Setelah menjuarai tiga Grand Slam dan menjadi petenis nomor satu dunia, Novak Djokovic menargetkan menjuarai Piala Davis 2023. Namun, target itu gagal karena Serbia disingkirkan Italia pada semifinal.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
MALAGA, SABTU — Tiga kali juara Grand Slam, menjadi yang terbaik dalam turnamen Final ATP, dan menjadi petenis nomor satu dunia akhir tahun adalah pencapaian besar Novak Djokovic pada 2023. Namun, Djokovic sesungguhnya gagal memenuhi ambisinya untuk menutup tahun ini dengan membawa Serbia menjadi juara Piala Davis.
Kegagalan Djokovic itu terjadi setelah Serbia kalah dari Italia, 1-2, pada semifinal yang berlangsung di Malaga, Spanyol, Sabtu (25/11/2023) waktu setempat atau Minggu (26/11/2023) dini hari waktu Indonesia. Alih-alih membawa Serbia ke final, untuk berhadapan dengan Australia, Djokovic justru kalah dalam dua pertandingan.
Salah satu kekalahan dialami dari Jannik Sinner, dengan skor 2-6, 6-2, 5-7, dalam pertemuan pemain tunggal terbaik kedua negara. Kemenangan Sinner membuat skor kedua tim menjadi 1-1 karena Serbia menang pada laga pertama melalui Miomir Kecmanovic yang menang atas Lorenzo Musetti, 6-7 (9), 6-2, 6-1.
Sinner tak lain adalah petenis yang dikalahkan Djokovic pada final turnamen Final ATP di Turin, pekan lalu. Hasil Djokovic pada turnamen yang diikuti delapan petenis terbaik itu diperoleh setelah dia dikalahkan Sinner untuk pertama kalinya dalam penyisihan grup.
Setelah gagal menyumbangkan kemenangan pada nomor tunggal, Djokovic punya kesempatan lain pada partai penutup, dalam nomor ganda bersama Kecmanovic. Namun, mereka kalah dari duet Sinner/Lorenzo Sonego, 3-6, 4-6.
Saat bermain untuk negara tetapi kalah, kekecewaannya terasa lebih besar.
”Selamat untuk Italia, mereka berhak untuk menang karena bermain dengan baik terutama Jannik. Bagi saya, ini kekecewaan besar. Saya bertanggung jawab atas kekalahan ini, apalagi setelah mendapat tiga match point pada tunggal. Saat bermain untuk negara tetapi kalah, kekecewaannya terasa lebih besar,” komentar Djokovic sambil menahan tangis dalam acara konferensi pers.
Pemilik 24 gelar Grand Slam itu tinggal selangkah lagi membawa Serbia ke final kejuaraan tenis beregu putra itu untuk ketiga kalinya setelah menjadi juara pada 2010 dan dikalahkan Ceko pada final 2013. Saat melawan Sinner, dia mendapat match point 5-4 (40-0) pada set ketiga. Namun, Sinner berbalik menang dengan merebut tiga gim beruntun.
Djokovic memang dikenal sebagai sosok yang selalu memiliki target menciptakan rekor demi rekor. Target yang selalu diutarakan pada media itu bahkan cenderung menjadi ambisi. Beberapa kali pula rasa percaya dirinya terlalu berlebihan hingga menjadi bumerang.
Pada musim kompetisi 2021, misalnya, Djokovic menargetkan menjuarai semua Grand Slam dan meraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 yang penyelenggaraannya mundur setahun karena pandemi Covid-19.
Dia hampir memenuhi target itu dengan menjuarai Grand Slam Australia Terbuka, Perancis Terbuka, dan Wimbledon. Ketika tiba saatnya tampil di Olimpiade, Djokovic tak hanya tampil pada nomor tunggal putra. Dia pun memilih bermain pula di ganda campuran meski pelatih melarangnya. Namun, Djokovic justru gagal mendapat medali. Djokovic juga akhirnya gagal menjuarai Amerika Serikat Terbuka karena kalah dari Daniil Medvedev di final.
Pada 2023, Djokovic kembali membuat target menjuarai semua Grand Slam ditambah menjadi juara Final ATP, menjadi petenis peringkat teratas akhir tahun dan membawa Serbia menjadi juara Piala Davis. Sebelum gagal di Piala Davis, dia tak bisa memenuhi targetnya di arena Grand Slam karena kalah dari Carlos Alcaraz di final Wimbledon.
Meski selalu ada target yang tak tercapai, hasil tersebut terbilang fenomenal karena Djokovic membuatnya pada usia 36 tahun. Seperti dikatakan pelatihnya, Goran Ivanisevic, Djokovic masih ingin menyapu bersih gelar Grand Slam dan meraih emas Olimpiade Paris 2024.
Pada semifinal sehari sebelumnya, Australia mengalahkan Finlandia, 2-0. Alexei Popyrin dan Alex de Minaur memiliki kesempatan untuk mengubah hasil final Piala Davis 2022 ketika dikalahkan Kanada 0-2.
Bagi Italia, final pada Minggu malam waktu setempat menjadi yang pertama setelah kalah dari Swedia pada final 1998. Tiga petenis Italia, yaitu Sinner, Musetti, dan Matteo Arnaldi, bahkan belum lahir pada momen tersebut. Jika bisa mengalahkan Australia, Italia akan menjuarai Piala Davis untuk kedua kalinya setelah 1976.
Persaingan Piala Davis di Malaga dimulai dengan perempat final pada 21 November. Sebanyak delapan tim tampil setelah melalui penyisihan grup, 12-17 September. Kedelapan tim yang bersaing di Malaga adalah Kanada, Finlandia, Ceko, Australia, Italia, Belanda, Serbia, dan Inggris Raya. (AFP)