Setelah memenangi dua laga, tim nasional Brasil terseok-seok di tiga laga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Amerika Selatan, termasuk kekalahan terkini 1-2 dari Kolombia.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
Ekspresi pemain depan Brasil, Matheus Cunha, saat pertandingan sepak bola kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 antara Uruguay dan Brasil di Stadion Centenario di Montevideo, Rabu (15/11/2023) dini hari WIB.
Sepasang gol atau brace”Lucho” mengantarkan Kolombia menang 2-1 setelah tertinggal 0-1 saat menjamu Brasil di Stadion Metropolitano Roberto Melendez, Barranquilla, Jumat (17/11/2023), dalam kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Amerika Selatan.
Lucho adalah julukan Luis Fernando Diaz Marulanda dari Kopites, pendukung Liverpool. Di klub Liga Inggris itulah Lucho bermain dalam posisi sayap serang. Posisi serupa ditempati di tim nasional Kolombia saat menjamu Brasil dalam perjalanan ke Piala Dunia 2026 Amerika Serikat, Kanada, Meksiko.
Kemenangan dengan sepasang gol dari tandukan Lucho mengantar Tricolor, julukan Kolombia, ke urutan ketiga klasemen sementara kualifikasi dengan 9 poin dari dua kemenangan dan tiga seri. Kekalahan yang berawal dari keunggulan itu membuat Selecao, julukan Brasil, menempati urutan kelima dengan 7 poin dari dua kemenangan, satu seri, dan dua kekalahan.
Bagi Lucho, kemenangan itu terasa amat spesial karena dirayakan oleh pendukung bersama ayahanda Luis Manuel Diaz. Manuel belum lama menghirup kebebasan setelah diculik 12 hari oleh paramiliter ELN yang dicap sebagai kelompok teroris oleh pemerintahan di Bogota, ibu kota Kolombia.
Bagi tim tamu, kekalahan itu menyakitkan karena mereka terlebih dahulu unggul. Penampilan Brasil terlihat menjanjikan dengan gol cepat gelandang serang Gabriel Martinelli pada menit ke-4. Gol itu lahir dari pergerakan cemerlang Vinicius Junior ke kotak penalti untuk mengirim umpan pendek dan dituntaskan sebagai gol oleh Martinelli, penyerang Arsenal.
Ketinggalan satu gol memaksa Kolombia yang ditangani Nestor Lorenzo (Argentina) lebih agresif dengan mengancam pertahanan Brasil. Namun, penampilan impresif Allison Becker, kiper Liverpool, mampu menjaga gawangnya tetap steril sampai turun minum.
Meski unggul terlebih dahulu, permainan Brasil dari babak pertama mulai terganggu akibat cedera Vinicius, sayap serang Real Madrid. Gangguan itu terjadi pada menit ke-26 yang memaksa pelatih interim Fernando Diniz mengganti sang pemain dengan Joao Pedro yang berperan setara.
Merepotkan Allison
Brasil hanya dapat mempertahankan keunggulan sampai turun minum. Petaka terjadi di babak kedua. Lucho dan kawan-kawan berkali-kali merepotkan Allison. Sementara Pedro tak dominan sebagai motor serangan Brasil yang kehilangan Vinicius. Rodrygo Silva, tandem Pedro di sektor serang, juga kurang berdaya sehingga pada menit ke-69 ditarik dan digantikan oleh Paulinho.
Pergantian dua penyerang ternyata gagal mengangkat performa Brasil meski secara permainan tetap dominan. Ketiadaan pemain senior, terutama Neymar, Gabriel Jesus, dan Richarlison, membuat permainan Brasil kehilangan ”sumur” inspirasi dan kreativitas.
Filosofi permainan jogo bonito yang indah dan terutama diperagakan Neymar dan Richarlison di Piala Dunia Qatar 2022, meski tidak sampai mengantar mereka menjadi juara, tidak terlalu tampak dalam laga kontra Kolombia. Maka, Kolombia bangkit dan terus menekan sampai usaha tak kenal lelah itu berbuah manis.
Pada menit ke-75, umpan silang Yaser Asprilla disambar dengan sundulan Lucho yang menjadi gol dan memperdaya Allison. Perayaan gol itu spesial karena sang ayahanda terlihat bersorak gembira sambil menangis bahagia bersama penonton.
Setelah gol penyama kedudukan itu, Kolombia semakin berani mendikte Brasil. Lagi-lagi, Lucho memperdayai Allison dengan gol pada menit ke-79 lewat sundulan. Gol itu lahir lewat umpan ciamik kapten dan gelandang serang James Rodriguez. Gol kedua kembali membuat Manuel menangis bahagia melihat Lucho menjadi pahlawan bagi Kolombia. Skor 2-1 tak berubah sampai laga usai.
Kolombia menjegal Brasil yang lima kali juara Piala Dunia dengan permainan efektif atau bukan dominan. Keunggulan Kolombia cuma dalam total tembakan (23 : 12) dan pelanggaran (16 : 12). Selebihnya, tuan rumah kalah dalam penguasaan bola (39 : 61), umpan (342 : 531), dan akurasi (89 : 92).
Permainan efektif yang mematikan ini menjadi pekerjaan rumah bagi Diniz yang dipercaya menangani tim nasional, termasuk kegemilangan mengantar Fluminense (Brasil) juara perdana Copa Libertadores dengan menjungkalkan Boca Juniors (Argentina).
Tentang absennya pemain senior seperti Neymar dan Jesus, sebelum laga, Diniz mengatakan, timnya masih memiliki pemain-pemain lain bertalenta. Generasi muda Brasil, yakni Pedro, Rodrygo, dan Vinicius, siap mengambil peran pemain senior.
”Para pemain harus merasa ringan dan melakukan yang terbaik. Mereka akan menjadi pusat perhatian,” ujar Diniz dikutip dari ESPN.
Namun, Diniz harus segera berbenah. Di putaran berikutnya, Brasil akan menghadapi Argentina, juara Piala Dunia Qatar 2022. Saat Brasil kalah dari Kolombia, Argentina babak belur oleh tim tamu Uruguay yang menang dua gol. Kekalahan itu adalah yang perdana bagi Argentina. Untuk itu, di putaran berikutnya, Argentina tidak akan mengendur, apalagi yang dihadapi ialah musuh bebuyutannya.