Brasil datang ke Qatar dengan motivasi berlipat. “Tim Samba” berhasrat menyudahi penantian panjang untuk merebut gelar juara Piala Dunia
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·5 menit baca
AP PHOTO/ANDRE PENNER
Gelandang Brasil Neymar merayakan kemenangan timnya atas Uruguay dalam lanjutan kualifikasi Piala Dunia Zona Amerika Selatan di Stadion Arena Amazonia, Manaus, Brasil, Jumat (15/10/2021) pagi WIB. Neymar menciptakan satu gol dan satu assist dalam laga ini. Kemenangan di kandang memperkokoh posisi Brasil di puncak klasemen sementara dengan 31 poin.
Timnas Brasil paceklik gelar juara Piala Dunia selama 20 tahun
Brasil tidak bergantung pada satu pemain dan memilki banyak pemain bagus di semua lini.
Tim Samba produktif mencetak gol sejak dari Kualifikasi Piala Dunia 2022
Menantikan gelar juara selama 20 tahun terlampau panjang bagi negara dengan segudang pesepakbola berbakat seperti Brasil. Maka, Piala Dunia Qatar kali ini pun menjadi momentum tepat mengakhiri duka berkepanjangan Brasil, yang terakhir kali meraih juara pada Piala Dunia 2002 di Korea Selatan dan Jepang.
Itu berarti sudah hampir 20 tahun atau dua dekade lamanya Brasil paceklik gelar Piala Dunia. Penantian panjang ini terakhir kali dirasakan “Tim Samba” saat menjuarai Piala Dunia 1974 di Mexico. Saat itu, butuh waktu 24 tahun bagi Brasil mengembalikan supremasi mereka dengan kembali menjuarai Piala Dunia Amerika Serikat 1994.
Pada edisi Piala Dunia lainnya, Brasil tidak perlu menunggu lama untuk meraih kembali trofi yang terlepas. Di Piala Dunia 1998, misalnya, Brasil gagal mempertahankan trofi yang mereka rebut pada 1994. Namun, Brasil menebusnya pada edisi Piala Dunia 2002 atau delapan tahun kemudian.
Brasil bahkan tercatat pernah menjadi negara yang mampu mempertahankan trofi pada Piala Dunia 1958 dan 1962. Trofi sempat beralih ke tangan Inggris pada Piala Dunia 1966. Namun, Brasil merebutnya kembali pada Piala Dunia 1970 di Mexico.
Pemain timnas Brasil Richarlison (kanan) merayakan gol kedua bagi timnya laga persahabatan di Stadion Parc des Princes, Paris, (Selasa (27/9/2022). Richarlison mengalami penghinaan rasis saat merayakan golnya tersebut. Laga itu dimenangi Brasil dengan skor 5-1.
Koleksi lima kali gelar juara dunia seakan tidak cukup bagi rakyat Brasil. Sebagai satu-satunya negara yang tidak pernah absen mengikuti Piala Dunia sejak edisi pertama 1930, ekspektasi rakyat Brasil terhadap timnas mereka senantiasa tinggi. Bila memungkinkan, mereka ingin Brasil menjuarai setiap edisi Piala Dunia.
Gagal juara, apalagi menampilkan permainan yang buruk akan menjadi dosa yang dikenang selamanya. Ini terjadi pada Piala Dunia Brasil 2014, di mana mereka menelan kekalahan memalukan 1-7 dari Jerman pada semifinal. Duka itu masih jelas terngiang di sanubari seluruh rakyat Brasil.
Di Piala Dunia Rusia 2018, Brasil kembali jadi tim yang difavoritkan juara. Namun, mereka gagal melewati adangan Belgia pada perempat final. Penantian panjang Brasil berlanjut. Oleh karena itu, gelar juara dunia keenam di Qatar setidaknya akan bisa menjadi sedikit penawar dari duka berkepanjangan “Tim Samba”.
Brasil punya segala modal untuk menjadi juara. Mereka saat ini menempati ranking pertama FIFA. Selain itu, Brasil punya kedalaman skuad yang bahkan membuat pelatih Tite kebingungan dalam memilih pemain terbaik untuk diboyong ke Qatar. Tidak seperti Piala Dunia 2014 dan 2018 yang bergantung kepada sosok Neymar seorang, kekuatan Brasil saat ini bisa dibilang cukup merata.
“Brasil hari ini jauh lebih siap dan berpengalaman. Mereka tidak bergantung pada satu pemain. Kami memiliki tim yang akan membuat pemain itu menonjol. Saya pikir Brasil tampil bagus sejauh ini dan memiliki peluang bagus untuk memenangkan Piala Dunia,” kata legenda Brasil, Cafu, kepada Globoesporte.
