Menyambut Bintang Baru Maraton Indonesia di Borobudur Marathon
Rikki Marthin Luther Simbolon yang menjadi salah satu wajah anyar di atas podium di Borobudur Marathon 2023 seolah memberi jaminan masa depan maraton Tanah Air berada di tangan yang tepat.
MAGELANG, KOMPAS — Borobudur Marathon 2023 Powered by Bank Jateng, 19 November, menjadi momentum Indonesia menyambut bintang baru maraton. Kehadiran wajah-wajah anyar di atas podium, seperti Rikki Marthin Luther Simbolon, seolah memberi jaminan masa depan maraton Tanah Air berada di tangan yang tepat.
Seperti pada beberapa edisi sebelumnya, Borobudur Marathon 2023 kembali melahirkan juara baru untuk kategori maraton nasional putra. Medali tertinggi untuk ajang yang diikuti total lebih dari 10.000 pelari ini menjadi milik Rikki Marthin Luther Simbolon. Pelari debutan di Borobudur Marathon tersebut menempuh jarak 42,195 kilometer dengan catatan waktu 2 jam 32 menit 52 detik.
Sejak awal, Rikki menargetkan juara pada kali pertama partisipasinya tersebut. Pelari berusia 28 tahun ini termotivasi setelah mencapai personal best atau catatan waktu terbaik, yakni 2 jam 29 menit 56 detik pada Jakarta Marathon, 22 Oktober 2023.
”Tadi saya sempat kram dan berhenti pada Kilometer 32, 37 dan 39, tetapi Puji Tuhan saya bisa menyelesaikan perlombaan dan bahkan menang,” kata Rikki yang baru dua kali turun untuk kategori maraton dalam ajang kompetitif.
Kendati tidak langsung mendominasi pada awal perlombaan, Rikki selalu konsisten berada di posisi tiga besar sejak Kilometer 5. Mulai Kilometer 18, Rikki sudah menjadi yang terdepan di antara pelari nasional lainnya.
Bahkan, setelah mengalami kram pun, pelari kelahiran Simalungun, Sumatera Utara, ini masih terus memimpin. Pada Kilometer 40,8, misalnya, ia masih lebih cepat sekitar 4 menit atas pesaing terdekatnya, Ranto.
Catatan waktu Rikki di Borobudur Marathon ini dengan 2 jam 32 menit 52 detik memang hanya terpaut tipis dari rekor perlombaan yang dipegang pelari maraton terbaik Indonesia, Agus Prayogo. Namun, perolehan waktu Rikki belum melampaui rekor Agus saat menjuarai Borobudur Marathon 2021 dengan 2 jam 32 menit 21 detik.
Dalam satu dekade terakhir, Agus mendominasi persaingan, mulai dari 5.000 meter hingga maraton pada kancah nasional ataupun internasional. Pada PON Papua 2021, misalnya, pelari berusia 38 tahun ini meraih medali emas. Ia juga merupakan pengoleksi tujuh emas SEA Games.
Walakin, Agus meyakini Rikki merupakan atlet potensial untuk menjadi pelari maraton terbaik Indonesia sekaligus menjadi penerusnya. Apalagi, kata Agus, Rikki langsung bisa meraih medali emas nomor lari 10.000 meter pada debutnya di SEA Games Kamboja 2023.
”Kalaupun saya harus gantung sepatu dalam waktu dekat, saya tidak khawatir medali emas saya akan berpindah ke tangan negara lain. Sebab, ada pelari yang akan meneruskan prestasi itu mengingat umur saya, kan, tidak muda lagi,” ucap Agus.
Selain Rikki, wajah baru yang menghiasai podium kategori nasional ialah Ranto. Pelari yang mendaftar secara mandiri untuk kategori nasional ini mampu menerobos di antara dominasi pelari elite yang kehadirannya diundang oleh penyelenggara. Ia finis kedua dengan catatan 2 jam 36 menit 33 detik. Adapun pada podium ketiga ada Betmen Manurung, yang pernah menjuarai Borobudur Marathon edisi 2020, dengan catatan waktu 2 jam 37 menit 33 detik.
