Penculikan Orangtua Luis Diaz dalam Pusaran Konflik Politik Kolombia
Keluarga Luis Diaz adalah korban konflik politik berkepanjangan di Kolombia. Pemerintah Kolombia membentuk satuan tugas untuk membebaskan Mane, ayah Diaz.
Ratusan warga kota Barrancas, yang berjarak sekitar 940 kilometer utara Bogota, ibu kota Kolombia, melakukan aksi turun ke jalan dengan mengenakan kaus putih, Rabu (1/11/2023). Di tengah kaus itu terdapat wajah seorang pria dengan tulisan ”Bebaskan Mane Diaz”.
Mane Diaz bernama lengkap Luis Manuel Diaz. Dia adalah ayah dari bintang Liverpool dan timnas Kolombia, Luis Diaz. Mane bersama istrinya, Cilenis Marulanda, diculik oleh empat orang bersenjata yang menaiki dua sepeda motor ketika berada di stasiun pengisian bahan bakar di Barrancas, Sabtu (28/10/2023).
Ketika Marulanda dilepaskan penculik dengan meninggalkannya di sebuah mobil kosong, Sabtu malam waktu setempat, kelompok penculik bersenjata tetap membawa Mane. Kepolisian dan tentara Kolombia telah membentuk satuan tugas (satgas) untuk membebaskan Mane, yang merupakan pelatih klub sepak bola anak-anak setempat.
”Kasus seperti ini terjadi tidak spontan. Tentu sudah ada rencana sebelumnya,” ungkap Wakil Kepala Kepolisian Kolombia Jenderal Nicolas Zapata dilansir BBC.
Barrancas berada di Provinsi La Guajira, provinsi paling utara Kolombia yang berbatasan dengan Venezuela. Lokasi itu adalah markas sekaligus tempat beroperasi bagi beberapa kelompok gerilya bersenjata.
Pencarian terhadap Mane difokuskan ke wilayah Pegunungan Perija yang merupakan kawasan hutan perbatasan Kolombia dan Venezuela. Dugaan aparat keamanan setempat, Mane kemungkinan telah dibawa kelompok gerilya bersenjata menuju wilayah Venezuela.
Atas dasar itu, satgas aparat bersenjata Kolombia meningkatkan pengawasan di kawasan perbatasan. Utamanya, jalur-jalur yang hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki. Pencarian itu dilakukan dengan menerjunkan pasukan khusus di wilayah hutan, sejumlah anjing pelacak, serta menggunakan helikopter dan pesawat nirawak yang bermuatan radar khusus untuk memantau pergerakan orang dari udara.
Tak hanya itu, kepolisian juga membuka sayembara kepada masyarakat untuk memberikan informasi tentang keberadaan Mane. Jika laporan yang diberikan akurat, Kepolisian Kolombia menyiapkan imbalan sebesar 200 juta peso atau sekitar Rp 747 juta.
Baca juga : Liverpool Kandaskan Tamunya
Membebaskan dia (Mane) adalah gestur perdamaian yang diinginkan dan diharapkan seluruh masyarakat Kolombia.
Carlos Camargo, anggota Ombudsman Kolombia, yang berpengalaman melakukan negosiasi dengan kelompok gerilya pelaku penculikan warga, juga telah melakukan kontak kepada sejumlah jaringan kelompok gerilya Kolombia. Ia mengirimkan pesan kepada kelompok itu untuk menghormati integritas dan kehidupan Luis ”Lucho” Diaz, pesepak bola negara itu.
”Membebaskan dia (Mane) adalah gestur perdamaian yang diinginkan dan diharapkan seluruh masyarakat Kolombia,” kata Camargo seperti dikutip Daily Mail.
Dampak kasus penculikan itu, Diaz absen pada laga pekan ke-10 Liga Inggris antara Liverpool menghadapi Nottingham Forest, Minggu (29/10/2023), serta duel Piala Liga Inggris kontra Bournemouth, Kamis (2/11/2023) dini hari WIB. Ia pun masih diberikan kesempatan oleh Manajer Liverpool Juergen Klopp menepi sejenak dari aktivitas tim demi fokus membantu pencarian sang ayah.
Diaz pun tetap berada di Liverpool demi alasan keselamatannya. Pemerintah Kolombia melalui Kedutaan Besar Kolombia di London meminta Diaz untuk tidak pulang ke negaranya.
