak kemarin (Rabu), tanaman seperti bunga-bunga sudah datang dan mulai ditata,” ujar Rini.
Rekor tertinggi
Laga final berpeluang menghadirkan jumlah penonton tertinggi di Stadion Manahan pada penyelenggaraan Piala Dunia U-17 2023. Sekitar 3.000 tiket yang dijual untuk penonton umum sudah habis terjual sejak Minggu (26/11/2023). Di sisi lain, Panitia Lokal Piala Dunia U-17 2023 juga mengalokasikan ribuan tiket untuk komplimen sponsor FIFA serta pemberian tiket kepada siswa SMA, sekolah sepak bola, dan tenaga medis.
Sejak penyisihan hingga semifinal, jumlah penonton di Stadion Manahan tercatat alami peningkatan. Pada babak perempat final, sebanyak 8.529 penonton hadir di tribune. Angka itu melonjak signifikan di pertarungan semifinal yang mencapai 12.013 penonton.
Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyebut pertarungan Jerman melawan Perancis akan berjalan menarik. Ia mengatakan, penonton yang berada di stadion ataupun yang menyaksikan melalui layar kaca akan kembali disajikan tontonan berkelas seperti yang terlihat pada dua duel semifinal.
”Masyarakat Indonesia beruntung bisa menyaksikan aksi dua negara representasi kekuatan level elite dunia sepak bola itu. Dalam tiga atau empat tahun lagi bisa saja pemain Jerman dan Perancis ada yang sudah menjadi bintang dunia,” tutur Erick.
Dalam sejarah Piala Dunia U-17 yang telah berlangsung 19 edisi sejak 1985, pertemuan dua tim Eropa di partai puncak baru terjadi di Indonesia 2023. Sebelumnya, hanya pernah tercipta all African final pada Jepang 1993 dan Chile 1995. Nigeria menjuarai dua edisi itu setelah mengalahkan Ghana dan Mali.