Kalaupun saya harus gantung sepatu dalam waktu dekat, saya tidak khawatir medali emas saya akan berpindah ke tangan negara lain.
Sementara itu, pada kategori maraton overall putra, tiga pelari Kenya memborong tiga peringkat teratas. Di posisi pertama ada Geoffery Kiprotich Birgen dengan catatan waktu 2 jam 15 menit 20 detik. Kemudian, Stephen Mungathia Mugambi dan Edwin Miritim mencatatkan waktu tercepat kedua dan ketiga, masing-masing 2 jam 19 menit 43 detik dan 2 jam 25 menit 52 detik.
Pembuktian Odekta
Pada kategori nasional putri, Irma Handayani menempati posisi teratas dengan waktu 3 jam 7 menit 41 detik. Irma disusul Pretty Sihite yang bisa menyelesaikan lomba 42,195 kilometernya dalam waktu 3 jam 9 menit 40 detik dan Anjellika Ginting yang finis dalam waktu 3 jam 20 menit 34 detik.
Pelari elite Indonesia lain, Odekta Elvina Naibaho, sukses naik podium untuk kategori overall putri. Odekta berhasil finis ketiga dengan catatan waktu 2 jam 52 menit 1 detik. Pelari kelahiran Dairi, Sumatera Utara, ini menajamkan rekor Borobudur Marathon kategori elite putri atas namanya sendiri yang diukir pada 2021 dengan 3 jam 3 menit 48 detik.
Odekta menjadi satu-satunya pelari perempuan Indonesia yang naik podium pada kategori overall putri. Ia bersaing ketat dengan pelari-pelari internasional dari Kenya, seperti Peninah Jepkoech Kigen (juara) dan Sheila Chesang (peringkat kedua).
Hasil itu seolah menjadi pembuktian Odekta sebagai pelari putri terbaik Indonesia saat ini. Odekta berlomba dengan kondisi tidak prima karena sudah dua kali mengikuti lomba kategori maraton sepanjang tahun ini, yakni SEA Games Kamboja 2023 dan Asian Games Hangzhou 2022. Idealnya, kata Odekta, pelari hanya boleh berlari maksimal dua kali maraton dalam setahun. Sebab, mereka perlu memberi waktu bagi tubuh untuk memulihkan diri.
Asa generasi muda
Selain perlombaan bagi pelari-pelari dewasa, Borobudur Marathon 2023 juga menjadi ajang unjuk gigi pelari muda. Ini merupakan tahun kedua perlombaan tersebut menggelar kategori 10 kilometer Bank Jateng Young Talent. Kategori ini dibuat khusus bagi para pelari usia 15-18 tahun yang terpilih seleksi dan mengikuti bootcamp selama tiga hari, sebulan sebelum perlombaan.
Pada kategori putra, pelari asal Bandung, Rangga Alfian, keluar sebagai pemenang. Rangga finis dalam waktu 34 menit 59 detik. Ia disusul Muhammad Iqra Syahputra yang finis pada 35 menit 56 detik dan Muhardin Saputra yang mencapai garis finis pada 37 menit 15 detik.
Untuk kategori 10 kilometer Young Talent putri, Mutiara Oktarani Nurul Al Pasha finis tercepat dengan catatan waktu 41 menit 51 detik. Di posisi kedua ada Wilna Selvi yang finis dalam waktu 42 menit 37 detik dan di posisi ketiga ada Shiren Febrianty yang finis pada 44 menit 45 detik.
”Senang sekali bisa menjadi juara, enggak nyangka sekali karena ini pertama kalinya aku lomba 10 kilometer. Semoga aku nanti bisa seperti mas Agus Prayogo yang juara terus di maraton,” kata Mutiara, pelari asal DI Yogyakarta, yang bermimpi menjadi pelari maraton di masa depan. (REB/WAS/XTI/DKA/NCA/ENG/EGI)