Argentina akan menghadapi ketakutan terbesar di awal babak gugur Piala Dunia U-17, yaitu tim-tim dari Amerika Selatan.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Berstatus pemuncak klasemen Grup D ternyata tidak membuat jalan Argentina lebih mulus di babak gugur Piala Dunia U-17 2023. Mereka sudah dinanti dua rival dari Benua Amerika Selatan di babak 16 besar dan perempat final. Namun, dengan banyak talenta luar biasa di lini serang, tim ”Tango Muda” tidak gentar.
Pada edisi sebelumnya, Piala Dunia U-17 2019, Argentina disingkirkan oleh tim sebenua, Paraguay, di babak 16 besar. Mimpi buruk itu datang lagi menjelang laga babak gugur di Stadion Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Selasa (21/11/2023) malam WIB. Mereka ditantang wakil Amerika Selatan (Conmebol) lainnya, yaitu Venezuela.
Jika lolos, tim asuhan pelatih Diego Placente itu akan menghadapi tantangan lebih besar. Tim rival abadi mereka, Brasil, sudah menanti di perempat final. Brasil baru saja memastikan langkah ke babak selanjutnya setelah menang atas Ekuador 3-1 di Stadion Manahan, Surakarta, pada Senin malam WIB.
Menurut Placente, bertemu tim raksasa Eropa justru akan lebih mudah. ”Hal yang pasti adalah kami mengetahui satu sama lain dengan sangat baik. Itu akan membuat kami lebih sulit. Pastinya, di Eropa banyak pemain hebat, tetapi itu tidak lebih kompleks dibandingkan dengan kami (tim Conmebol) yang sudah sering bertemu,” ujarnya.
Tim Tango Muda tidak gentar. Mereka memiliki bakat spesial di lini serang, terutama duet gelandang serang Claudio Echeverri dan Ruberto Agustin. Kedua pemain itu sudah mengombinasikan empat gol dan satu asis selama babak grup. Mereka saling mengerti karena berasal dari klub yang sama, yaitu River Plate.
”Saya sudah bermain bersama Agustin di River sejak 10 tahun. Saya selalu berada di sisinya sejak kecil dan kami juga bermain bersama. Dia orang yang sangat baik. Di lapangan, dia selalu memperlihatkan sebagai pencetak gol andal. Kami pun akan memberikan segalanya untuk tim ini,” ujar Echeverri.
Argentina juga lebih unggul dalam sisi psikologis. Mereka memenangi dua laga atas Venezuela, 4-2 dan 2-1, di Piala Amerika Selatan 2023 U-17. Pada salah satu laga itu, Echeverri yang dijuluki ”Si Setan Kecil” menggila dengan sumbangan 1 gol dan 3 asis, sementara Ruberto mencetak sepasang gol.
Kami memiliki kualitas yang cukup (untuk rotasi). Jadi, semua pemain punya peluang tampil di Piala Dunia. Sejauh ini mereka melakukannya dengan baik.
Tidak pernah mudah melawan tim dari satu benua. Ada harga diri dan gengsi yang dipertaruhkan. Apalagi, skuad Venezuela membawa dendam kekalahan di ajang sebelumnya. Menurut Pelatih Venezuela Ricardo Valino, mereka sudah banyak belajar dari pengalaman pahit tersebut.
”Kami sudah saling kenal karena sudah bertanding di Piala Amerika Selatan. Kami telah mengevaluasi dua kekalahan itu. Tim ini punya kekuatan dan kemampuan menyerang yang baik. Tentunya, ini kompetisi yang berbeda. Kami siap menghadapi Argentina,” kata Valino yang mengantar Venezuela lolos lewat jalur peringkat ketiga terbaik.
Di laga terakhir babak grup, Venezuela kalah telak dari Jerman, 0-3. Mereka kecolongan gol saat laga belum genap berjalan satu menit. Gol tersebut mengubah rencana tim asuhan Valino. Adapun Venezuela, sama seperti Argentina, harus melakukan perjalanan dari Jakarta ke Bandung.
Fleksibilitas Jerman
Dalam laga lain babak 16 besar di Stadion Si Jalak Harupat, Jerman akan ditantang tim ”kuda hitam” Amerika Serikat. Jerman jauh lebih diunggulkan dengan hasil sempurna di babak grup. Tim berstatus juara Piala Eropa U-17 itu meraih tiga kemenangan beruntun dan selalu mampu mencetak tiga gol di setiap pertandingan.
Menariknya, tim asuhan Christian Wuck itu tidak pernah menggunakan 11 pemain yang sama di setiap pertandingan. Menurut Wuck, hal itu tidak akan mengganggu stabilitas tim. ”Kami memiliki kualitas yang cukup (untuk rotasi). Jadi, semua pemain punya peluang tampil di Piala Dunia. Sejauh ini mereka melakukannya dengan baik,” ujarnya.
Meskipun begitu, skuad Jerman perlu berhati-hati. Atmosfer babak grup sangat berbeda dibandingkan dengan fase gugur. Sekali saja lengah, mereka harus rela keluar dari turnamen. Apalagi, AS dikenal sebagai tim yang memiliki kumpulan para pemain atletis. Di turnamen remaja, keunggulan fisik sangat menentukan.
”Akan sangat-sangat sulit untuk kami pastinya. Mereka (AS) kuat dan sangat cepat, terutama dalam serangan. Mereka juga kokoh di pertahanan. Jadi, kami harus tampil dengan sangat baik. Para pemain harus datang dengan kepercayaan dan keyakinan. Dua hal itu paling penting di fase gugur,” ujar Wuck.
Skuad AS harus segera memulihkan diri setelah kekalahan telak dari Perancis 0-3 di laga terakhir Grup E. Tim asuhan pelatih Gonzalo Segares itu sebenarnya bisa mengimbangi permainan lawan. Namun, mereka kecolongan karena kurang konsentrasi di akhir paruh pertama dan kedua. Kesalahan tersebut harus dibayar mahal.
Segares mengatakan, skuad AS pantang melakukan kesalahan serupa versus Jerman. ”Mereka tim yang sangat solid, sulit dikalahkan. Para pemain mengenal satu sama lain dengan baik. Didukung juga dengan kualitas individu yang hebat. Serangan dari kedua sayap mereka patut diwaspadai,” ujarnya.
Jerman selalu menggunakan formasi 4-2-3-1 yang sangat cair dan melebar. Dua penyerang sayap, Paris Brunner dan Charles Herrmann, serta bek sayap, Eric Moreira dan Maximilian Hennig, selalu menjadi titik tumpu serangan ”Si Panser Muda”. Mayoritas gol mereka pun datang dari sayap.