Piala Dunia U-17 dan Angin Perubahan Karier Toni Kroos
Toni Kroos mungkin tidak akan pernah menjadi gelandang papan atas dunia tanpa Piala Dunia U-17. Turnamen itu memberinya berkah untuk tetap berada di sepak bola level atas hingga saat ini.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·5 menit baca
Walau gagal mengantarkan Jerman menjuarai Piala Dunia U-17 2007 di Korea Selatan, Toni Kroos barangkali akan mengenang turnamen itu seumur hidupnya. Piala Dunia U-17 memberi Kroos kesempatan dalam membuktikan bakat dan kemampuannya.
Sebelum tampil menawan bersama Jerman di Piala Dunia U-17, Kroos hanyalah pemain semenjana dari timur laut Jerman. Masa kecilnya dihabiskan bersama klub lokal di tanah kelahirannya, Greifswalder Yunior. Kroos bergabung dengan tim muda Greifswalder selama dua tahun sebelum memutuskan pindah ke Hansa Rostock Yunior.
Sebagaimana di Greifswalder, Kroos juga menghabiskan waktu selama dua tahun di tim yunior Hansa Rostock. Setelah itu, potensinya mulai tercium oleh tim Bayern Muenchen U-19 pada 2006. Kroos memutuskan bergabung dengan Muenchen demi mencapai karier ke level yang lebih tinggi.
Peruntungan Kroos terjadi setelahnya. Saat menjadi bagian dari tim U-19 Muenchen, Kroos dipanggil memperkuat tim Jerman U-17 di Piala Dunia. Performa menawan Kroos sebagai gelandang serang memikat pelatih Jerman U-17 kala itu, Heiko Herrlich, untuk menjadikannya kapten tim. Kroos kala itu masih mengenakan nomor punggung 10.
Kepercayaan Herrlich dibayar tuntas oleh Kroos. Ia membawa Jerman mencapai fase gugur sebagai juara grup. Di fase gugur, Jerman mengalahkan Amerika Serikat (16 besar) dan Inggris (perempat final). Kroos turut menyumbang satu gol saat mengempaskan Inggris, 4-1.
Perjuangan Jerman untuk menjejak final terhenti di semifinal oleh Nigeria. Kroos sempat menghidupkan asa Jerman dalam mengatasi ketertinggalan 1-2 dari Nigeria. Namun, gol Kabiru Akinsola di pengujung laga benar-benar mengandaskan Jerman dengan skor 1-3.
Jerman bisa berbangga meski hanya menempati peringkat ketiga setelah Kroos dianugerahi penghargaan Bola Emas sebagai pemain terbaik.
Walau gagal ke final, Kroos memberikan hadiah hiburan bagi publik Jerman dengan meraih peringkat ketiga. Di laga perebutan tempat ketiga, Kroos kembali menyumbang satu gol dalam kemenangan 2-1 Jerman atas Ghana.
Jerman bisa berbangga meski hanya menempati peringkat ketiga setelah Kroos dianugerahi penghargaan Bola Emas sebagai pemain terbaik. Kroos juga menyabet penghargaan Sepatu Perunggu bersama Bojan Krkic dari Spanyol setelah mencetak lima gol.
Tidak hanya produktif dalam mencetak gol, Kroos juga mencatatkan satu asis. Dengan demikian, dia berkontribusi dalam enam gol Jerman hanya dalam enam laga.
Selepas Piala Dunia U-17, banyak pihak mengakui bakat besar Kroos. Ia pun kemudian dipromosikan ke tim senior Muenchen. Berkat performa impresifnya di Piala Dunia U-17, untuk pertama kalinya Kroos berkesempatan mencicipi sepak bola level senior di Bundesliga Jerman.
”Itu (Piala Dunia U-17) adalah salah satu peristiwa terpenting dalam perkembangan saya sebagai pesepak bola,” kata Kroos, dilansir dari laman FIFA.