Adapun adik Diaz, Jesus Diaz (19), telah tampil bersama klubnya, Barranquilla, di laga Divisi Dua Liga Kolombia, Selasa (31/10/2023). Pada duel itu, Jesus bermain pada laga yang berakhir kekalahan, 0-1, dari Cucuta Deportivo.
Baca juga : Semesta Memihak agar Liverpool Juara Liga Europa
Sumber eksistensi
Kasus penculikan keluarga yang menimpa Diaz menambah panjang daftar kasus serupa di negara-negara Amerika Selatan. Bintang sepak bola Latin yang berkarier di Eropa, misalnya Carlos Tevez, Romario, Juan Roman Riquelme, serta Diego dan Gabriel Milito, telah mengalami penculikan yang dialami orangtua mereka di tanah air masing-masing.
Pelaku penculikan umumnya adalah kelompok paramiliter yang melakukan gerilya untuk berperang melawan rezim pemerintah berkuasa. Aksi penculikan itu adalah salah satu cara mereka mempertahankan eksistensi demi mendapatkan uang melalui biaya tebusan tinggi.
Sementara itu, Kolombia, khususnya, adalah negara dengan kasus penculikan terbesar di dunia. Menurut laporan Pusat Memori Sejarah Nasional Kolombia, terdapat 3.500 penculikan warga negara setiap tahunnya. Pelaku terbesar kasus itu—berjumlah sekitar 33 persen—adalah Pasukan Revolusi Bersenjata Kolombia (FARC). Kemudian, ada pula gerilyawan lain, seperti Tentara Kemerdekaan Nasional (ELN).
FARC dan ELN adalah kelompok paramiliter yang didirikan pada 1964 di tengah era Perang Dingin. Dalam laporan Pax Christi Netherlands bertajuk ”The Kidnap Industry in Colombia: Our business?” diungkapkan FARC mendapatkan latihan militer yang dibiayai Uni Soviet. Sementara ELN berlatih dengan pasukan bersenjata Kuba.
Baca juga : Rencana Tak Terbatas Liverpool
Aksi penculikan yang dilakukan dua kelompok gerilya itu mulai marak di paruh kedua dekade 1980-an ketika Pemerintah Kolombia mulai menindak kartel-kartel narkoba. Kasus penculikan pertama dilakukan ELN yang berakhir dengan pembayaran uang tebusan tercatat pada 1985.
Tentara Kolombia dan Departemen Perencanaan Nasional menyebut pendapatan dua kelompok gerilya itu dari ”bisnis” penculikan pada periode 1991-1998 mencapai 1,2 miliar dollar AS (Rp 19,12 triliun). Jumlah itu diprediksi naik dua kali lipat setelah dekade 2000-an.
Tidak hanya figur publik terkenal, target penculikan kelompok gerilya itu juga menyasar warga biasa. Meski begitu, mereka memiliki standar ”tarif tebusan” berdasarkan latar belakang keluarga korban mereka.
”Penculikan itu adalah konsekuensi dari keberlanjutan konflik bersenjata di beberapa wilayah,” ujar Camargo.
Lebih lanjut, Luis Trejos, profesor studi perdamaian dan kekerasan di Universitas del Norte Kolombia, menyebut penculikan dengan motif politik itu bertujuan untuk menegaskan posisi kelompok gerilya sebagai pengontrol teritorial. Penculikan bermotif pemerasan, katanya, dilakukan secara tenang dan menahan korban dalam waktu lama hingga berbulan-bulan.
Trejos menambahkan, penghentian pengolahan biji koka—bahan baku kokain—mengakibatkan banyak pihak kehilangan pendapatan, termasuk kelompok gerilya yang menjadi pemain terbesar dalam mata rantai perdagangan obat-obatan ilegal.
”Hal ini menyebabkan banyak organisasi kriminal yang sebelumnya bergantung dari perdagangan narkoba melakukan penculikan. Itu mendasari kasus penculikan cenderung meningkat dalam beberapa tahun terakhir,” ucap Trejos kepada El Pais.
Merujuk data Kementerian Pertahanan Kolombia, yang dilansir El Pais, jumlah penculikan bermotif pemerasan pada periode Januari-Maret 2023 mencapai 71 kasus. Jumlah itu meningkat signifikan dibandingkan dengan 28 dan 35 kasus pada periode yang sama di tahun 2021 dan 2022.
Di tengah ketidakpastian, hanya doa yang bisa dipanjatkan demi keselamatan Mane Diaz. Semoga dia bisa segera berkumpul kembali dengan keluarganya sehingga sang anak bisa kembali merumput bersama ”Si Merah”. You’ll never walk alone, Lucho!