Final ATP 2023 mengantarkan Novak Djokovic mencapai target besar, menjadi petenis nomor satu dunia pada akhir tahun.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
TURIN, MINGGU —Novak Djokovic membawa dua misi saat tiba di Turin, Italia, untuk mengikuti turnamen tenis Final ATP, 12-19 November 2023. Salah satunya menjadi petenis nomor satu dunia pada akhir 2023—yang menjadi misi terbesarnya—telah terwujud begitu dia memenangi laga pertama di Stadion Pala Alpitour.
Pada hari pertama turnamen, Minggu (12/11/2023) sesi malam waktu setempat atau Senin (13/11/2023) dini hari waktu Indonesia, Djokovic mengalahkan petenis Denmark, Holger Rune, dengan skor 7-6 (4), 6-7 (1), 6-3 pada persaingan Grup Hijau. Djokovic tampil untuk ke-16 kalinya pada turnamen ATP akhir tahun tersebut, sementara Rune baru menjalani debut.
Adapun pada pertandingan lain di grup yang sama, juara Final ATP 2019, Stefanos Tsitsipas, takluk dari Jannik Sinner, 4-6, 4-6. Sebagai wakil tuan rumah, Sinner pun mendapat dukungan lebih banyak penonton.
Final ATP adalah turnamen yang diikuti delapan wakil tunggal dan ganda putra yang berpenampilan terbaik sepanjang tahun pada turnamen ATP Tour. Mereka mengawali persaingan di babak penyisihan yang dibagi dalam dua grup dengan format round robin. Dua peringkat teratas setiap grup berhak tampil di semifinal.
Dari 15 partisipasi sebelumnya, Djokovic enam kali menjadi juara, termasuk pada 2022. Namun, posisi sebagai petenis nomor satu dunia di akhir tahun tersebut dipegang Carlos Alcaraz.
Hanya dua nama itu yang bisa menempati puncak peringkat dunia pada 2023. Tercatat, terjadi tujuh kali pergantian posisi antara Alcaraz dan Djokovic sebagai petenis nomor satu dunia. Terakhir, Djokovic menggeser Alcaraz dari posisi teratas pada 11 September.
Tercatat, terjadi tujuh kali pergantian posisi antara Alcaraz dan Djokovic sebagai petenis nomor satu dunia.
Petenis Serbia itu pun menegaskan bahwa menjadi petenis peringkat teratas dunia akhir tahun ini menjadi target besarnya yang akan dicapai melalui turnamen Final ATP dan satu kemenangan telah cukup untuk mewujudkan target tersebut. Dia pun menepikan nama Alcaraz dan Daniil Medvedev yang memiliki peluang sama.
Djokovic untuk kedelapan kalinya, dalam 13 musim terakhir, menjadi petenis nomor satu dunia akhir tahun, jumlah terbanyak di tunggal putra. Posisinya sejajar Steffi Graf sebagai tunggal putri yang paling sering menempati peringkat pertama dunia pada akhir tahun, juga delapan kali.
Kepastian bertahan di puncak akan memperpanjang rekor di posisi tersebut atas namanya sendiri, yaitu total selama 400 pekan. Khusus 2023, ayah dari dua anak tersebut berada di peringkat teratas selama 25 pekan.
Dia menjuarai enam turnamen, tiga di antaranya dari Grand Slam Australia Terbuka, Perancis Terbuka, dan Amerika Serikat Terbuka. Gelar-gelar itu menjadi hasil dari persentase kemenangannya sebesar 91 persen, hampir setara seperti ketika dia mencapai performa terbaik pada 2011 (92 persen) dalam usia 24 tahun dan 93 persen pada 2015 ketika berusia 28 tahun.
Kini, saat berusia 36 tahun, Djokovic mencapai hasil yang sama. Setelah menunjukkan dominasi atas petenis era ”Next Gen”, seperti Medvedev, Stefanos Tsitsipas, dan Alexander Zverev, Djokovic masih bisa memperlihatkan keunggulan dari generasi baru, seperti Rune dan Carlos Alcaraz, yang dijuluki ”Young Gen”.
Tak seperti Rafael Nadal, yang hanya berusia setahun lebih tua dan hampir memasuki masa-masa akhir sebagai petenis profesional, Djokovic masih berada dalam kondisi fit. Motivasi untuk menciptakan rekor demi rekor tak pernah berubah. Hanya saja, berbeda dengan Djokovic yang lebih muda, kali ini, dia memiliki sikap yang lebih bijak untuk mewujudkan targetnya.
”Deretan angka (rekor) selalu ada dalam benak saya, tetapi saya mencoba mencapainya dengan lebih tenang dan fokus pada tantangan terdekat. Dengan cara itu, target terbesar telah tercapai. Pencapaian lain setelah ini adalah bonus,” kata Djokovic yang akan membela Serbia dalam putaran final kejuaraan beregu putra, Piala Davis, di Spanyol, 21-26 November 2023.
Laga emosional
Besarnya arti menjadi petenis nomor satu dunia akhir tahun membuat Djokovic merasakan tambahan tekanan ketika berhadapan dengan Rune. Apalagi, Rune bukan lawan yang mudah ditaklukkan. Meski berusia 20 tahun, Rune selalu memaksa Djokovic bermain rubber sets pada empat pertemuan sebelumnya. Dari empat laga itu, mereka berbagi dua kemenangan.
Perlawanan ketat itu pula yang diperlihatkan di Pala Alpitour. Pertandingan berlangsung selama 3 jam 4 menit, lebih lama dari laga pertama, Jannik Sinner melawan Stefanos Tsitsipas, yang berlangsung 1 jam 25 menit. Sinner menang dengan skor 6-4, 6-4.
Dalam pertandingan yang berlangsung di lapangan keras indoor, petenis mengandalkan servis dan groundstroke keras. Ini karena lapangan keras memantulkan bola dengan sangat cepat dan rendah.
Rune bisa mengimbangi Djokovic dengan cara tersebut, tetapi terdapat perbedaan tipis di antara mereka, yaitu dalam pengembalian servis. Djokovic adalah petenis yang memiliki pengembalian servis terbaik. Pukulannya bisa berbalik menekan lawan yang melakukan servis. Momen ini terjadi pada akhir set pertama dan set ketiga. Djokovic memanfaatkan lemahnya servis kedua lawan hingga pengembalian servisnya tak bisa diantisipasi Rune.
”Pertandingan tadi sangat sulit dan emosional bagi saya. Saya merasakan tekanan yang lebih besar karena sangat ingin menang. Selain itu, Rune bermain dengan luar biasa dan penuh keberanian. Jika ingin unggul atas anak-anak muda seperti Rune, saya harus bekerja lebih beras,” ujar Djokovic.
Selain Rune, petenis muda lainnya yang tampil baik pada musim ini, yaitu Sinner, akan bersaing dengan Djokovic di Grup Hijau. Sinner mendapat bekal berharga untuk menempati peringkat dua besar grup karena menang straight sets atas Tsitsipas.
”Atmosfer pertandingan sangat luar biasa. Saya sangat senang dengan suasana tadi, tetapi sekaligus menjadi tekanan. Jadi, saya senang bisa mengatasinya,” tutur Sinner.
Hari kedua turnamen, Senin, akan menjadi momen persaingan empat petenis dalam Grup Merah. Alcaraz akan menjalani debut melawan Zverev yang menjuarai Final ATP 2018 dan 2021. Setelah itu, persaingan akan terjadi di antara dua sahabat, Medvedev dan Andrey Rublev. (AP)