Bekal positif
Brasil menyongsong Piala Dunia Qatar dengan bekal yang meyakinkan. Mereka tidak terkalahkan dalam babak kualifikasi Piala Dunia Zona Amerika Selatan. Brasil mengoleksi 45 poin hasil dari 14 kemenangan dan tiga hasil imbang.
Alhasil, Brasil menjadi tim Amerika Selatan yang memperoleh poin terbanyak di babak kualifikasi sejak 2002. Rekor poin terbanyak di babak kualifikasi Zona Conmebol sebelumnya dipegang Argentina yang mengumpulkan 43 poin dari 18 laga pada 2002.
Dalam laga uji coba jelang Piala Dunia, Brasil menjajal kemampuan dengan menghadapi Ghana dan Tunisia. Brasil memetik kemenangan di dua laga itu dengan mencetak total delapan gol dan hanya kebobolan satu gol.
Brasil hari ini jauh lebih siap dan berpengalaman. Mereka tidak bergantung pada satu pemain.
AFP/NELSON ALMEIDA
Pelatih Timnas Brasil Tite (kanan) memberi arahan kepada pemainnya saat melawan Uruguay dalam lanjutan kualifikasi Piala Dunia Zona Amerika Selatan di Stadion Arena Amazonia, Manaus, Brasil, Jumat (15/10/2021) pagi WIB. Strategi Tite yang menempatkan satu penyerang murni (Gabriel Jesus) yang ditopang tiga gelandang bertipe menyerang (Neymar, Raphinha, Lucas Paqueta) membuat palang pintu Uruguay, duet Godin-Coates kelabakan.
Kegemilangan Brasil saat ini berkat perpaduan antara talenta muda dan veteran. Kapten Thiago Silva, bek Dani Alves dan Marquinhos, juga gelandang Casemiro merupakan pemain berpengalaman di Piala Dunia. Para pesepak bola senior itu akan bahu-membahu bersama bintang-bintang muda seperti Rodrygo Goes dan Vinicius Junior yang baru-baru ini berperan membantu Real Madrid merengkuh gelar Liga Champions Eropa.
Di bawah mistar, Brasil memiliki dua kiper terbaik di Liga Inggris, Alisson Becker dan Ederson. Kekuatan Brasil di sektor sayap juga bertambah dengan adanya pemain sayap kelas dunia seperti Gabriel Martinelli dan Raphinha.
Selain itu, Brasil juga mempunyai megabintang Neymar yang di musim ini telah menemukan kembali permainan terbaiknya. Neymar sejauh ini mampu bersinar bersama Paris Saint-Germain dengan mencetak 14 gol dari 18 penampilan di seluruh kompetisi. Pada babak kualifikasi Piala Dunia, Neymar menjadi pencetak gol terbanyak Brasil dengan delapan gol.
“Turnamen akan sangat penting baginya (Neymar). Pada 2014, dia mengalami cedera parah selama turnamen. Pada 2018 dia kembali setelah lama absen karena cedera. Pada Piala Dunia kali ini, Neymar akan hampir seumuran dengan Pele ketika pensiun dari sepak bola internasional. Bedanya, Pele pensiun setelah mendapatkan semuanya. Sedangkan, Neymar pergi ke Piala Dunia kali ini dengan semua yang harus dilakukan,” tutur koresponden sepak bola Amerika Selatan BBC, Tim Vickery.
Penjaga gawang Brasil, Ederson (tengah) menangkap bola saat bertanding melawan Peru dalam pertandingan semifinal Copa America 2021 di Stadion Nilton Santos, Rio de Janeiro, Brasil, Selasa (6/7/2021) pagi WIB. Ederson tampil cemerlang dengan menggagalkan sejumlah peluang Peru. Brasil menang 1-0 dan berhak melaju ke partai final.
Di Qatar nanti, Brasil berada di Grup G bersama Serbia, Swiss, dan Kamerun. Hasil undian grup ini membawa Brasil ke masa lalu. Pada Piala Dunia 2018, Brasil juga berada satu grup dengan Serbia dan Swiss.
Saat itu, Brasil menjadi pemuncak grup dengan koleksi tujuh poin. Hasil dari mengalahkan Serbia dan Kosta Rika, serta bermain imbang dengan Swiss. Dengan kembali menghuni grup bersama Serbia dan Swiss, Brasil kemungkinan besar tidak akan kesulitan melaju ke fase gugur. Pada pertandingan pertama, Brasil akan berhadapan dengan Serbia di Lusail.
Selama 20 tahun sejak Brasil memenangkan turnamen untuk terakhir kalinya di Jepang, mereka sudah teramat lapar untuk menambah rekor gelar juara menjadi enam kali. Bisakah Brasil melakukannya lagi untuk rakyat mereka? Tidak perlu menunggu lama sampai Piala Dunia Qatar menjawabnya. (AFP)