Sulit bersaing
Pada masa-masa awal menembus tim senior, Kroos sempat sulit bersaing dengan gelandang-gelandang lain. Pelatih Muenchen kala itu, Ottmar Hitzfeld, masih memercayakan pos lini tengah kepada gelandang-gelandang senior, seperti Bastian Schweinsteiger, Mark Van Bommel, dan Hamit Altintop.
Walau kerap menjadi penghangat bangku cadangan, tidak perlu waktu lama bagi Kroos untuk mendapatkan kepercayaan bermain dari Hitzfeld. Kroos lalu mencatatkan debutnya bersama Muenchen di Bundesliga pada 26 September 2007 saat melawan Energie Cottbus. Ia menjadi pemain termuda yang menjalani debut bersama Muenchen dalam usia 17 tahun 265 hari. Rekor yang kemudian dipecahkan David Alaba.
Kroos memang tidak mencetak gol di laga debutnya, tetapi ia menyumbang dua asis kepada penyerang Miroslav Klose yang membantu Muenchen menang telak 5-0.
Kemampuan utama Kroos adalah ketenangan di lini tengah dan akurasi umpannya. Setelah menghabiskan masa muda di posisi gelandang serang, Kroos kemudian lebih sering berperan menjaga keseimbangan tim sebagai gelandang tengah atau gelandang bertahan.
Mendung kemudian menaungi perjalanan karier Kroos. Ia tidak serta-merta mendapat kepercayaan bermain secara reguler dari pelatih baru Muenchen, Jurgen Klinsmann, pada 2008. Meski kemampuannya tidak kalah dari pemain-pemain senior, Klinsmann adalah pelatih yang cenderung lebih mempercayai pemain berpengalaman untuk menjadi pemain mula.
Sementara Kroos tidak begitu suka menjadi pemain pengganti dan menginginkan menit bermain secara reguler. Atas alasan itu pula, Muenchen meminjamkannya ke Bayern Leverkusen pada 2009.
Muenchen sengaja tidak melepas Kroos secara permanen karena mengetahui banyak klub papan atas Eropa menginginkan jasanya setelah Piala Dunia U-17. Untuk itu, opsi meminjamkan Kroos membuatnya akan tetap menjadi milik Muenchen, setidaknya dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan. Di sisi lain, Kroos juga diuntungkan dengan pilihan itu karena akan memberinya menit bermain lebih banyak.
Kroos hanya bertahan semusim di Leverkusen. Sekembalinya ke Muenchen, Kroos turut andil membawa timnya melaju ke final Liga Champions Eropa. Namun, mereka kalah dalam drama adu penalti melawan Chelsea.
Penampilan cemerlang Kroos saat membawa timnas Jerman menjuarai Piala Dunia 2014 membuat Real Madrid tertarik merekrutnya. Hingga kini, Kroos menjadi bagian penting Real meski sudah berusia 33 tahun. Bersama Real, Kroos sudah memenangi empat gelar Liga Champions dan tiga kali juara Liga Spanyol.
”Saya belum pernah melihatnya kehilangan bola. Permainannya selalu elegan dan efisien. Dia tidak pernah mengalami hari yang buruk. Dia mencintai sepak bola dan selalu ingin bermain. Bagi saya, bermain adalah hal yang utama. Menang, ya, tapi bermain adalah hal yang utama dan seperti itu bagi kami berdua,” kata mantan pelatih Real, Zinedine Zidane, dikutip dari laman UEFA.
Kroos menyatakan pensiun dari timnas pada 2021, setelah Jerman tersingkir oleh Inggris di babak 16 besar Piala Eropa 2020. Meski menyatakan pensiun dari timnas, Kroos tetap aktif bermain untuk Real. Sebagai pemain, pencapaian Kroos tergolong lengkap. Ia telah memenangi gelar liga domestik, Liga Champions, hingga Piala Dunia. Semua itu mungkin tidak akan pernah ia raih tanpa terlibat di Piala Dunia U-17.