Hillary Rooca Jadi Harapan Masa Depan Catur Nasional
Hillary Rooca Theng menjadi harapan masa depan catur Indonesia. Konsistensinya dalam berlatih dan usia yang masih delapan tahun memungkinkannya kelak menjadi juara dunia.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pecatur cilik Hillary Rooca Theng tampil memukau dengan menjadi juara kedua Kelompok Umur 10 tahun pada Festival Catur Japfa ke-13. Dengan usia yang masih delapan tahun, Hillary menjadi masa depan bagi catur Indonesia yang butuh regenerasi.
Hillary yang membela DKI Jakarta memastikan finis pada peringkat kedua klasemen akhir Festival Catur Japfa ke-13 setelah menang pada babak kesembilan, Minggu (22/10/2023), di Gedung Serbaguna Senayan, Jakarta. Pecatur yang belum memiliki elo rating karena baru pertama kali tampil di kompetisi nasional ini mengalahkan pecatur Sumatera Selatan, Aleen Kapriaga Khaira (elo rating 1500).
Hillary pun mengumpulkan total tujuh poin, hasil dari lima kemenangan dan empat remis. Salah satu kemenangan diraih atas Women National Master Intan Berliyyan (1614) pada babak ketujuh. Poin Hillary sebenarnya sama dengan pecatur yang meraih juara, Stacey Alexandra Oey, dan pecatur peringkat ketiga, Intan. Namun, Stacey lebih unggul jika dalam pertarungan dengan dua pecatur lain.
”Dengan usia yang masih delapan tahun dan tampil memukau pada turnamen nasional pertamanya, Hillary bisa menjadi juara dunia. Apalagi, semangat latihannya luar biasa. Setiap latihan bisa sampai enam jam. Latihannya biasanya di restoran dan sampai karyawannya bilang ’Sudah mau tutup, Pak’,” kata Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB Percasi) Kristianus Liem.
Kristianus Liem, yang melatih langsung Hillary di Sekolah Catur Utut Adianto, memuji konsistensi anak asuhnya itu dalam berlatih hingga berjam-jam. Meski sudah berlatih hingga enam jam, Hillary juga bahkan sering kali masih ingin terus melanjutkannya.
Meski demikian, Hillary sebenarnya baru latihan intensif selama tiga bulan untuk persiapan Festival Catur Japfa. Oleh karena itu, Kristianus hanya ingin Hillary mencari pengalaman. Namun, hasilnya justru melebihi ekspektasi.
Kehadiran Hillary dan para pecatur muda lain di Festival Catur Japfa ini menjadi harapan masa depan bagi catur nasional. Setelah tim catur Indonesia gagal merebut medali pada Asian Games Hangzhou 2022, PB Percasi berniat untuk mempercepat regenerasi pecatur elite nasional.
Kehadiran Hillary dan para pecatur muda lain di Festival Catur Japfa ini menjadi harapan masa depan bagi catur nasional.
Kristianus menambahkan, dengan usia Hillary yang masih muda, pelatih bisa menanamkan dasar yang benar dan kuat. Ia optimistis hasilnya akan bagus, apalagi ditambah dengan semangat besar Hillary.
“Saya jadi ingat pebulu tangkis Susi Susanti. Dia datang lebih awal, masih menambah latihan meski sesi sudah selesai, dan sikapnya pun konsisten. Lalu, pelatihnya bilang ’Kita sudah punya juara dunia’. Inilah yang saya rasakan melihat konsistensi Hillary,” ujarnya.
Pada pertandingan lain di hari yang sama, pecatur putri Indonesia, Woman Grand Master (WGM) Dewi Ardhiani Anastasia Citra, memenangi dwitarung internasional catur klasik. Kepastian menang WGM Dewi AA Citra atas WGM Nguyen Thi Mai Hung dari Vietnam diraih pada laga babak keenam. Dengan hasil remis atau 0,5 poin pada pertandingan terakhir, Dewi sudah punya cukup bekal poin untuk mengunci kemenangan.
Citra, yang memiliki elo rating 2256, memenangi dwitarung enam babak atas WGM Nguyen Thi Mai Hung (2226) dengan skor skor 3½-2½. Rinciannya, Citra menang dua kali, remis tiga kali, dan kalah satu kali. Kekalahan Citra terjadi pada babak ketiga.
”Bersyukur akhirnya bisa menang melawan Mai Hung. Kemarin dia bermain solid, tetapi kebetulan selama enam babak kebanyakan masuk persiapan saya di pembukaan. Jadi, saya bisa bermain dengan mudah,” ujar Citra.
Adapun laga yang menjadi kunci kemenangan Citra adalah babak kelima. Dalam pertandingan itu, kedua pecatur saling berganti keunggulan sebelum akhirnya Citra mengakhirinya dengan kemenangan pada langkah ke-90.
Mai Hung yang bermain dengan buah putih sebenarnya sempat unggul satu bidak atas Citra setelah melancarkan pengorbanan gajah di petak h7. Sementara itu, Citra merebut satu bidak lawan ketika mengorbankan gajah di petak f2 pada langkah ke-20.
Pada langkah ke-41, pecatur Indonesia kelahiran tahun 1994 ini kembali unggul satu bidak seusai terjadi pertukaran materi besar-besaran. Alhasil, terjadi permainan akhir benteng dengan Citra memiliki tiga bidak, sedangkan Mai Hung dua bidak pada sayap menteri.
Menurut Kristianus, akhir laga tersebut tak mudah dimenangkan. Wajar ketika kemudian Mai Hung menawarkan remis. Namun, Citra memilih untuk menolaknya.
Keputusan itu tepat karena Citra sukses melancarkan akurasi tinggi dan mengakkhiri permainan pada langkah ke-90. Mai Hung menyerah karena melihat ada ancaman skakmat dalam delapan langkah.
Kemenangan itu menjadi kado bagi Citra yang tampil dalam kondisi hamil dua bulan. Sebagai pemenang, Citra juga berhak mendapatkan hadiah 1.500 dollar AS. Adapun Mai Hung meraih 1.000 dollar AS.
Citra pun mendapat tambahan hadiah sehingga total meraih 3.000 dollar AS. Sebab, sebelum pertandingan, Ketua Umum PB Percasi Grand Master (GM) Utut Aduanto berjanji melipatgandakan hadiah untuk Citra jika berhasil memenangi duel tersebut.